demikian jika dilihat berdasarkan hasil intervensi yang diharapkan maka tindakan siklus II ini telah mencapai hasil intervensi yang diharapkan.
Selain keberhasilan penelitian yang telah dicapai, namun masih saja terdapat kekurangan pada kemampuan representasi matematis siswa
pada aspek ekspresi matematis. Sedangkan pada aktivitas siswa terdapat penurunan persentase pada dimensi afektif pada tahap III mengenai
kemampuan siswa menemukan jawaban secara mandiri. Hal ini disebabkan siswa terbiasa untuk bekerjasama dan diskusi pada kegiatan
tahap 1 dan tahap II.
B. Analisis Data
1. Tes Kemampuan Representasi Matematis Siswa
Pada penelitian ini dilaksanakan tes setiap akhir siklus tindakan pembelajaran. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan representasi siswa. Setiap tes yang dilakukan akan mengukur tiga aspek representasi matematis diantaranya adalah aspek visual, ekspresi
matematis dan teks tertulis. Perbedaan hasil tes siklus I dan siklus II pada masing-masing aspek representasi matematis dapat diketahui dari tabel
sebagai berikut.
Tabel 4.12 Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa
Aspek Representasi Siklus I
Siklus II Peningkatan
Visual 70
79 9
Ekspresi Matematis 60
73 13
Teks Tertulis 65
76 11
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa adanya peningkatan pada kemampuan representasi matematis siswa pada setiap siklus. Dapat dilihat pada tiap siklus
siswa lebih menguasai kemampuan representasi matematis pada aspek visual, daripada teks tertulis dan ekspresi matematis. Adapun kemampuan
representasi matematis pada aspek ekspresi matematis yang paling meningkat dengan peningkatan sebesar 13.
Adanya peningkatan pada siklus II ini juga diperkuat oleh nilai rata- rata siswa. Adapun perbandingan hasil tes akhir siklus I dan siklus II pada
tabel sebagai berikut.
Tabel 4.13 Peningkatan Hasil Tes Akhir Tiap Siklus
Jenis Data Siklus I
Siklus II Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Nilai siwa ≥ 75 9
29,03 19
61,29 Nilai siswa
˂ 75 22
70,97 12
38,71 Nilai rata-rata
65 76
Berdasarkan tabel terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 11. Pada siklus I nilai rata-rata
sebesar 65 dengan tingkatan ketuntasan mencapai 29,03. Kemudian pada sikklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata 76 dengan tingkat ketuntasan
sebesar 61,29. Sehingga siswa yang mencapai ketuntasan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 10 siswa. Sesuai dengan hasil intervensi yang
diharapkan, maka pembelaran matematika sudah dikatakan berhasil. Sehingga pembelajaran dihentikan pada siklus II.
2. Hasil Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Aktivitas belajar siswa diamati dengan observasi langsung, wawancara dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi siswa setiap