Berdasarkan hasil simulasi PERUBAHAN KARAKTERISTIK DEBIT, VOLUME DAN SEDIMEN 1.

130 Tingkat laju sedimentasi yang terjadi di waduk Saguling berada di atas ambang batas perencanaan waduk 1,0 mmth, waduk Cirata mendekati ambang batas 1,78 mmth dan waduk Jatiluhur di bawah ambang batas 1,0 mmth. Tingginya laju sedimentasi pada waduk akan menyebabkan penurunan umur pakai service life dari bendungan dan menurunkan produktivitas operasional turbin PLTA. Basiran 1990 menyatakan bahwa umur pakai bendungan Jatiluhur bertambah 96 tahun menjadi 277,5 tahun dari perencanaan semula, disebabkan telah beroperasinya waduk Saguling dan Cirata. Kedua waduk tersebut telah berfungsi sebagai penangkap sedimen sedimen trap sehingga memperpanjang umur pakai waduk. Umur pakai waduk diukur dari lamanya waktu yang diperlukan untuk mengisi zona tampungan mati dead storage bendungan.

b. Berdasarkan hasil simulasi

Sedimen pada sungai waduk dapat diduga dengan menggunakan volume air hasil simulasi model GR4J, dengan beberapa asumsi sebagaimana pada Tabel 30. Hasil dugaan sedimen di tiga Sub DAS yang ada di DAS Citarum wilayah hulu dan perkembangannya dari 1993 – 2003 ditampilkan pada Tabel 31. Tabel 30. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam memperkirakan volume sedimen di DAS Citarum Wilayah Hulu. No Penggunaan Lahan Ep Saguling EP Cirata EP Jatiluhur Ep Citarum CP SDR 1 Hutan 0,13 0,24 0,14 0,17 0,01 0,32 2 Sawah Tadah Hujan 0,33 0,4 1,45 0,62 0,02 0,32 3 Sawah Irigasi 0,33 0,4 1,45 0,59 0,02 0,32 4 Permukiman 0,03 0,02 0,15 0,05 0,00 0,32 5 KebunPerkebunan 8,40 15,4 36,86 18,66 0,12 0,32 6 Tegalan 22,02 61,31 40,05 34,76 0,23 0,32 Sumber : 1. Erosi permukaan pada soil pan Ep sama dengan erosi permukaan lapang, berdasarkan penelitian Sutono et. al 2003 di DAS Citarum. 2. Volume air permukaan satu periode hujan Ro sama dengan volume air masuk lokal hasil simulasi model GR4J. 3. Faktor tanaman dan konservasi tanah CP, berdasarkan hasil penelitian Abdurahman et. al 1984, Ambar dan Syafrudin 1979 serta EXSA dan ECI 1989 dalam Asdak 2004 dan Amarjan 2003. 4. Luas Sub DAS A sama dengan luas masing-masing Sub DAS atau luas per penggunaan lahan sesuai dengan hasil interpretasi peta. 131 Tabel 31. Volume sedimen hasil simulasi. No Tahun Volume Sedimen Hasil Simulasi per Sub DAS-DAS juta m³ Saguling Selisih Cirata Selisih Jatiluhur Selisih Citarum Selisih Wil Hulu 1 1993 28,85 7,35 27,05 11,07 491,74 15,79 546,49 33,44 2 1994 36,20 7,31 38,12 4,68 507,52 14,57 579,94 25,93 3 1995 43,51 7,31 42,80 11,19 522,09 4,81 605,87 22,43 4 1996 50,82 6,21 53,99 16,35 526,90 5,03 628,29 26,75 5 1997 57,03 7,92 70,34 10,10 531,93 3,39 655,04 21,17 6 1998 64,95 7,06 80,44 9,68 535,32 3,13 676,21 19,64 7 1999 72,01 7,50 90,12 9,12 538,45 2,86 695,85 19,27 8 2000 79,51 7,20 99,24 11,02 541,30 3,35 715,13 21,55 9 2001 86,71 6,93 110,27 7,55 544,65 3,64 736,67 17,42 10 2002 93,64 6,30 117,82 8,72 548,29 2,91 754,10 8,98 11 2003 99,94 126,53 551,20 763,08 Rata-rata 64,83 7,11 77,88 9,95 530,85 5,95 668,79 21,66 Keterangan : Hasil simulasi, volume sedimen ton dapat dikonversi menjadi m 3 dengan membagi sebesar 1,3 kali. Simulasi dengan menggunakan volume air masuk lokal hasil model GR4J dan rumus sedimentasi Sa’ad 2002. Dari tabel tersebut diperoleh informasi bahwa volume sedimentasi hasil simulasi lebih tinggi bila dibandingan dengan hasil pengukuran walaupun menurut hasil simulasi GR4J, kedua wilayah Sub DAS Saguling dan DAS Citarum Wilayah Hulu memiliki koefisien Nash-nya melebihi 50 memiliki kemiripan yang tinggi, menurut Andressian, 2003. Dengan demikian, berkaitan dengan pendugaan volume sedimen DAS inisial 1993 memiliki perbedaan yang besar dibandingkan dengan DAS 2003 simulasi. Dari hasil pengolahan data pemeruman pengukuran dan simulasi didapatkan informasi bahwa laju sedimentasi yang terjadi di Sub DAS Saguling adalah 4,19 – 7,11 juta m 3 th, Sub DAS Cirata 5,50 – 9,95 juta m 3 th, Sub DAS Jatiluhur 4,05 – 5,95 juta m 3 th dan DAS Citarum Wilayah Hulu 12,86 – 21,66 juta m 3 th. Laju sedimentasi Waduk Saguling sebesar 4,19 juta m 3 th tersebut sesuai dengan pendapat Asdak 2007 yang menyatakan bahwa rata-rata laju sedimentasi di waduk Saguling adalah sebesar 4,0 juta m 3 th. Grafik perbandingan antara volume sedimen hasil pemeruman 3 waduk dengan volume sedimen hasil simulasi Sub DAS Saguling, Sub DAS Cirata, Sub DAS Jatiluhur dan DAS Citarum Wilayah Hulu, 1993-2003 berdasarkan tahun inisial 1993 disajikan pada Gambar 35. 132 Perbandingan Sedimen Pemeruman-Simulasi Saguling 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 T a hun SP SS Perbandingan Sedimen Pemeruman-Simulasi Cirata 20 40 60 80 100 120 140 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 Tahun S e di m e n jut a m 3 SP SS Perbandingan Sedimen Pemeruman-Simulasi Jatiluhur 440 460 480 500 520 540 560 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun S e d ime n ju ta m3 SP SS Perbandingan Sedimen Pemeruman-Simulasi Citarum 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun S e di m e n jut a m 3 SP SS Gambar 35. Grafik perbandingan antara volume sedimen hasil pemeruman 3 waduk dengan volume sedimen hasil simulasi Sub DAS Saguling, Sub DAS Cirata, Sub DAS Jatiluhur dan DAS Citarum Wilayah Hulu, 1993-2003 berdasarkan tahun inisial 1993. Tingginya laju sedimentasi tersebut mengindikasikan terjadinya penurunan kualitas lingkungan DAS Citarum Wilayah Hulu sebagai akibat semakin tingginya konversi lahan hutan menjadi penggunaan lain sehingga memperluas permukaan kedap air yang menyebabkan berkurangnya infiltrasi, menurunkan pengisian air bawah tanah dan meningkatkan aliran permukaan Pawitan, 2002 dalam Suryani et.al 2005. Sutono et.al 2003 dalam Kurnia et.al 2003 menyatakan bahwa sesuai dengan hasil penelitian pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap erosi di DAS Citarum, lahan hutan yang berubah menjadi kebun campuran meningkatkan erosi 4 – 10 tonhath. Peningkatan erosi tersebut akan meningkatkan sedimen di Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur.

5.5. Simpulan