Adapula berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan tiga orang siswa. Hasil wawancara yang dilakukan pada siklus I bahwa secara
keseluruhan siswa masih merasa kesulitan dan kebingungan dalam menggunakan Lembar Kerja Siswa LKS dan siswa yang berkemampuan
rendah mengatakan bahwa mereka masih bergantung kepada temannya yang berkemampuan tinggi. Sedangkan hasil wawancara pada siklus II bahwa
Lembar Kerja Siswa LKS membantu dan mempermudah mereka dalam mempelajari materi yang diajarkan. Selain itu dengan menggunakan model
pembelajaran berkelompok dapat meningkatkan sikap kerjasama antar teman dalam satu kelompok.
Berikut akan disajikan mengenai peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hasil Belajar Model Pembelajaran
Treffinger Siklus
Hasil Belajar Aspek Representasi
Visual Ekspresi
Matematika Teks
Tertulis
Siklus I
65 70
60 65
Siklus II
76 79
73 76
Dari tabel 4.16 dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 65 meningkat menjadi 76 pada siklus II. Selain itu,
kemampuan representasi matematika mengalami peningkatan pada setiap aspeknya. Rata-rata kemampuan representasi aspek visual pada siklus I
sebesar 70 menjadi 79 pada siklus II. Pada aspek ekspresi matematika pada siklus I sebesar 60 menjadi 73 pada siklus II. Pada aspek teks tertulis
pada siklus I sebesar 65 menjadi 76 pada siklus II
Berikut akan disajikan mengenai peningkatan aktivitas siswa setiap siklus pada tabel 4.17. Terlihat aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I
ke siklus II baik melalui observasi, wawancara maupun catatan lapangan.
Tabel 4.17 Aktivitas Belajar Model Pembelajaran
Treffinger Siklus
Aktivitas Belajar Observasi
Wawancara Catatan lapangan
Siklus I
67,7 Siswa merasa
kesulitan dan kebingungan dalam
penggunaan LKS siswa termotivasi
memecahkan setiap masalah dengan
berdiskusi dan mengerjakannya
bersama kelompoknya, ada
pula siswa yang masih bergantung
dengan temannya yang pintar.
Terlihat beberapa
siswa acuh tak acuh dengan tugas
Kerjasama antar
siswa masih kurang terlihat
Beberapa kelompok
masih bergantung dengan temannya
yang pintar
Siswa masih malu- malu dalam
mempresentasikan hasil kerjanya
Siklus II
77,2 siwa merasa terbantu
belajar memahami konsep pembelajaran
dengan adanya Lembar Kerja Siswa
LKS dengan model treffinger.
Dengan pengerjaan berkelompok, siswa
merasa dapat meningkatkan
kerjasama, saling tukar pendapat
karena saling membantu antar
teman.
Kelas terlihat tenang walaupun ada sedikit
siswa yang masih bertanya-tanya
Siswa terlihat saling
membantu antar teman
Ada beberapa siswa
yang keliru antara rumus segitiga
dengan jajargenjang
Siswa terlihat aktif dalam pembelajaran
termasuk dalam bertanya dan
presentasi
3. Hasil Aktivitas Mengajar
Aktivitas guru mengajar diamati dengan observasi langsung yang dilakukan oleh observer Berdasarkan hasil analisis lembar observasi guru
setiap pertemuan diperoleh informasi bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model treffinger dari siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan. Peningkatan aktivitas mengajar siklus I dan siklus II dilihat dari tabel 4.18.
Tabel 4.18 Peningkatan Persentase Aktivitas Guru Mengajar Tiap Siklus
No. Aktivitas
Siklus I
Siklus II
1. Tahap
basic tool
Guru memberikan masalah pada tahap basic tool sebagai apersepsi
63 81
guru membimbing siswa melakukan diskusi untuk menyampaikan gagasan atau
idenya 44
75 2.
Tahap practice with process
Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan menyelesaikan masalah yang lebih
kompleks 69
88 Guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan dari kegiatan yang telah dilaksanakan
75 81
3.
Tahap working real with problem
Guru mengarahkan siswa untuk menerapkan keterampilan yang telah
didapat pada tahap sebelumnya 75
75 Melakukan pemantauan dan konfirmasi
lebih lanjut jawaban yang tepat 56
69
Rata-rata 63
78 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa aktivitas guru secara
keseluruhan mengalami peningkatan. Aktivitas guru membimbing siswa melakukan diskusi untuk menyampaikan gagasan pada tahap basic tool
mengalami peningkatan tertinggi sebesar 31 dari siklus I sebesar 63 menjadi 81 pada siklus II. Pada aktivitas guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap practice with process mengalami peningkatan terendah sebesar 6 dari siklus I sebesar
75 menjadi 81 pada siklus II, sedangkan pada tahap working woth problem aktivitas mengarahkan siswa untuk menerapkan keterampilan yang
didapat dari siklus I ke siklus II tidak mengalami perubahan. Adanya peningkatan aktivitas mengajar menggunakan model treffinger dapat dilihat
pada nilai rata-rata persentase aktivitas mengajar matematika dari siklus I ke siklus II yang mengalami peningkatan sebesar 15. Pada siklus I, jumlah
rata-rata aktivitas mengajar sebesar 63 dan pada siklus II meningkat menjadi 78. Jika dilihat pada hasil intervensi tindakan yang diharapkan, hal
ini dapat dikatakan bahwa tes akhir siklus II sudah mencapai hasil yang diharapkan. Sehingga pembelajaran pun dihentikan pada siklus II.
C. Pembahasan Temuan Penelitian
Gambar 4.60 Grafik Persentase Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar
Tiap Siklus
65 76
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Siklus 1 Siklus 2
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran treffinger dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Gambar 4.60
menunjukkan peningkatan rata-rata skor hasil belajar siswa. Rata-rata skor hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 65 dan pada siklus II rata-rata skor hasil
belajar siswa sebesar 76 dengan peningkatan sebesar 11. Adapula peningkatan untuk masing-masing indikator kemampuan
matematis. Untuk lebih memahami adanya peningkatan indikator representasi matematis siswa, maka disajikan gambar sebagai berikut.
Gambar 4.61 Grafik Persentase Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis
Tiap Siklus
Setiap indikator representasi matematis siswa mengalami peningkatan yang berbeda-beda dari siklus I ke siklus II. Pada Siklus I kemampuan
representasi pada aspek visual sebesar 70 meningkat sebesar 9 pada siklus II sehingga kemampuan representasi pada siklus II mencapai 79. Sedangkan pada
Siklus I kemampuan representasi pada aspek ekspresi matematis sebesar 60 meningkat sebesar 13 pada siklus II sehingga indikator kemampuan
representasi pada siklus II mencapai 73 dan yang terakhir pada siklus I kemampuan representasi pada aspek teks tertulis sebesar 65 meningkat sebesar
70 60
65 79
73 76
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Visual Ekspresi Matematis
Teks Tertulis Siklus I
Siklus II
11 pada siklus II sehingga indikator kemampuan representasi pada siklus II mencapai 76.
Dapat dilihat bahwa terdapat temuan esensial pada kemampuan matematis yang diukur pada aspek ekspresi matematis mengalami peningkatan yang cukup
tinggi dari pada aspek lainnya yaitu sebesar 13. Walaupun ditemukan juga bahwa aspek ekspresi matematiss merupakan aspek yang memiliki persentase
rata-rata terendah dari pada aspek lainnya disetiap siklus. Hal ini disebabkan siswa kurang teliti dalam perhitungan dan penulisan model matematikanya.
Meningkatnya kemampuan representasi matematis juga didukung dengan adanya peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa pada setiap siklus.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran treffinger dapat membuat siswa menjadi lebih berpartisipasi dan aktif dalam pembelajaran. Hal ini dapat terlihat
dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada penggunaan model treffinger yang meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 9,5. Pada siklus I rata-rata
aktivitas siswa sebesar 67,7 sedangkan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa sebesar 77,2.
Selain itu, ada pula peningkatan pada aktivitas belajar matematika siswa menggunakan model treffinger pada siklus I dan siklus II. Aktivitas yang
mengalami peningkatan paling signifikan terjadi pada aktivitas siswa mengenai kepercayaan diri dalam mengungkapkan ide pada tahap basic tool dan aktivitas
mendiskusikan dan menganalisis kegiatan pada tahap practice with process meningkat sebesar 19. Peningkatan ini disebabkan guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk lebih berperan aktif dimulai dari penemuan konsep hingga penerapannya.
Aktivitas siswa dengan menggunakan model treffinger terlihat meningkat setiap siklusnya, kecuali pada aktivitas siswa mampu menemukan hasil dengan
mandiri mengalami penurunan sebesar 6. Hal ini disebabkan sikap kerjasama siswa yang semakin tinggi membuat sikap mandiri siswa menjadi menurun pada
siklus ini. Selain itu, kurangnya ketegasan guru dalam tahap working real with