Al Ma’mun 813-833 8. Al

82 Agama Islam di samping sebagi ajaran juga sebagi ilmu. Sebagai ajaran, agama mengandung unsur masalah yang gaib, adanya hubungan baik dengan kekuatan yang gaib tersebut. adapun agama sebagai ilmu disebut dengan ilmu agama. Ilmu agama dapat dimakanai sebagai prosedur, proses dan produk. Ilmu agama sebagai proses merupakan aktivitas penelitian tentang fenomena dan ajaran agama secara rasional, kognitif dan teologis. Ilmu agama sebagai prosedur adalah aktifitas kajian atau penelitian tentang fenomena dan ajaran agama dengan metode-metode ilmiah. Makna ilmu agama sebagai produk adalah berisi tentang kumpulan fenomena dan ajaran agama secara sistematis merupakan hasil aktivitas kajian atau penelitian dengan menggunakan metode ilmiah Mulyadi, 2010:159. Ilmu-ilmu yang termasuk ilmu naqli adalah sebagai berikut: a. Ilmu Tafsir Untuk menggunakan al- Qur‟an sebagai sumber ajaran Islam secara langsung tidak semua orang memiliki kemampuan. Sejarah mencatat, bahwa pada priode pertama dari masa pertumbuhan Islam, ternyata yang memiliki kemampuan memahami Al- Qur‟an sangat terbatas. Dilihat dari segi pertumbuhan dan perkembangan, Ulum al- Qur‟an atau Ulum at -Tafsir, sama dengan pertumbuhan ilmu-ilmu lainnya, yakni tumbuh dan berkembang dari keadaan yang sederhana dan bercampur dengan pembahasan ilmu lainnya hingga menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri. Pada masa Rasulullah Saw. serta masa Khulafaur Rasyidin, Ulum at-Tafsir masih diriwayatkan melalui penuturan secara lisan. Al- Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab menurut uslub-uslubnya yang diwahyukan kepada seorang yang ummy. Penafsiran al- Qur‟an telah tumbuh pada masa Nabi dan beliaulah sebagai al-Mufassir al-Awwal dari kitab Allah untuk menerangkan maksud- maksud wahyu yang diturunkan padanya. Tafsir yang diterima Nabi sedikit sekali dan sahabat-sahabat Rasul tidak ada yang berani menafsirkan al- Qur‟an ketika masih hidup.Rasul sendirilah yang memikul tugas menafsirkan al- Qur‟an Al Munawar, 2002: 63-64. Ketika zaman kekhalifahan Utsman ra. Dimana orang Arab mulai bergaul dengan orang-orang non-Arab, pada saat itu Utsman memerintahkan supaya kaum Muslimin berpegang pada mushaf induk dan membuat reproduksi menjadi beberapa buah naskah untuk dikirim ke daerah-daerah. Bersamaan dengan itu ia memerintahkan supaya membakar semua mushaf-mushaf lainnya yang ditulis orang menurut caranya masing-masing. Dengan perintah reproduksi naskah al- Qur‟an ini berarti Ustman meletakkan dasar yang di kemudian hari dikenal dengan nama ilmu Rasmi al- Utsmani ilmu tentang penulisan al- Qur‟an yang merupakan bagian dari pembahasan Ilmu al- Qur‟an. Selain itu terdapat nama lain yang juga berpengaruh terhadap perkembangan ilmu ini, yakni Ali bin Abi Thalib r.a, dengan perintahnya kepada Abul Aswadi al-Duali, agar meletakkan kaidah