Langkah-Langkah Model Pembelajaran Treffinger

3 Aplikasi Aplikasi dalam menghadapi masalah yang sebenarnya dengan berusaha memecahkan masalah secara kreatif yaitu cara sistematis dalam mengorganisasi dan mengolah keterangan atau gagasan sehingga persoalan dapat dipecahkan secara imajinatif melalui pengolahan informasi. Setiap tahap model pembelajaran treffinger ada pengintegrasian dimensi kognitif dan dimensi afektif untuk mencari arah-arah penyelesaian seperti yang dikemukakan oleh Utami Munandar. Kemudian peneliti mempersempit ranah kognitif dan afektif sesuai dengan penelitian yang dilakukan seperti yang terlihat pada gambar berikut. Tahap III Tahap II Tahap I Gambar 2.3 Tahap Model Pembelajaran Treffinger Dari uraian diatas terdapat hubungan langkah-langkah, tingkatan dan komponen dari model pembelajaran treffinger yang diungkapkan oleh para ahli yang diantaranya: 1 pada tahap basic tool, siswa akan berpikir secara divergen dengan memberikan kesempatan mengidentifikasi Kognitif  Pengetahuan  Ingatan Afektif  Percaya diri  Rasa ingin tahu  Kesediaan untuk menjawab Kognitif  Analisis  Penerapan Afektif  Imajinasi  Berkreasi Kognitif  Pengarahan diri Afektif  Perwujudan diri memecahkan soal konsep dasar untuk merangsang rasa ingintahu, 2 pada tahap practice with proses, siswa dituntut aktif dan terlibat langsung dalam menemukan konsep untuk memecahkan masalah, 3 pada tahap working with real problem, siswa mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari melalui masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata agar dapat menggunakan konsep tersebut dalam kehidupan mereka. Berkaitan dengan pengembangan kreativitas dalam kemampuan memecahkan masalah melalui keterampilan merepresentasikan ide atau gagasanya dalam pembelajaran matematika dengan setting model pembelajaran treffinger adalah pembelajaran yang menggunakan tiga langkah model pembelajaran treffinger untuk mengembangkan representasi siswa. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil agar dapat saling membantu memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Dari pendapat di atas mengenai langkah-langkah model treffinger dapat dipaparkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran treffinger yang mengintegrasikan aspek kognitif dan aspek afektif adalah sebagai berikut: 1 Menjelaskan materi dan memberikan masalah yang dapat merangsang siswa untuk dapat berpikir secara divergen. Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. 2 Membahas materi pelajaran dengan cara menghadapkan siswa pada masalah kompleks sehingga memicu siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan praktik, berdiskusi atau bermain peran. 3 Melibatkan pemikiran siswa dalam tantangan nyata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Masalah yang diberikan bertujuan untuk menerapkan konsep yang telah ditemukan siswa pada tahap sebelumnya. Adapun kegiatan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran treffinger untuk mengembangkan representasi siswa disajikan dalam tabel berikut. 34 Tabel 2.2 Langkah Kegiatan Pembelajaran Treffinger Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pendahuluan Guru menyampaikan atau menjelaskan tujuan yang akan dicapai Siswa mendengarkan penjelasan guru Guru menjelaskan secara garis besar materi yang akan dipelajari dan membagi siswa dalam beberapa kelompok Siswa mendengarkan penjelasan guru, lalu mengatur tempat duduk sesuai dengan kelompoknya Basic Tool Guru memberikan suatu masalah yang mendasar Siswa membaca dan memahami masalah Guru membimbing siswa untuk menyampaikan idenya Siswa menyampaikan gagasannya dan menuliskannya Practice with process Guru membimbing dan mengarahkan siwa untuk berdiskusi dengan memberikan masalah yang lebih kompleks Siswa berdiskusi dan menganalisis masalah yang diberikan dan penyelesaiannya Working with real problem Guru memberikan suatu permasalah dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk soal cerita Siswa membaca dan memahami masalah Guru membimbing siswa untuk membuat penyelesaian secara mandiri Siswa membuat penyelesaian Guru meminta siswa untuk menyebutkan langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu masalah Siswa menyebutkan langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu masalah Guru memberikan reward Siswa yang skornya tinggi menerima reward Penutup Guru membimbing siswa membuar kesimpulan Siswa membuat kesimpulan 34 Titi n Faridatun Nisa, “Pembelajaran Matematika dengan Setting Model Treffinger untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa”, Jurnal Pedagogia Vol. 1 No. 1, Desember 2011, h. 44.

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Treffinger

Dalam penerapannya, model pembelajaran treffinger memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: 35 1 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan 2 Membuat siswa aktif dalam pembelajaran 3 Mengembangkan kemampuan berpikir siswa karena disajikan masalah pada awal pembelajaran dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mencari arah penyelesaiannya sendiri 4 Mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan dan 5 Membuat siswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya ke dalam situasi baru. Menurut Sarson W. Dj. Pamalato ada beberapa kelebihan model pembelajaran treffinger, diantaranya: 36 1 Mengintegerasikan dimensi kognitif dan afektif dalam pengembangannya 2 Melibatkan secara bertahap kemampuan berpikir divergen dalam menyelesaikan masalah 3 Memiliki tahapan pengembangan yang sistematik, dengan beragam teknik untuk setiap tahap yang dapat diterapkan secara fleksibel. Selain itu, kelebihan model pembelajaran treffinger adalah dapat diterapkan pada semua segi dikehidupan sekolah, mulai dari pemecahan konflik matematika dasar sampai pada konflik kehidupan sehari-hari. Disamping kelebihannya, model pembelajaran treffinger juga memiliki kelemahannya, diantaranya: 37 1 Perbedaan level pemahaman dan kecerdasan siswa dalam menghadapi masalah 2 Ketidaksiapan siswa menghadapi masalah baru yang dijumpai dilapangan 3 Model ini mungkin tidak terlalu cocok diterapkan untuk siswa taman kanak-kanak atau kelas awal sekolah atas 4 Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mempersiapkan siswa melakukan tahap-tahap di atas. Namun, apapun kelemahan yang ada, baik tidaknya proses pembelajaran ditentukan oleh kreativitas guru dalam mendesain suasana pembelajaran 35 Huda, loc.cit. 36 Nisa, loc.cit. 37 Huda, loc.cit. dan cara guru mengatasi kelemahan tersebut. Beberapa cara mengatasi kelemahan tersebut, diantaranya: 1 mengimplementasikan model pembelajaran treffinger dikelas tingkat tinggi kelas 4, 5, dan 6 sekolah dasar 2 Membuat kelompok-kelompok kecil agar antarsiswa dapat saling berdiskusi untuk memahami dan mencari solusi masalah tersebut 3 Masalah yang diberikan siswa dikaitkan dengan benda-benda disekitar lingkungan siswa 4 Guru perlu mengatur waktu untuk setiap tahap agar waktu digunakan dapat efisien.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fatimah dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik pada Materi Optika Geometris Kelas X MAN Blora Tahun Pelajaran 20142015 ”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen. Penelitian ini menyatakan bahwa peningkatan kemampuan hasil belajar siswa kelas eksprimen lebih tinggi secara signifikan dari pada peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol. Hal ini menunjukkan dengan menggunakan model pembelajaran treffinger dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 38 Hasil penelitian diatas sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bambang Priyo Darminto dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Model Treffinger ”. Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa program studi pendidikan matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo dengan metode penelitian eksperimen. Hal ini terlihat dengan perbedaan skor posttest yang signifikan. Dengan demikian, penerapan pembelajaran model 38 Nurul Fatimah, “Penggunaan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik pada Materi Optika Geometris Kelas X MAN Blora Tahun Pelajaran 21042105”, Skripsi pada Sekolah Sarjana UIN Walisongo, Semarang, 2015, h. 75. pembelajaran treffinger dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematis. 39 Adapun penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Ila Bainatul Hayati dengan judul penelitian “Penerapan Model Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”. Penelitian ini dilakukan di MTs Hidayatul Umam Cinere-Depok dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas PTK. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata siswa yang lebih besar sama dengan nilai KKM. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa sebesar 67, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa sebesar 74. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran treffinger dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. 40 Dari beberapa penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilaksanakan terdapat persamaan pada model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran treffinger. Adapun perbedaan antara ketiga penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada masalah yang diteliti, bahwa peneliti akan menindak lanjuti dengan menggunakan model pembelajaran treffinger terhadap kemampuan representasi matematis siswa.

C. Landasan Konseptual Intervensi Tindakan

Matematika merupakan suatu bahasa dalam pembelajarannya tidak lepas dengan simbol, lambang, grafik, gambar, maupun bagan. Kemampuan representasi siswa sangat diperlukan guna mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan terkait dari merefleksikan simbol tersebut. Ada banyak penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis dan 39 Bambang Priyo Darminto , “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Model Treffinger ” , Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol. I No. 2, Desember 2013, h. 107. 40 Ila Bainatul Hayati, “Penerapan Model Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”, Skripsi pada Sekolah Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, tahun, h. 77. hasilnya pun beragam. Peneliti melihat bahwa kemampuan representasi matematis siswa masih kurang dalam pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu, pembelajaran matematika tidak hanya mentransfer ide- ide pengetahuan dari guru ke siswa namun hendaknya memberikan kesempatan dan pengalaman kepada siswa dalam menafsirkan masalah dan mungkin menimbulkan gagasan-gagasan dalam memecahkan masalah. Sehingga siswa dapat mengomunikasikan gagasannya kepada orang lain melalui representasinya sendiri. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran treffinger memungkinkan guru membuat pembelajaran sekreatif mungkin guna mendesain proses pembelajaran yang memberikan kesempatan dan melatih siswa dalam mengungkapkan ide-ide matematis. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran treffinger memberikan keleluasaan kepada siswa dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran dengan model pembelajaran treffinger mengutamakan keterpaduan antara kognitif dan afektif siswa dalam menyelesaikan masalah. Ada tiga tahapan dalam model pembelajaran treffinger. Tahap pertama, tingkat basic tools yang meliputi keterampilan berpikir divergen dan teknik- teknik kreatif. Tahap kedua, tingkat practice with process yang memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat basic tools dalam sistuasi praktis. Tahap ketiga, tingkat working real with problems dimana siswa menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat basic tools dan practice with process terhadap tantangan dunia nyata. Siswa tidak hanya belajar keterampilan berpikir kreatif, tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka. Untuk menyelesaikan masalah, siswa membutuhkan kemampuan representasi untuk mengomunikasikan ide-ide yang ia miliki. Dari tahapan model pembelajaran treffinger yang telah diuraikan di atas, terlihat bahwa pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan representasi matematis. Pada tahap basic tools, siswa diberi kesempatan melatih representasi visual dengan membuat