Obyek Ilmu yang bersifat non-materi

63 epistemology, dan aksiologi kedua bidang ilmu pengetahuan tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa Ilmu agama Islam bertolak dari wahyu yang mutlak benar dan dibantu dengan penalaran yang dalam proses penggunaannya tidak boleh bertentangan dengan wahyu. Sementara itu ilmu pengetahuan umum yang ada selama ini berasal dari Barat dan berdasarkan pada pandangan filsafat yang ateistik, materialistic, skularistik, empiristik, rasionalistik, bahkan hedonistic. Dua hal yang menjadi dasar kedua bidang ilmu ini jelas amat berbeda, dan sulit dipertemukan Nata, 2003: 4.

E. Dualisme Keilmuan dalam Pendidikan Islam

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Agama Islam adalah agama yang bersumber pada wahyu Allah Swt. yang diturunkan kepada seluruh umat manusia melalui Nabi Muhammmad SAW untuk mengatur tata hidup manusia, baik hubungan dengan. Ahmad Tafsir dalam bukunya lmu pendidikan dalam persepektif Islam, menyebutkan bahwa:“pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar ia berkembang maksimal sesuai dengan ajaran Islam” Tafsir, 1994: 32. Muhammad Isa Ibrahim menyatakan bahwa: “pendidikan Islam pada hakekatnya merupakan sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang yang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam” Arifin, 1993: 3. Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba: “pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran- ukuran Islam” Uhbiyati, 1988: 9. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniyah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi kepada Allah, manusia dan alam semesta. Dengan demikian, pendidikan Islam itu berupaya unuk memahami hakikat pendidikan Islam itu bertolak dari pemahaman terhadap konsep manusia menurut Islam. Serta sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yang selalu mengabdi kepada Allah Swt. Aziz, 2012: http : www.pdf.finder.com. 64 Bila disimpulkan pendidikan Islam akan mempunyai pengertian yaitu bahwa pendidikan Islam merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai ajaran Islam pada peserta didik melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi guna keselarasan hidup dalam semua aspek. Menurut Armai „Arif dalam Athiyah al Abrasyi, dalam lintas sejarah umat Islam, pada masa-masa awal kehadiran Islam di dataran Makkah, dengan tokoh utamanya adalah Nabi Muhammad Saw, persoalan di dunia kependidikan Islam masih amat bersahaja. Nabi Muhammad Saw., misalnya mengajarkan Islam kepada para sahabatnya tidak dalam forum khusus dan formal, seperti ketika dilangsungkannya pengajaran tentang Islam di rumah al- Aqra. Pengajaran yang diberikan oleh Nabi Muhammad Saw. pada masa itu lebih bersifat pendidikan individual atau personal yang menekankan pada aspek kognitif. Materi yang diajarkan terfokus pada persoalan-persoalan keagamaan murni sesuai dengan yang diterima dari Allah Swt. al-Abrasy , 1975: 90.

1. Paradigma Signifikansi Integrasi Keilmuan

Maraknya kajian dan pemikiran integraisi keilmuan Islamisasi ilmu pengetahuan sangat kental di bicaran oleh kalangan intelektual muslim, seperti Naquib al- Attas dan Ismail Raji‟ al-faruqi, tidak terlepas dari kesadaran berislam di tengah kemajuan ilmu teknologi. Mereka berpendapat bahwa umat Islam akan maju dan dapat menyusul Barat, manakala mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan dalam memahami wahyu, atau sebaliknya, mampu memahami wahyu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan Djakfar, 2002: 235-4. Integrasi keilmuan al-Farabi dimanifestasikan dalam hierarki keilmuan yang dibuatnya. Ia menyebut ada tiga kriteria dalam penyusunan hierarki ilmu: Pertama , berdasarkan kemuliaan subjek ilmu. Dari sini al-Farabi memandang bahwa astronomi memenuhi criteria materi subjek yang mulia karena dengan benda-benda yang paling sempurna, yaitu benda-benda langit atau benda-benda angkas. Kedua, kedalaman bukti-bukti yang didasarkan bukti-bukti yang didasarkan atas pandangan tentang sistematika pernyataan kebenaran dalam berbagai ilmu yang ditandai oleh perbedaan drajat kejelasan dan keyakinan. Menurut kriteria ini, metode penemuan dan pembuktian kebenaran beberapa ilmu lebih sempurna dan lebih hebat ketimbang ilmu-ilmu lainnya. Ketiga, berdasarkan besarnya manfaat suatu ilmu. Klasifikasi ilmu Al-Farabi, karena bukan didasarkan atas ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum tetapi berdasarkan ketiga faktor diatas, maka yang terjadi adalah upaya pengintegralkan Islamisasi ilmu pengetahuan. Berbeda dengan Al-Farabi, Al-