Produksi Energi Listrik oleh PLTA

189

e. Faecal coliform dan logam berat.

Pada umumnya, faecal coliform digunakan sebagai indikator pencemaran perairan yang bersumber dari limbah rumah tangga. Konsentrasi faecal coliform lebih besar dari 2000 MPN100 ml dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah industri yang dibuang ke perairan umumnya mengandung logam berat seperti Cu, Cd, Pb, Zn dan Hg, sedangkan limbah pestisida yang sering dijumpai di perairan Indonesia antara lain adalah H 2 S, NO 2 dan NH 3 . 9.2. Perubahan Karakteristik Hidrologis, Produksi PLTA dan PDAM dan Biaya Marjinal Lingkungan.

9.2.1. Produksi Energi Listrik oleh PLTA

Karakteristik hidrologi yang paling mempengaruhi produksi energi listrik dan air minum adalah debit, volume, sedimentasi dan pencemaran air. Dalam merencanakan pembangunan waduk dan PLTA, faktor debit dan volume air serta sedimentasi merupakan hal yang sangat penting. Untuk menghasilkan energi listrik diperlukan energi sumderdaya air sejumlah tertentu. Debit dan volume air juga sangat menentukan tinggi duga muka air DMA pada waduk yang pada gilirannya akan mempengaruhi jumlah air yang dapat digunakan untuk memutar turbin, karena masing-masing turbin memiliki ketinggian DMA yang berbeda. Dengan demikian perencanaan produksi energi listrik sangat dipengaruhi oleh ketersediaan volume air di waduk. Sedimentasi waduk juga mempengaruhi produksi energi listrik PLTA. Volume sedimentasi bedload yang besar akan mempengaruhi volume air dalam waduk dan pada tingkat tertentu ketinggian sedimen akan mencapai tingkat level inlet turbin. Kondisi seperti ini disebut kondisi waduk telah mencapai dead storage tampungan mati. Pada saat tersebut terjadi, air tidak dapat lagi masuk melalui inlet turbin dan secara praktis air dalam waduk tidak dapat berfungsi untuk menggerakan turbin PLTA. Waktu yang diperlukan oleh sedimentasi untuk memenuhi dead storage-nya merupakan umur pakai service life waduk. Untuk mengantisipasi terisinya dead storage waduk umur waduk dapat diperpanjang, pengelola waduk melakukan tindakan pembuangan sedimen flushing melalui bottom atau hollow jet. Pembuangan sedimen tersebut memerlukan perhitungan 190 yang sangat matang dan dapat menyebabkan penghentian sementara turbin tertentu menurut tinggi DMA-nya. Kecuali itu, sedimentasi suspended sediment yang bersama-sama dengan air memasuki inlet dan menggerakan turbin mengisi partisi dari water cooler turbin. Apabila partisi tersebut sudah penuh, maka water cooler turbin menjadi panas dan tidak berfungsi, sehingga harus dilakukan pemeliharaan satu turbin dikelilingi oleh enam water cooler. Dengan dilakukan pemeliharaan, turbin yang bersangkutan tidak dapat digunakan untuk memproduksi energi listrik. Semakin tinggi laju sedimentasi waduk semakin sering water cooler turbin dipelihara. Di PLTA Saguling misalnya, pemeliharaan water cooler turbin dilakukan satu kali dalam 7-10 tahun, padahal menurut spesifikasi teknisnya pemeliharaan dilakukan satu kali dalam 20-35 tahun. Kaitannya dengan penurunan kualitas kimiawi air waduk, gas H 2 S merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi produksi energi listrik. Gas H 2 S tersebut menyebabkan karat pada alat-alat produksi berbahan logam dan menimbulkan bau yang sangat menyengat. Kondisi gas H 2 S dengan konsentrasi tinggi ditemukan pada lokasi stoplog, ruang parkir, terowongan, tail race, tower dan ruang penampung kiri dan kanan. Tingginya konsentrasi gas H 2 S tersebut menyebabkan meningkatnya biaya pemeliharaan, penggantian peralatan, pengadaan peralatan keselamatan kerja dan exhaust fan Jasa Tirta II, 2002. Dengan demikian, penurunan debit dan volume air serta peningkatan sedimen waduk akan menyebabkan kerugian ekonomis bagi PLTA berupa : kehilangan kesempatan produksi energi listrik yang mencapai 212,64 ribu kWhtahun dan peningkatan biaya pemeliharaan dan pengadaan keselamatan kerja.

9.2.2. Produksi Air Minum PDAM