Tahap Observasi dan Analisis
siswa mengaplikasikan konsep yang telah didapat pada tahap sebelumnya working real with problem yang memiliki persentase paling rendah
hanya mencapai 63. Bila dilihat dari dimensi afektif didapat bahwa tahap II mengenai
kemampuan siswa berkreasi untuk menemukan sesuatu yang baru practice with process dan tahap III mengenai kemampuan siswa
menemukan hasil dengan mandiri working real with problem yang memiliki persentase tertinggi sebesar 75. Sedangkan tahap I mengenai
siswa yang mengemukakan ide dengan rasa percaya diri basic tool memiliki persentase terendah hanya mencapai 56.
Adapula, rata-rata persentase aktivitas belajar siswa secara keseluruhan hanya mencapai 63. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
belajar siswa belum sesuai dengan intervensi tindakan yang diharapkan. Dengan demikian siklus I ini dapat dikatakan belum berhasil sehingga
masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Untuk lebih rincinya aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada lampiran.
Selain itu, didukung juga dengan lembar observasi aktivitas guru dalam model pembelajaran treffinger. Tabel 4.2 menunjukkan terjadi
peningkatan pada rata-rata persentase aktivitas guru dari pertemuan satu ke pertemua dua sebesar 4 dan pertemuan dua ke pertemuan tiga
sebesar 13, tetapi pada pertemuan tiga ke pertemuan empat tidak menunjukkan peningkatan. Selain itu, ditemukan juga pada pertemuan ke
satu guru belum terlihat pada aktivitas membimbing siswa pada tahap basic tool. Pada pertemuan kedua juga guru belum telihat melakukan
konfirmasi pada tahap working real with problem. Pada pertemuan tiga dan pertemuan empat sudah terlihat perbaikan dari pertemuan
sebelumnya. Rata-rata persentase aktivitas guru pada model treffinger mencapai 63 sedangkan rata-rata persentase aktivitas guru secara
keseluruhan mencapai 68, untuk kelengkapan aktivitas guru secara
keseluruhan dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Guru Model Treffinger
Siklus I No.
Aktivitas Pertemuan ke-
̅ 1
2 3
4
1. Tahap basic tool
Guru memberikan masalah pada tahap basic tool
2 2
3 3
63 guru membimbing siswa
melakukan diskusi untuk menyampaikan gagasan atau
idenya
1
2 2
2 44
2. Tahap practice with process
Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan
menyelesaikan masalah yang lebih kompleks
3 2
3 3
69 Guru membimbing siswa
untuk membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah
dilaksanakan 2
3 4
3 75
3. Tahap working real with
problem Guru mengarahkan siswa
untuk menerapkan keterampilan yang telah
didapat pada tahap sebelumnya
3 3
3 3
75
Melakukan pemantauan dan konfirmasi lebih lanjut
jawaban yang tepat 2
2 2
3 56
Jumlah 13
14 17
17
Persentase
54 58
71 71
Rata-rata 63
Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga membuat catatan lapangan agar proses pembelajaran lebih terkontrol. Catatan
lapangan dibuat untuk mengetahui temuan-temuan penting selama pembelajaran model treffinger berlangsung. Berikut ini hasil rekapitulasi
catatan lapangan selama siklus I sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Catatan Lapangan Siklus I
Pertemuan Catatan Lapangan
1
Siswa masih kebingungan dalam menggunakan bahan ajar
Dalam menyelesaikan masalah siswa masih
sangat bergantung dengan peneliti
Masih ada kelompok yang belum kompak
Guru masih harus menunjuk salah satu kelompok
untuk mempresentasikan
hasil kerjanya
2
Siswa masih kebingungan mengerjakan soal fase practice with process sehingga peneliti
masih memberi bantuan
Siswa sudah
mulai berani
untuk mempresentasikan hasil kerjanya walaupun
masih malu-malu
Siswa masih terlihat bingung menyelesaikan soal fase working with problem yang
memerlukan lebih dari satu langkah dalam menyelesaikan masalah
3
Siswa masih kebingungan saat mengerjakan soal non rutin yang terdapat pada fase working
with problem
Terdapat siswa yang ngobrol diluar materi pada proses diskusi berlangsung
4
Sudah mulai terlihat kerjasamanya antar siswa
Ada siswa yang ragu-ragu pada jawabannya karena jawabannya berbeda dengan teman
sekelompoknya, hal ini karenakan siswa kurang teliti dalam perhitungan
Selain menggunakan metode pengamatan dan catatan lapangan, peneliti juga melakukan wawancara kepada tiga orang siswa untuk
memperkuat data observasi. Hasil wawancara yang dilakukan pada siklus I adalah :
1 Siswa merasa pembelajaran menyenangkan dan menantang, namun
ada pula siswa yang merasa kesulitan dan kebingungan dengan pembelajaran treffinger karena guru biasanya langsung menjelaskan
sebelum memberi latihan. Tetapi tidak terlalu sulit jika dikerjakan secara kelompok.
2 Dalam pengerjaan lembar kerja siswa, siswa termotivasi memecahkan
setiap masalah dengan berdiskusi dan mengerjakannya bersama kelompoknya, ada pula siswa yang masih bergantung dengan
temannya yang pintar. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas pembelajaran treffinger
terhadap siswa baik melalui observasi, catatan lapangan dan wawancara dapat dijabarkan beberapa hasil pada tindakan berdasarkan beberapa
tahap treffinger mulai dari tahap basic tool, tahap practice with process dan tahap working real with problem dapat dijelaskan baik dari dimensi
kognitif dan afektif sebagai berikut. 1
Tahap I : Basic Tool Dari dimensi kognitif mengenai siswa menuliskan ide atau
pengetahuannya pada tahap ini rata-rata persentasenya mencapai 69. Sedangkan pada rata-rata dimensi afektif mengenai siswa yang
mengemukakan ide atau pertanyaan dengan percaya diri hanya mencapai 56. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan mengungkapkan
idenya, sesuai dengan hasil wawancara siswa yang mengatakan bahwa siswa lebih sering langsung menerima materi dari guru. Sehingga siswa
belum ada rasa percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya. 2
Tahap II : Practice With Process
Dari dimensi kognitif pada tahap ini mengenai rata-rata diskusi siswa dengan kelompoknya untuk menganalisis setiap kegiatan mencapai
69. Sedangkan pada dimensi afektif mengenai kemampuan siswa berkreasi untuk menemukan sesuatu yang baru mencapai 75. Walaupun
berdasarkan catatan lapangan, peneliti harus membantu karena siswa masih kebingungan.
3 Kegiatan III : Working Real With Problem
Dari dimensi kognitif siswa mengenai kemampuan siswa dalam mengalikasikan konsep yang telah didapat pada tahap sebelumnya
mencapai 63. Hal ini sesuai dengan hasil catatan lapangan bahwa siswa masih kebingungan dengan masalah yang menggunakan lebih dari satu
penyelesaian. Namun pada aspek afektif mengenai kemampuan siswa mengerjakan dengan mandiri mencapai 75. Hal ini sesuai dengan hasil
pengamatan mengenai kerjasama siswa memang masih terlihat kurang pada siklus ini.
Selain melihat aktivitas siswa di kelas, peneliti juga melakukan analisis terhadap hasil tes kemampuan representasi matematis siswa pada
siklus I. Adapun hasil akhir tes siklus I dapat terlihat dari tabel berikut.
Tabel 4.4 Hasil Tes Akhir Siklus I
Ketuntasan Frekuensi
Persentase Nilai
rata-rata
Nilai siswa ≥ 75 9
29,03 65
Nilai siswa ˂ 75
22 70,97
Berdasarkan hasil akhir tes siklus I maka diperoleh skor rata-rata tes akhir siklus I sebesar 65. Selanjutnya, pada tabel dapat dilihat hanya 9
siswa yang telah tuntas pada pelajaran matematika dengan persentase sebesar 29,03 siswa dan 22 siswa yang belum tuntas pada pelajaran
matematika dengan persentase sebesar 70,97 siswa.
Tabel 4.5 Hasil Kemampuan Representasi Matematis Siklus I
No. Aspek
representasi frekuensi
Skor Ideal
Rata-rata Skor
Persentase