153
7.3. Bahan Dan Metode
Bahan yang diperlukan untuk menganalisis perubahan produksi energi listrik dan produksi air minum adalah data sekunder. Jenis data sekunder dan
sumbernya sebagai berikut : 1. Laporan produksi tahunan PLTA Saguling, PLTA Cirata dan PLTA Jatiluhur
1993-2003. 2. Laporan produksi tahunan PDAM Purwakarta 1999-2003 dan PT. Thames
PAM Jaya 1998-2005. 3. Laporan hasil penelitian pihak ketiga baik terhadap PLTA maupun PDAM
tersebut. Pengolahan data dilakukan dengan metode regresi linear dan pendugaan
potensi kehilangan produksi energi dengan menggunakan DAML hasil simulasi GR4J.
7.4. Hasil dan Pembahasan Analisis Perubahan Produksi
7.4.1. Produksi Energi Listrik
Produksi energi listrik PLTA selain ditentukan oleh faktor kapasitas terpasang peralatan produksi terutama turbin tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan volume air, sedimen yang masuk ke dalam partisi cooler turbin dan keputusan manajemen PJT II. Penurunan volume air, tidak beroperasinya turbin
akibat pemeliharaan cooler dan pengaturan alokasi air akan meningkatkan potensi kehilangan kesempatan produksi energi listrik bagi PLTA. Perkembangan
produksi energi listrik dan penurunannya secara komulatif dan uji statistik pengaruh VAK terhadap produksi energi listrik disajikan pada Tabel 39 dan 40.
Dari Tabel-Tabel tersebut dapat diketahui bahwa produksi energi listrik tahun 1993 - 2003 PLTA Saguling mengalami penurunan sebesar 4,12 atau
sebesar 97.163,70 MWhth, PLTA Cirata sebesar 4,69 atau sebesar 65.064,90 MWhth dan PLTA Jatiluhur sebesar 6,22 50.411,11 MWhth. Penurunan
produksi energi listrik di ketiga PLTA tersebut terutama disebabkan turunnya debit dan volume air yang terdapat di dalam waduk. Faktor utama lain adalah
tidak beroperasinya turbin akibat besarnya sedimen yang masuk dalam cooler
154 turbin sehingga perlu di-overhaull. Dari PLTA Saguling diperoleh informasi
bahwa cooler turbin telah mengalami overhaull 1 kali padahal menurut spesifikasi teknisnya garansi perbaikan overhaull dilakukan 1 kali dalam 30 - 35 tahun.
Kedua faktor ini volume air dan sedimentasi merupakan faktor utama penyebab kehilangan kesempatan produksi listrik PLTA. Pada Gambar 36 disajikan grafik
produksi energi listrik di ketiga PLTA. Tabel 39. Produksi energi listrik PLTA Saguling, Cirata dan Jatiluhur periode
1993-2003.
Tahun Produksi Energi Listrik PLTA MWh
Total 3 PLTA Citarum Cirata Jatiluhur MWh
1993 2,718,481.98 1,607,459.00 1,032,168.48
5,358,109.46 1994 2,875,933.60
1,488,516.00 767,316.60 5,131,766.20
1995 2,254,604.84 1,402,533.00 732,601.20
4,389,739.04 1996 2,431,664.00
1,481,659.00 506,581.64 4,419,904.64
1997 1,325,910.00 858,039.70 640,676.00 2,824,625.70
1998 2,948,197.00 1,731,667.70 969,019.50
5,648,884.20 1999 2,313,016.00
1,357,189.00 876,989.00 4,547,194.00
2000 2,263,457.00 1,292,114.10 900,984.50
4,456,555.60 2001 2,798,344.00
1,691,325.20 908,809.00 5,398,478.20
2002 2,269,604.00 1,369,796.00 1,046,210.47
4,685,610.47 2003 1,746,845.00
956,810.00 528,057.43 3,231,712.43 Total
25,946,057.42 15,237,108.70 8,909,413.82 50,092,579.94
Rata-Rata 2,358,732.49 1,385,191.70 809,946.71
4,553,870.90 Rata-rata penurunan
97.163,70 65.064,90
50.411,11 212.639,70
Laju penurunan 4,12
4,69 6,12
4,63 Keterangan : Hasil pengolahan data
Berdasarkan uji-t sebagaimana pada Tabel 40 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara VAML dengan produksi listrik kecuali di
PLTA Jatiluhur. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,81 PLTA Saguling, 0,62 PLTA Cirata, 0,004 PLTA Jatiluhur dan 0,71 3 PLTA. Hasil
uji-t menunjukkan variabel VAML berpengaruh signifikan terhadap produksi listrik di 2 PLTA, dengan nilai t-hitung yang lebih besar dari t-tabel. Besarnya
pengaruh VAML dapat dihitung dari besarnya nilai koefisien yaitu 476,28 PLTA Saguling, 219,54 PLTA Cirata, 1,01 PLTA Jatiluhur dan 306,63 3 PLTA.
Dengan kata lain, setiap penambahan volume air 1 juta m
3
menyebabkan
155
1500000 3000000
4500000 6000000
7500000 9000000
1 993
1 994
1 995
1 996
1 997
1 998
1 999
2 000
2 001
2 002
2 003
Tahun P
rod uksi
L is
tr ik
M WH
Saguling Cirata
Jatiluhur Citarum
peningkatan produksi listrik sebesar 476,28 MWh PLTA Saguling, 219,54 MWh PLTA Cirata, 1,01 MWh PLTA Jatiluhur dan 306,63 MWh 3 PLTA.
Gambar 36. Rata-rata produksi listrik PLTA Saguling, Cirata, dan Jatiluhur tahun 1993-2003.
Penurunan produksi energi listrik sebagaimana pada Tabel 39 disebabkan oleh penurunan volume air masuk lokal ke dalam waduk, tingginya
sedimen yang mengisi partisi cooler turbin dan keputusan manajemen PJT II berkaitan dengan alokasi air Citarum. Dari Gambar 35 dan Tabel 39 dapat
disimpulkan bahwa penurunan produksi energi listrik yang terbesar terjadi pada tahun 1997 dan 2002 terutama UBP Saguling dan UP. Cirata. Hal ini diduga
disebabkan oleh rendahnya curah hujan pada tahun 1997 dan 2002 yang secara umum disebut El-Nino.
Sedangkan pada tahun 1998 terjadi kenaikan produksi energi listrik yang terbesar dan penyebabnya diduga adalah tersedianya air dalam jumlah yang tinggi
sebagai akibat curah hujan yang besar bersamaan dengan terjadinya La-Nina. Akan tetapi, bagi PLTA Jatiluhur, penurunan curah hujan pada saat El-Nino
1997 dan peningkatan curah hujan pada saat La-Nina 1998 tidak mempengaruhi tingkat produksi energi listrik secara signifikan. Hal ini
disebabkan PJT II sebagai unit pengelola waduk cascade dapat meminta pengiriman air dari Waduk Saguling dan Cirata.
156
Karakteristik PEL Simulasi 1993 dan 2003 PLTA Saguling
20000 40000
60000 80000
100000 120000
1 125 249 373 497 621 745 869 993 1117 1241 1365 1489 1613 1737 1861 1985 2109 2233 2357 2481 2605 2729 2853 2977 3101 3225 3349 3473 3597 3721 3845 3969
Hari PE
L M
W h
1993 2003
Tabel 40. Uji-t pengaruh VAML terhadap produksi listrik.
No Parameter PLTA
Saguling Cirata
Jatiluhur 1. Korelasi
0,813 0,629
0,004 2. R
kuadrat 0,660
0,395 0,000
3. Konstanta 82.828,66
67.136,09 2907,81 4. Koefisien
476,28 219,54
1,01 5.
Nilai t 15,897
9,221 0,044
6. Signifikansi 0,000
0,000 0,965
Keterangan : beda nyata pada α = 5.
Untuk menduga pengaruh perubahan karakteristik hidrologis terutama debit dan volume terhadap produksi energi listrik PEL, dilakukan pendugaan
dengan menggunakan DAML hasil simulasi GR4J pada kondisi penutup lahan tahun 1993 dan 2003. Perubahan karakteristik PEL tersebut memberikan
gambaran tentang adanya pengaruh penutup lahan terhadap karakteristik PEL dengan karakteristik curah hujan periode 1993-2003. Pada Gambar.... disajikan
dugaan perubahan karakteristik PEL harian pada PLTA UBP. Saguling dan hubungan antara DAML dan PEL hasil simulasi pada Gambar 37, sedangkan
perubahan PEL ditampilkan pada Tabel 41.
Gambar 37. Karakteristik PEL harian di PLTA UBP. Saguling hasil simulasi pada
kondisi penutup lahan tahun 1993 dan 2003.
Keterangan : UBP Saguling meningkatkan kapasitas produksinya dimulai pada tahun 1994.
157
Hubungan PEL Simulasi 1993 dan 2003 PLTA Saguling
y = 0.6185x + 3275.3 R
2
= 0.7535
20000 40000
60000 80000
100000 120000
20000 40000
60000 80000
100000 120000
Series1 Linear Series1
Linear Series1
Gambar 38. Hubungan PEL harian PLTA UBP. Saguling hasil simulasi pada kondisi penutup lahan tahun 1993 dan 2003.
Dari Gambar 38 tersebut diketahui bahwa produksi energi listrik hasil simulasi 1993 penutup lahan 1993 adalah sebesar 5,328 juta MWh lebih tinggi
dibandingkan dengan produksi energi listrik pada simulasi 2003 kondisi penutup lahan 2003 yaitu sebesar 4,490 juta MWh. Dengan kata lain, telah terjadi
penurunan produksi energi listrik selama periode 1993-2003 sebagai akibat perubahan karakteristik hidrologis dan penutup lahan di wilayah hulu sebesar
837,396 ribu MWh setiap tahun. Penurunan produksi tersebut terjadi sebagai akibat dari peningkatan hilangnya potensi berproduksi dari waktu ke waktu baik
karena penurunan debit maupun peningkatan sedimnen. Penurunan debit atau volume dan peningkatan sedimen merupakan dampak penurunan penutup lahan
DAS Citarum Wilayah Hulu. Hal ini mengindikasikan bahwa sesungguhnya, PLTA Saguling tidak kehilangan kesempatan produksi energi listrik sebesar
837,396 ribu MWh setiap tahun dengan asumsi selama periode 1993-2003 kondisi penutup lahan dan karakter hidrologis tetap seperti kondisi tahun 1993.
158
7.4.2. Produksi Air Minum
Produksi air minum PDAM Tirta Dharma Purwakarta yang diteliti adalah yang bersumber air baku dari Ubrug waduk Jatiluhur. Dari sisi produksi, PDAM
Tirta Dharma Purwakarta memproduksi air minum sebesar 2,35 juta m³th, dengan kenaikan rata-rata 7,2 0,17 juta m³ per tahun. Peningkatan produksi tersebut
belum dapat memenuhi peningkatan kebutuhan masyarakat Purwakarta yaitu sebesar 12 per tahun. Secara grafis, kecenderungan kenaikan produksi air
bersih PDAM Tirta Dharma Purwakarta disajikan pada Gambar 39. Produksi air minum PT. Thames PAM Jaya relatif stabil pada tingkat 143,5 juta m³ dengan
kenaikan 0,07 10,05 juta m³ per tahun sejak 1998 sd 2005 PDAM-Jaya diakuisisi oleh PT Thames Water 1987. Secara grafis, kecenderungan produksi
air bersih PT. Thames PAM Jaya disajikan pada Gambar 40. Pada Tabel 41 dan 42 disajikan data Produksi Air Minum di PT. Tirta Dharma Purwakarta dan PT.
Thames PAM Jaya Jakarta. Tabel 41. Produksi air minum PT. Tirta Dharma Purwakarta.
No Bulan Volume Air Bersih ribu m³
Total m³ 1999 2001 2003
1 Januari 132,88
228,02 208,16
569,06 2 Februari
109,24 212,31
198,74 520,28
3 Maret 151,71
215,78 219,84
587,34 4 April
131,28 209,82
224,83 565,93
5 Mei 190,15
204,31 251,78
646,23 6 Juni
153,12 219,88
257,08 630,08
7 Juli 169,28
225,57 241,24
636,09 8 Agustus
167,80 227,87
189,61 585,28
9 September 167,32 245,96
159,70 572,99
10 Oktober 176,98
222,97 165,41
565,36 11 November 187,89
215,63 174,55
578,07 12 Desember
200,39 222,60
163,21 586,21
Jumlah 1.938,04 2.650,72
2.454,15 7.
042,92 Rata-rata 161,50
220,89 204,51
586,91
Dari grafik pada gambar 39 diketahui bahwa terjadi kenaikan produksi antara tahun 1999–2001 yang disebabkan adanya penambahan sumber air baku air
minum selain WTP – Ubrug dan penurunan pada tahun 2001–2003 akibat
159
1000 2000
3000
1999 2000
2001 2002
2003 Tahun
Vo lu
m e
Ai r M
in u
m
R ibuan m
3
perbaikan kolam tampung di WTP Ubrug. Akibat penurunan volume produksi ini, pihak manajemen Tirta Dharma melakukan penggantian buka–tutup pada
pelanggan. Gambar 39. Rata-rata volume air bersih PDAM Purwakarta 1999-2003.
Tabel 42. Produksi air minum PT. Thames PAM Jaya.
No Bulan Volume Air Bersih juta m³
Rata-rata Total
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 juta m³ juta
m³ 1 Jan
12,5 11,2 10,0 12,1 12,1 12,2 13,3 13,4 12,1 108,9
2 Feb 11,8 11,2 9,3 10,9 10,4 11,1 12,6 11,5
11,1 88,8
3 Mar 13,2 12,4 9,8 12,0 11,3 12,1 13,8 13,0
12,2 97,7
4 Apr 12,8 11,9 9,9 11,5 11,1 11,7 12,6 12,7
11,8 94,1
5 May 13,0 12,3 10,5 10,9 11,4 11,8 13,4 13,2
12,1 96,5
6 Jun 12,6 11,7 10,2 11,9 11,1 11,5 13,6 12,8
11,9 95,4
7 Jul 12,2 11,8 10,0 12,4 11,6 11,8 13,7 13,0
12,1 96,6
8 Aug 12,9 11,1 10,6 12,3 11,9 11,9 13,3 12,1
12,0 96,1
9 Sep 12,2 10,5 10,0 12,5 11,7 12,0 12,5 12,6
11,7 93,9
10 Oct 12,4 10,5 11,3 12,3 12,2 12,4 13,7 13,2
12,3 98,2
11 Nov 12,1 10,5 11,4 12,2 11,8 12,8 13,1 12,4
12,0 96,3
12 Dec 11,5 10,2 11,9 12,4 11,9 13,5 13,1 13,4
12,2 97,9
Jumlah 149,1 135,3 124,9 143,5 138,5 144,9 158,7 153,4
143,5 1,148,3 Rata-Rata
12,4 11,3 10,4 12,0 11,5 12,1 13,2 12,8 12,0
95,7 Laju
-10,15 -8,35 12,94 -3,60 4,42 8,72 -3,48 -
- 0,07
Sumber : Profil PT. Thames PAM Jaya 2006 pengolahan data.
Dari Tabel 42 dan Gambar 40 dapat diketahui bahwa pada periode 1998 – 2000 terjadi penurunan produksi, 2000 – 2004 mengalami kenaikan dan menurun
kembali pada tahun 2004 – 2005. Penurunan produksi pada 1998 – 2000 dikarenakan adanya konsolidasi perusahaan PDAM DKI Jaya diakuisisi oleh
Thames Water Ltd, sedangkan pada periode 2004 – 2005 penurunan produksi
160
50000 100000
150000 200000
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun
Vo lu
m e
Ai r M
in u
m
R ibuan m
3
disebabkan oleh pengalihan sumber air baku air minum dari yang semula Sungai Ciliwung menjadi Sungai Citarum Kanal Tarum Barat.
Gambar 40. Rata-rata volume air minum produksi PT. Thames PAM Jaya 1998- 2005.
7.5. Simpulan
Rata-rata per tahun produksi energi listrik adalah sebesar 2,36 juta MWh PLTA Saguling, 1,39 juta MWh PLTA Cirata, 0,81 juta MWh PLTA
Jatiluhur dan 4,55 juta MWh 3 PLTA. Laju penurunan produksi energi listrik rata-rata per tahun adalah 4,12 atau 97,16 ribu MWh PLTA Saguling, 4,69
atau 65,06 ribu MWh PLTA Cirata dan 6,22 atau 50,41 ribu MWh PLTA Jatiluhur dan 4,67 atau 212,64 ribu MWh total 3 PLTA. Penurunan produksi
energi listrik memiliki hubungan yang kuat dan secara nyata sangat dipengaruhi oleh penurunan VAML. Potensi produksi energi listrik yang hilang sebagai akibat
penurunan volume air berdasarkan simulasi GR4J bagi PLTA Saguling sangat besar yaitu 837,396 ribu MWh per tahun selama periode 1993–2003. Rata-rata
produksi air minum PDAM Purwakarta adalah sebesar 2,35 juta m³ dengan kenaikan 7,2 dan PT. Thames PAM Jaya sebesar 143,5 juta m³ dengan
kenaikan 0,07 per tahun.
8. ANALISIS PERUBAHAN BIAYA LINGKUNGAN 8.1.
Latar Belakang
Perubahan karakteristik hidrologis DAS Citarum Wilayah Hulu terutama debit, volume, sedimentasi dan pencemaran kimiawi air menyebabkan hilangnya
kesempatan berproduksi, peningkatan intensitas pemeliharaan peralatan produksi energi listrik PLTA turbin dan cooler-nya dan menurunkan umur pakai waduk.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan akibat kenaikan biaya pemeliharaan dan kehilangan kesempatan berproduksi energi
listrik PLTA. Bagi PDAM, faktor utama yang menyebabkan peningkatan biaya adalah semakin tingginya sedimen dan pencemaran kimiawi air baku air minum.
Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan biaya pemeliharaan WTP dan peningkatan biaya pengolahan air karena peningkatan penggunaan bahan kimia.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh perubahan karakteristik hidrologis DAS Citarum Wilayah Hulu terhadap biaya lingkungan
atau biaya eksternalitas pengguna air Citarum PLTA Saguling, Cirata dan Jatiluhur, PDAM Purwakarta dan DKI Jakarta.
8.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian perubahan biaya lingkungan dilakukan dengan menggunakan data sekunder di bagian Akuntansi UBP Saguling dan Bagian Keuangan PT.
Thames PAM Jaya. Penelitian berlangsung pada bulan April 2006 sampai dengan Juli 2006. Untuk mengetahui kesanggupan masyarakat willingness to
pay masyarakat, dilakukan survey sosial ekonomi terhadap penduduk yang
berada di sekeliling Waduk Saguling yang paling terikat dengan keberadaan waduk yang meliputi empat Kecamatan yaitu Kecamatan Batujajar, Kecamatan
Cipongkor, Kecamatan Cililin, dan Kecamatan Cihampelas, di Kabupaten Bandung.