11
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Landasan Teoritik
1. Hakikat Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika dijadikan bidang studi yang dipelajari oleh siswa mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Karena
matematika merupakan salah satu dasar dari solusi memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dokumen Depdiknas menyatakan kata
matematika berasal dari perkataan latin manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam bahasa Belanda,
matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
1
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik.
2
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan
beragumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Sehingga diperlukan pembelajaran matematika pada jenjang
sekolah yang bertujuan untuk membentuk kemampuan berpikir siswa. Corey memandang bahwa pembelajaran adalah suatu proses di mana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran dalam
pandangan Corey sebagai upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berubah tingkah
lakunya.
3
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir
matematik siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi
1
Ahmad Susanto, Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana, 2015, h.184.
2
A. Saepul Hamdani, dkk., Matematika I, Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008, edisi pertama, h. 1-7.
3
Susanto, op.cit., h. 186.
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap matematika.
4
Dari uraian di atas terdapat beragam pendapat dalam mendefinisikan matematika. Maka dapat dipaparkan pembelajaran matematika adalah
merupakan suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa untuk membangun pengetahuan matematika dengan
caranya sendiri. Dalam kegiatan ini guru sebagai mediator dan fasilitator yang mempermudah siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.
2. Kemampuan Representasi Matematis
a. Definisi Representasi Matematis
National Council of Teacher Mathematis NCTM menetapkan lima standar proses yang harus dimiliki siswa, yaitu pemecahan masalah
problem solving, penalaran reasoning and proof, komunikasi communication, koneksi connection, dan representasi representation.
5
Pada awalnya representasi masih dipandang sebagai bagian dari komunikasi matematika. Namun karena disadari bahwa representasi
matematika merupakan suatu hal yang selalu muncul ketika orang mempelajari matematika pada semua tingkatan pendidikan, maka
representasi selanjutnya dipandang sebagai suatu komponen yang perlu mendapat penekanan dan dimunculkan dalam proses pembelajaran
matematika.
6
Menurut Goldin definisi representasi adalah suatu konfigurasi bentuk atau susunan yang dapat menggambarkan, mewakili, atau
melambangkan sesuatu dengan suatu cara.
7
Cai, Lane dan Jacabsin
4
Ibid.
5
National Council of Teacher of Mathematics, Principle and Standarts for School Mathematics, USA: Association Drive, 2000. p. 29.
6
In hi Abdullah, “Peningkatan Kemampuan Representasi Matematika Siswa SMP melalui Pembelajaran Kontekstual yang Terintegrasi dengan Soft S
kill”, Prosiding Seminar Nasional Pnedidikan Matematika FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 10
November 2012.
7
Mustangin, “Representasi Konsep dan Peranannya dalam Pembelajaran Matematika di
Sekolah ”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol I No 1, Februari 2015, h. 16.