166
Karakteristik Pendapatan Harian PLTA Saguling Tahun 1993-2003
- 2
4 6
8 10
12 14
16 18
20
1 11
21 9
32 8
43 7
54 6
65 5
76 4
87 3
98 2
10 91
12 00
13 09
14 18
15 27
16 36
17 45
18 54
19 63
20 72
21 81
22 90
23 99
25 08
26 17
27 26
28 35
29 44
30 53
31 62
32 71
33 80
34 89
35 98
37 07
38 16
39 25
Hari P
e n
dapat a
n R
p M il
iar
1993 2003
Hubungan Pendapatan Harian PLTA Saguling Tahun 1993-2003
y = 0.6182x + 5E+08 R
2
= 0.753
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000 18,000
20,000
- 2,
000 4,
000 6,
000 8,
000 10,
000 12,
000 14,
000 16,
000 18,
000 20,
000
M ill
io n
s
Millions
Series1 Linear Series1
Gambar 42. Karakteristik pendapatan harian PLTA UBP. Saguling hasil
simulasi pada kondisi penutup lahan1993 dan 2003.
Keterangan: UBP Saguling meningkatkan kapasitas produksinya dimulai pada tahun 1994.
Gambar 43. Hubungan pendapatan harian PLTA UBP. Saguling hasil simulasi
pada kondisi penutup lahan1993 dan 2003.
b. Biaya pemeliharaan
Untuk menjaga kontiunitas produksi energi listrik pada tingkat tertentu diperlukan pemeliharaan terhadap peralatan produksi terutama turbin dan water
cooler , pembelian bahan kimia tertentu dan pemeliharaan waduk. Pemeliharaan
turbin dan water cooler dilakukan satu kali dalam 7-10 tahun dan pemeliharaan
167 waduk dilakukan rutin setiap tahun. Pada Tabel 44 disajikan biaya pemeliharaan
peralatan produksi PLTA. Tabel 44. Biaya pemeliharaan peralatan produksi PLTA Saguling yang diduga
paling rentan terhadap perubahan kualitas air.
No. Komponen Biaya
Besar Rp juta Tahun Jumlah
1999-2000 2001-2002
2003-2005 Rp
1 Pembersihan sampah dan Gulma,
1.869,37 1.143,53
2.882,86 5.895,76
pemeliharaan Trassboom dan penanggulangan erosi
2 Penelitian Kualitas Air Triwulan
76,82 188,31
237,58 502,71
I, II, III dan IV 3
Pekerjaan Retubing Air Cooler, 183,05
1.752,87 245,39
2.181,31 Generator dan perbaikannya
4 Pengadaan, Penggantian, dan
1.200,90 1.310,17
440,43 2.951,50
Perbaikan Air Cooler Generator 5
Pengadaan Oil Cooler Lower -
4.444,15 698,50
5.142,65 Fin Ring Air Cooler,
Tube, Belzone 6
Penggantian spare part dan -
- 413,80
413,80 pemeliharaan turbin
7 Rebuilt Coating Spiral Case
- -
1.887,49 1.887,49
Stay Vane Stay Ring 2 8
Pengadaan Tyristor Stack -
193,88 -
193,88 dan Toprogge
Jumlah 3.330,14
9.032,90 6.806,04
19.169,08 Rata-Rata
2.738,44
Sumber : Bagian Akutansi UBP Saguling, 2006.
c. Biaya Eksternalitas
Biaya eksternalitas adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan PLTA untuk mempertahankan kegunaan sumberdaya air pada tingkat tertentu.
Besarnya biaya eksternalitas tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan penghasil sumberdaya air di DAS Citarum Wilayah Hulu. Biaya eksternalitas
meningkat apabila terjadi penurunan volume air, peningkatan sedimen yang memasuki partisi cooler sehingga tidak beroperasi yang kedua-duanya
menyebabkan kesempatan tidak berproduksi PLTA semakin besar, peningkatan biaya pemeliharaan dan kebijakan manajemen PJT II dalam mengalokasikan air.
Pada Tabel 45 disajikan biaya eksternalitas 3 PLTA baik berdasarkan pengamatan maupun simulasi kondisi penutup lahan 1993 dengan asumsi biaya
pemeliharaan ketiga PLTA sama dengan biaya pemeliharaan UBP Saguling.
168 Tabel 45. Biaya eksternalitas rata-rata per tahun 3 PLTA.
No Uraian Biaya
Biaya Eksternalitas PLTA miliar Rpth
Jumlah Rp Saguling Cirata Jatiluhur
Perhitungan 1.
Kehilangan kesempatan berproduksi
16,097 10,776 8,35 35,223
2. Pemeliharaan peralatan
produksi, pengadaan bahan kimia dan
pemeliharaan waduk. 2,738 5,4761 4,080
12,294 Total
18,855 16,252
12,43 47,517
Simulasi perubahan penutup lahan 1993 dan 2003 1.
Potensi kehilangan kesempatan berproduksi
138,617 92,770 71,904 303,318
2. Pemeliharaan peralatan
produksi, pengadaan bahan kimia dan
pemeliharaan waduk. 2,738 5,476 4,080 12,294
Total 141,355 98,246
75,984 315,612
Keterangan : = biaya pemeliharaan per unit turbin PLTA UP. Cirata dan Jatiluhur didasarkan pada total biaya pemeliharaan UBP. Saguling dibagi dengan jumlah turbin
4 turbin. = didasarkan pada hasil simulasi PLTA Saguling secara proporsional. Asumsi biaya pemeliharaan pada simulasi tetap.
Besarnya biaya eksternalitas tersebut diduga akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang sebagai akibat penurunan pendapatan dan
peningkatan biaya pemeliharaan. Penurunan pendapatan disebabkan oleh peningkatan besarnya kehilangan kesempatan berproduksi, baik sebagai akibat
penurunan volume air masuk lokal, peningkatan sedimentasi dan waduk maupun peningkatan frekuensi pemeliharaan alat utama produksi turbin dan cooler.
Apabila diasumsikan bahwa biaya perawatan alat utama produksi energi listrik turbin di ketiga PLTA adalah sama seperti PLTA Saguling, maka total
biaya pemeliharaannya adalah sebesar Rp 12,294 miliar per tahun. Besarnya total kerugian akibat penurunan pendapatan adalah Rp. 47,517 milyar per tahun
Rp. 35,223 miliar + Rp 12,294 miliar. Apabila dibandingkan dengan produksi energi listrik dan volume air yang digunakan masing-masing PLTA diperoleh
hasil sebagaimana pada Tabel 45. Dengan demikian, kerugian ekonomi yang di derita 3 PLTA sebagai akibat penurunan produksi energi listrik dan peningkatan
biaya pemeliharaan adalah Rp. 47,517 miliar per tahun.
169 Untuk menduga potensi kerugian PLTA sebagai akibat perubahan
penutup lahan dilakukan pengurangan pendapatan hasil simulasi penutup lahan tahun 1993 dengan penutup lahan tahun 2003 dengan hasil sebagaimana
pada Tabel 46. Dari tabel tersebut diketahui bahwa potensi kerugian atau potensi keuntungan yang hilang sebagai akibat perubahan penutup lahan sangat
besar yaitu Rp.141,355 miliar PLTA Saguling, Rp.98,246 miliar PLTA Cirata, Rp.75,984 miliar PLTA Jatiluhur dan Rp.315,612 miliar 3 PLTA
setiap tahun dengan asumsi volume air masuk lokal yang tersedia dan turbin dioperasionalkan secara memaksimal oleh PLTA serta biaya pemeliharaan tetap.
Potensi kerugian tersebut merupakan nilai guna manfaat sumberdaya air yang hilang sebagai akibat perubahan penutup lahan dari tahun 1993-2003. Dengan
kata lain, dengan mempertahankan penutup lahan pada kondisi 1993, ketiga PLTA telah mendapatkan potensi keuntungan opportunity benefit yang sangat
besar. Besarnya perbedaan antara kerugian menurut perhitungan aktual dengan hasil simulasi model GR4J diduga disebabkan tidak maksimalnya PLTA
beroperasi, penurunan DAML dan VAML dan kebijakan alokasi air oleh manajemen PJT-II selama peride 1993-2003. Dengan membagi biaya
kerugian terhadap produksi energi listrik dan air yang digunakan oleh PLTA, diperoleh biaya marjinal lingkungan environmental marginal cost atau biaya
eksternalitas bagi pengguna air Citarum. Hasil analisis terhadap Tabel 46 didapatkan informasi bahwa secara
umum potensi kerugian ketiga PLTA sebagai akibat degradasi kualitas jasa lingkungan DAS Citarum Wilayah Hulu adalah sebesar Rp. 47,517 - Rp.
315,612 milyar setiap tahun atau sebesar Rp. 2.789,11 - Rp. 10.434,42 per MWh listrik yang dihasilkan atau Rp. 3,60 – Rp. 16,95 per m³ air yang
digunakan. Besarnya potensi kerugian yang dialami oleh ketiga PLTA Rp. 315,612 miliar per tahun diperkirakan disebabkan oleh perubahan penutup lahan
dan karakteristik hidrologis periode 1993 -2003.
170 Tabel 46. Biaya marginal lingkungan PLTA berdasarkan perhitungan per tahun.
No Uraian PLTA
3 PLTA Saguling Cirata Jatiluhur
1. Potensi PEL MWhth
2,358,732.49 1,385,191.70
809,946.71 4,553,870.90
2. Potensi
VAML m³th 2,590,570,000 5,092,340,000 5,520,160,000 13,203,070,000
3. Potensi kerugian
Rpth 18,835,440,000 16,252,000,000 12,430,000,000
47,517,000,000 4.
BML per unit output 3 : 1 RpMWh
7,985.41 11,732.67 15,346.69 10,434.42
5. BML per m³VAML
3 : 2 Rpm³ 7.27 3.19 2.25
3.60
Simulasi 1993
No Uraian PLTA
3 PLTA Saguling Cirata Jatiluhur
1. Potensi PEL MWhth
58,611,796.53 34,420,424.71
20,126,246.61 113,158,467.85
2. Potensi VAML
m³th 3,652,598,448.64 7,179,992,505 7,783,201,323.36 18,615,792,277.10
3. Potensi kerugian
Rpth 141,355,000,000 98,246,139,840 75,984,823,880 315,611,797,800
4. BML per unit output
3 : 1 RpMWh 2,411.72 2,854.30 3,775.41
2,789.11 5.
BML per m³VAML 3 : 2 Rpm³
38.70 13.68 9.76
16.95
Keterangan : PEL = Produksi energi listrik, VAML = volume air masuk lokal, BML = Biaya marginal lingkungan.
Dengan kata lain, apabila kondisi penutup lahan dan karakteristik hidrologis tidak berubah seperti kondisi tahun 1993, maka ketiga PLTA akan
mendapatkan potensi keuntungan sebesar potensi kerugiannya. Biaya tersebut merupakan compensation variation dan equivalent variation ketiga PLTA dalam
upaya mempertahankan utilitas sumberdaya air sebagai energi pembangkit pada tingkat produksi yang ditetapkan. Dengan kata lain, biaya tersebut merupakan
willingness to pay wilayah hilir pengguna jasa atas perbaikan kualitas
lingkungan wilayah hulu penyedia jasa. Secara grafik, biaya marjinal lingkungan 3 PLTA seperti pada Gambar 44.
171
P e r ba ndinga n BML S a guling Ta hun 1993 da n 2003
- 10,000
20,000 30,000
40,000 50,000
60,000 70,000
80,000 90,000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
P r oduksi MWh 2003
1993 P e r ba ndinga n BML Cir a t a Ta hun 1993 da n 2003
- 20,000
40,000 60,000
80,000 100,000
120,000 140,000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
P r oduksi MWh 2003
1993
P e r ba ndinga n BML J a t iluhur Ta hun 1993 da n 2003
- 50,000
100,000 150,000
200,000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
P r oduksi MWh 2003
1993 P e r ba ndinga n BML Cit a r um 3 P LTA Ta hun 1993 da n 2003
- 50,000
100,000 150,000
200,000 250,000
300,000 350,000
400,000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
P r oduksi MWh 2003
1993
Gambar 44. Biaya marginal lingkungan 3 PLTA. 8.4.2. Kerugian Ekonomi PDAM
Komponen biaya yang diteliti dalam pengolahan air baku menjadi air bersih minum adalah 1 pemeliharaan peralatan produksi dan 2 penggunaan
bahan kimia. Tabel 47. Biaya pemeliharaan WTP Ubrug PDAM Tirta Dharma.
No Tahun Komponen Biaya
Biaya 1
1988 Reposisi level pompa intake
2.255.000 2
1993 Pencucian pasir di WTP
104.741.000 3
1994 Pengangkutan kapasitor instalasi
814.939.000 pengelolaan air bersih IPA PDAM Kab. Purwakarta
4 1995
Pengawasan proyek pengangkutan kapasitor instalasi 49.071.000
pengelolaan air bersih IPA PDAM Purwakarta 5
1996 Pencucian pasir di WTP
5.790.000 6
1998 Pencucian pasir di WTP
11.961.000 7
2002 Evaluasi up-rating WTP, pengawasan pekerjaan
49.500.000 up-rating WTP dan assesment WTP Ubrug
8 2003
Up-rating WTP lanjutan PDAM Purwakarta 724.725
Total Biaya Pemeliharaan WTP Ubrug 1.038.981.725
Rata-rata per tahun 41.559.269
Sumber : Laporan keuangan PDAM Tirta Dharma 1999-2003.
172 Pada Tabel 47 dan 48 disajikan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh
PDAM Tirta Dharma Purwakarta sumber air baku dari Ubrug setiap tahun sebesar Rp 41.559.000,- laju kenaikan sebesar 4,0 per tahun. Penggunaan
bahan kimia oleh PDAM Tirta Dharma Purwakarta mengalami kenaikan 1999- 2003 antara 0.93 sodium, -56 asam sulfat. Penggunaan bahan kimia
yang semakin meningkat, menunjukkan penurunan kualitas air yang diproses PDAM.
Tabel 48. Pemakaian bahan kimia pembantu umum dalam pengolahan air bersih PDAM Purwakarta.
No Bulan Bahan Kimia Kg
1999 2001
2003 Chor Kaporit
Shodium Alum Shodium Alum Sulfat
1 Januari -
15 930
4.740 2.520
5.675 2 Februari
- 30
1.770 4.865
1.930 6.300
3 Maret -
30 1.810
3.930 2.335
6.955 4 April
- 11
1.125 6.230
2.375 8.175
5 Mei -
60 1.470
5.515 2.220
7.225 6 Juni
- 95
1.465 4.320
2.335 6.325
7 Juli -
- 2.325
3.700 2.330
6.300 8 Agustus
- -
2.765 3.823
3.380 6.750
9 September - -
2.520 4.150
1.410 8.400
10 Oktober - - 2.638
4.200 1.500
10.450 11
November - -
2.226 3.850
1.095 10.500
12 Desember - -
1.974 3.900
1.210 11.100
Jumlah - 241
23.018 53.223
24.640 94.155
Rata-Rata - 40 1.918
4.435 2.053
7.846 Sumber : Bagian keuangan PDAM Purwakarta.
PT. Thames PAM Jaya mengalami kenaikan komponen biaya bahan kimia sebesar Rp. 87,317 juta per tahun selama kurun waktu 1998-2005 atau
laju kenaikan biaya untuk pengadaan bahan kimia sebesar 10,61 per tahun atau Rp 64,00,- per m³ biaya produksi air minum. Peningkatan penggunaan bahan
kimia oleh PT. Thames PAM Jaya Jakarta menunjukkan semakin rendahnya kualitas air baku dari Tarum Kanal BaratCitarum yang diproses. Kesediaan
PDAM untuk membayar biaya marginal tambahan sebesar tersebut merupakan avoid cost
untuk mempertahankan utility sumberdaya air pada tingkat tertentu. Biaya marginal lingkungan tersebut dikompensasi oleh PDAM dari
pendapatannya.
173
200 400
600 800
1000 1200
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
Tahun Ju
m la
h B ia
y a
B a
ha n
K im
ia hhh
h
R p
m 3
Dari Tabel 49, Gambar 45 dan Tabel 50 dapat disimpulkan bahwa tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. Thames PAM Jaya persatuan
produksi m
3
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini terutama pada periode 2003-2006, yang mana pada periode tersebut produksi air minum
relatif menurun. Kondisi ini mengindikasikan adanya peningkatan pencemaran air baku air minum air dari Sungai Citarum-Kanal Tarum Barat. Peningkatan
pencemaran tersebut terutama disebabkan penurunan kualitas lingkungan di DAS Citarum Wilayah Hulu.
Tabel 49. Biaya bahan kimia dalam pengolahan air bersih PT. Thames PAM Jaya tahun 1998-2005.
Sumber : Bagian keuangan PT. Thames PAM Jaya Unit Pabuaran, 2006.
Gambar 45. Biaya bahan kimia dalam pengolahan air bersih per m³ air produksi
tahun 1998-2005.
No BLN Biaya Bahan Kimia 1000 m³ Rp juta
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1 Jan
437,44 646,85 689,99 793,88 1.092,85 701,84 1.167,91 1.133,86
2 Feb
460,76 557,98 551,25 566,61 772,11 735,58 901,61 1.189,19
3 Mar
625,63 658,13 654,12 801,45 821,34 811,46 941,26 1.355,27
4 Apr
553,49 638,29 692,18 939,50 1.011,89 764,85 1.262,71 1.140,14
5 May
502,54 803,95 783,03 787,49 722,15 824,27 1.122,38 1.044,20
6 Jun
870,54 524,26 686,82 957,57 718,26 692,67 858,63 1.132,02
7 Jul
882,73 544,26 827,95 926,27 826,72 676,36 974,41 1.009,80
8 Aug
850,70 546,63 709,68 718,00 684,84 685,07 916,84 1.026,04
9 Sep
619,51 495,42 627,76 967,81 636,81 693,59 949,98 1.011,83
10 Oct
837,97 821,43 672,22 1.115,08 649,74 907,48 1.071,40 1.389,21
11 Nov
562,45 617,06 779,82 1.001,84 711,76 836,50 1.140,17 1.188,63
12 Dec
599,73 675,06 678,50 781,58 731,48 792,32 1.338,52 1.195,93
Jumlah
7.803,48 7.529,32 8.353,30 10.357,08 9.379,96 9.121,99 12.645,82 13.816,13
Rata-rata
650,29 627,44 696,11 863,09 781,66 760,17 1.053,82 1.151,34
174 Peningkatan penggunaan bahan kimia sebagai akibat degradasi kualitas
air baku air minum PT. Thames PAM Jaya meliputi pemakaian alum sulfat cair, PAC, gas klor, karbon aktif, kapur padam, proestol TR 611, magnoflok LT 20,
dan magnoflok LT 7994. Tabel 50. Biaya bahan kimia dalam pengolahan air bersih per m³ air produksi
PT. Thames PAM Jaya tahun 1998-2005.
No Bulan Biaya Bahan Kimia Rpm³ Tahun
1998 1999 2000
2001 2002
2003 2004 2005
1 Januari 35,03
57,90 68,76 65,79 90,25 57,59 87,79 84,46 2
Februari 39,16 49,82 59,36 52,05 74,28 65,99 71,64 103,44
3 Maret 47,57
52,87 66,94
66,62 72,52
67,02 69,81 103,95
4 April 43,36
53,73 70,05 81,66 91,56 65,30
100,04 89,64 5
Mei 38,69 65,32 74,86 72,23 63,28 69,83 83,63 78,91
6 Juni 69,26
44,79 67,02
80,51 64,94
60,16 63,20
88,19 7
Juli 71,57 46,02
82,39 74,76
70,96 57,44 71,30 77,90
8 Agustus 65,92
49,44 67,07 58,21 57,43 57,40 69,05 78,28
9 September 50,77 47,37
62,78 77,34
54,52 57,86
75,84 80,57 10
Oktober 67,61 77,89 59,29 90,49
53,30 73,04 77,99 105,09 11
November 46,3 58,74
68,59 82,11
60,56 65,12
86,96 95,96 12
Desember 52,29 65,94 57,04
62,89 61,25
58,59 102,51 89,17
Jumlah 627,53 669,83 804,15 864,66 814,85 755,34 959,76 1075,56
Rata-rata tahun 821,46
Laju 42,3 134,32
60,51 -49,81
-59,51 204,42
115,8 Laju rata-rata
64,004 Sumber : Bagian keuangan PT. Thames PAM Jaya Unit Pabuaran, 2006.
Tabel 51. Sidik ragam Anova penggunaan bahan kimia PT. Thames PAM Jaya.
No Keragaman Jumlah
Kuadrat Derajat
Bebas Nilai Tengah
Kuadrat F Hitung
Signifikansi 1. Antar
Kelompok 11.954,764 7 1.707,823 16,001 0,000
2. Dalam Kelompok
9.285,734 87 106,733
3. Total 1.240,498 94
Keterangan : berbeda nyata pada α = 5
Dari hasil sidik ragam anova sebagaimana pada Tabel 53 dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan kimia PT. Thames PAM Jaya berbeda
nyata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung yang lebih besar dari F-tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5. Secara grafis biaya marginal
lingkungan atau eksternalitas PDAM ditampilkan pada Gambar 46.
175
Biaya Marginal Lingkungan 2 PDAM
- 100
200 300
400 500
600 700
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Produksi Air Minum M
3
BM L
Rp
Tirta Dharma Thames PAM Jaya
Gambar 46. Biaya marginal lingkungan atau eksternalitas PDAM Tirta Dharma dan PT. Thames PAM Jaya.
8.4.3. Kesediaan Membayar Masyarakat Hulu
Untuk mengetahui nilai jasa air bagi masyarakat hulu, dilakukan survey contingent valuation method
CVM terhadap 120 Kepala Keluarga di 4 Kecamatan yang merupakan wilayah hulu DTA Saguling
8.4.4. Karakteristik Responden
Pengguna jasa lingkungan disebut hilir dan penyedia disebut hulu. Dengan definisi tersebut, masyarakat di sekitar waduk Saguling juga merupakan
pengguna jasa lingkungan yang disediakan oleh DTA Sub DAS wilayah hulu berupa air. Pengguna jasa lingkungan air yang lain adalah PLTA, PDAM,
industri, hotel dan restoran, rumah tangga, instansi pemerintah, dll. Pada penelitian ini, jasa lingkungan yang dimaksud berupa air minum. Ketersediaan
air minum sangat tergantung oleh kondisi lingkungan di DAS hulu Citarum. Sehingga masyarakat hilir yang menggunakan jasa lingkungan secara tidak
langsung mempunyai kewajiban dalam membayar kompensasi untuk rehabilitasi wilayah hulu melalui masyarakat. Menurut Leimona 2004, masyarakat yang
berpenghidupan dari hasil alam atau dengan mengelola lahan merupakan ujung tombak intervensi terhadap keberadaan jasa lingkungan. Selanjutnya kelompok
masyarakat ini diistilahkan dengan ”masyarakat penyedia jasa lingkungan” environmental services providers, yang atas usaha perlindungan dan
pengelolaannya dapat dikategorikan sebagai pelindung guardian dan pengelola stewardship. Adanya berbagai masalah dalam menjaga kelestarian lingkungan
176 serta gagalnya pendekatan di masa lalu, telah memicu berkembangnya suatu
sistem dimana masyarakat penyedia jasa lingkungan diakui dan diberi imbalan atas usaha yang mereka lakukan recognition and reward. Prinsip dasar dari
konsep ini adalah bahwa masyarakat penyedia jasa lingkungan perlu mendapat kompensasi terhadap usaha yang telah mereka lakukan, di lain pihak, pengguna
jasa lingkungan perlu membayar atas jasa lingkungan yang mereka manfaatkan. Masyarakat pengguna jasa lingkungan dalam penelitian ini terdiri atas
masyarakat yang berada di sekitar waduk Saguling tersebar di 4 Kecamatan dengan total responden 120 kepala keluarga 40KKKecamatan. Masyarakat
hilir yang menjadi responden merupakan masyarakat yang mengambil jasa lingkungan berupa air minum dari Saguling. Karakteristik responden dalam
penelitian ini terdiri atas jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan dan usia. Dari karakteristik tersebut, diharapkan dapat
menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitar waduk Saguling. Berikut karakteristik responden masing-masing Kecamatan.
a. Jenis kelamin
Responden dalam penelitian ini adalah para penduduk yang menggunakan jasa lingkungan berupa air minum dari Saguling. Banyaknya
responden masing-masing Kecamatan adalah 40 KK dan ternyata lebih dari 95 115 KK adalah laki-laki dan perempuan kurang dari 5 5 KK. Hal ini
disebabkan bahwa responden pada umumnya adalah kepala keluarga.
b. Tingkat pendidikan
Berdasarkan data yang didapat, dapat dilihat bahwa persentase tingkat pendidikan yang paling tinggi adalah SD 97 KK, SMP 15 KK , SMU 4 KK,
tidak sekolah 3KK dan PT 1KK. Kondisi tersebut dapat dipahami karena 4 Kecamatan wilayah studi adalah wilayah pedesaan yang masih tergolong daerah
tertinggal.
c. Tingkat pendapatan