98
2. Masa Remaja dan Dewasa Al-Ma’mun
Al- Ma‟mun merupakan salah satu kholifah Abbasiyah yang paling
terkemuka. Banyak para ahli sejarah berpendapat tanpa ketokohan dan kemampuan al-
Ma‟mun niscaya pristiwa-pristiwa yang terjadi pada zamanya itu pasti dapat meruntuhkan kerajaan dan kebudayaan Islam.
Al-Mamun dinilai sebagai salah satu kholifah terbesar sepanjang sejarah Abbasiyah karena ia mampu mempromosikan berbagai bidang
studi seni, filsafat dan ilmu pengetahuan. Ia mendorong dan menyukai diadakannya berbagai diskusi dan untuk mempromosikan ilmu
pengetahuan ia mendirikan perpustakaan dan observatorium serta lembaga lainnya. Banyak sarjana yang berprestasi yang dibawah perlindungannya
Hasan, 1992: 219.
Pemaaf adalah salah satu sifat al- Ma‟mun yang paling nyata. Ia
pernah memaafkan al-Fahdl ar- Rabi‟ yang telah menghasut berbagai
pihak untuk menentang beliau. Beliau memaafkan Ibrahmi al-Mahdi yang telah melantik dirinya di Baghdad pada saat al-
Ma‟mun berada di Merw, meskipun al-
Mu‟tashim dan al-Abbas ibn al-Ma‟mun menyarankan untuk membunuhnya.
Pemerintahan al- Ma‟mun menandai pemisahan antara priode awal
dan priode kedua Dinasti Abbasiyah. Kelompok yang semula membantu kekholifahan pada tahun-tahun pertama, turun dari panggung kekuasaan.
Diantara yang paling penting dari kelompok ini adalah para abna‟
keturunan veteran revolusi Abbasiyah yang berasal dari Khurasan. Klan Abbasiyah sendiri yang telah memainkan peranan penting selama ini,
setelah periode ini, peran mereka tidak begitu menentukan lagi. Sama halnya juga pad keluarga-keluarga Arab seperti al-Muhalabi dan Syaibani,
mereka menghilang dari istana. Selama pemerintahan al-
Ma‟mun, kelompok-kelompok tersebut digantikan dengan oleh orang-orang baru
yang memiliki idiologi baru, yang ingin menerapkan metode pemerintahan baru pula. Klompok yang paling penting dan berpengaruh
adalah yang dipimpin oleh saudara al- Ma‟mun sendiri yang bernama Abu
Ishaq Perpustakaan Nasional RI, 1997: 96. Tak salah kiranya jika sejarah menyatakan masa kegemilangan
Daulah Abbasiyah salah satu masa adalah masa pemerintahan al- Ma‟mun.
Sejak belia, ia sudah menunjukan sikap dan sifat yang baik, guna sebagai bekal untuk menjadi seorang pemimpin. Dari bekal yang didapatnya
itulah, yang menjadi landasan beliau dapat menjalankan pemerintahannya dan perduli terhadap ilmu pengetahuan dan perkembangannya.
Perhatian yang sangat besar beliau tunjukan pada pengembangan ilmu pengetahuan karena cintanya yang demikian besar terhadap ilmu
pengetahuan. Tidak heran banyak upaya yang al- Ma‟mun lakukan untuk
99
mewujudkan kecintaan dan perhatian terhadap ilmu pengetahaun yang bukan saja bermanfaat bagi dirinya, tetapi berguna untuk sumber terbesar
dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dikemudian hari karena mampu menguasai berbagai aspek ilmu pengetahuan yang dapat
menyeimbangkan segala aspek penting dalam kehidupan. Selanjutnya al-
Ma‟mun wafat pada tahun 218 H833 M di Tarsus, pada usia 48 tahun Syalabi, 1973: 144.
Al- Ma‟mun selain merupakan seorang kholifah, ia juga merupakan
seorang ilmuwan Muslim, penyair, khatib, muhaddits, serta mahir dalam bidang filsafat dan perbintangan. Ia juga dapat menguasai empat bahasa
selain bahasa Arab, yaitu bahasa Yunani, Ibrani, Persia, India. Berkat perhatiaannya terhadap ilmu perbintangan, akhirnya ia membangun dua
tempat pemantauan peredaran bintang, salah satunya terdapat di Syamsiah Baghdad dan yang satunya lagi dikenal dengan Mirshad al-Makmuni
terdapat di puncak gunung Qasyiun Damaskus.
Pada tahun 215 H 830 M, al- Ma‟mun mendirikan Baitul Hikmah
di kota Baghdad, yang ia jadikan sebagai pusat ilmu dan ilmuan serta sekretariat tim terjemah. Dalam upayanya penterjemahan tersebut, buku-
buku karya ilmuwan Barat dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan berhasil diterjemahkan. Begitu juga dengan buku-buku yang berbahasa
Persia dan India. Buku-buku yang telah diterjemahkan sebelum masa al-
Ma‟mun pun kembali di tinjau kembali sehingga lebih mengarah kepada kesempurnaan Gaudah, 2007: 330.
Namun sebelum di dirikan Baitul- Hikmah, pada zaman Harun al- Rasyid telah berdiri Dar al-Hikmah di Baghdad. Perpustakaan dihampiri
dengan hamparan karpet yang bagus, di hiasi dengan prabot yang mahal- mahal. Di himpun dalam buku dari berbagai sumber. Dilengkapi dengan
alat tulis, pegawai-pegawai dan pesuruh-pesuruh untuk berkhidmat pada perpustakaan ini. Dan juga dilengkapi berbagai guru-guru dari berbagai
bidang, seperti: ahli baca al-
Qur‟an, fuqaha, astrolog, tata bahasa, filogi dan dokter Syalabi, 1973: 149.
Semenjak awal pemerintahan Harun al-Rasyid 786-809 M problem sukesi sangatlah sengit. Harun telah mewasiatkan tahata
kekhalifahan kepada putra tertuanya al-Amin dan kepada putra keduanya yang bernama al-
Ma‟mun, seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menaiki tahta kekholifaan setelah kakaknya. Setelah kematian
Harun al-Rasyid, al-Amin berusaha mengkhianati hak adiknya dan menunjuk anak laki-lakinya yang akan menjadi penggantinya kelak.
Akibatnya pecalah perang sipil. Al-Amin didukung oleh militer Abbasiyah di Baghdad, sementara al-
Ma‟mun harus berjuang untuk memerdekakan Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan
dari pasukan perang Khurasan. Al- Ma‟mun berhasil mengalahkan saudara