Tabel 2. Kandungan maksimum unsur pencemar dalam air pertanian.
Unsur Untuk pemberian air terus
menerus mg l
Untuk penggunaan sampai 20 tahun, pada tekstur tanah sangat halus,
pH 6,0 – 8,5 mgl Al Alumunium
As Arsen Be Berylium
B Boron Cd Kadmium
Cr Krom Co Kobalt
Cu Tembaga F Fluor
Fe Besi Pb Timbal
Li Litium Mn Mangan
Mo Molibdenum Ni Nikel
Se Selenium V Vanadium
Zn Seng 5,00
0,10 0,10
0,75 0,01
0,10 0,05
0,20 1,00
5,00 5,00
2,50 0,20
0,01 0,20
0,02 0,10
2,00 20,00
2,00 0,50
2,00-10,00 0,50
1,00 5,00
5,00
15,00 20,00
10,00 2,5
2
10,00 0,050
2
0,020 0,020
1,00 10,00
Sumber : Shainberg dan Oster 1978.
Menurut Darmono 1995, kegiatan pertambangan merupakan sumber pencemaran logam berat. Pencemaran logam berat ini dapat menimbulkan
berbagai permasalahan diantaranya 1 berhubungan dengan estetika seperti bau, warna, rasa 2 berbahaya bagi tumbuhan dan hewan, 3 mengganggu kesehatan
manusia, 4 menimbulkan kerusakan ekosistem.
2.3.2. Sedimentasi
Asdak 2004 menyatakan bahwa sedimen adalah hasil proses erosi baik berupa erosi permukaan, erosi parit dan erosi tanah lainnya. Hasil sedimen
sediment yield adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi di daerah tangkapan air, diukur pada periode dan tempat tertentu. Hasil sedimen biasanya
diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut dalam sungai suspended sediment atau pengukuran langsung di dalam waduk. Hasil sedimen pada waduk sangat
ditentukan oleh tingkat erosi lahan di wilayah hulu. Faktor - faktor yang mempengaruhi erosi juga merupakan penentu hasil sedimen yaitu kondisi fisik
lahan, aliran permukaan, debit, tataguna lahan, tindakan konservasi, erodibilitas, kerapatan drainase dan luas DAS Julien, 1992; Morris dan Fan, 1998; Sa’ad,
2002; Syarif dan Kodoati, 2005. Secara sederhana hasil sedimen dapat dihitung dengan menggunakan rumus Asdak, 2004 yaitu Qs = 0,0864 . C . Q, dimana
Qs = debit sedimen tonha, C = konsentrasi sedimen, Q = debit sungai m³ dt. Penelitian yang dilakukan oleh Sa’ad 2002, di DAS Hulu Ciliwung
menyimpulkan bahwa untuk menduga hasil sedimen pada sungai dapat menggunakan rumus :
Y = 1.445 x 10
-2
. Ep
0,704
. Ro
0,646
. CP
0,005
. A
-0,747
Keterangan : Y = sedimen sungai ton ha¯¹,
Ep = erosi permukaan dari soilpan ton ha¯¹, Ro = volume aliran permukaan satu periode hujan m³,
CP = faktor tanaman dan tindakan konservasi tanah, A = luas Sub DAS ha.
Rumus tersebut dapat digunakan untuk DAS – DAS lain yang memiliki kemiripan tinggi berdasarkan koefisien Nash. Hubungan antara perubahan
tataguna lahan dan hutan DAS dengan erosi, sedimentasi, kuantitas dan kualitas air telah banyak dilakukan. Misalnya, Sihite 2004 menyimpulkan bahwa
perubahan penggunaan lahan hutan menjadi kebun kopi di DAS Besai Lampung telah menyebabkan peningkatan erosi dari 8,29 tonha 1975 menjadi 49,85
tonha 1997 dan rasio debit maksimum minimum naik dari 7-16 1975-1981 menjadi 25-41 1996-1997, sehingga mendatangkan kerugian per tahun
1975-1981 sebesar Rp 16,473 milyar naik menjadi Rp 63,493 milyar 1996- 1997. Di DAS Krueng Aceh ditemukan bahwa telah terjadi penurunan volume
aliran sungai tahunan sebesar 417,4 mm dan debit aktual turun sebesar 32,1 antara tahun 1996-2003 Balai Agroklimat dan Hidrologi, 2004.
2.4. Jasa Lingkungan DAS Selain Air 2.4.1. Keanekaragaman Hayati