2.2.1.2.5 Versifikasi
Menurut Jabrohim 2003:53 versifikasi meliputi rima, irama, dan metrum. Rima merupakan pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi pada akhir
baris, atau bahkan juga pada keseluruhan baris pada bait puisi. Irama atau rima yaitu naik turun, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan
teratur. Sedangkan metrum adalah irama yang tetap menurut pola tertentu. Rima adalah istilah lain untuk persajakan atau persamaan bunyi. Sedangkan
irama atau yang sering disebut juga ritme adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lembut, atau cepat lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi bila puisi itu
dibaca. Baik rima maupun irama mempunyai peranan yang sangat penting dalam menghidupkan suatu puisi. Kedua unsur tersebut baik nada maupun suasana yang
hendak digambarkan oleh penyair dapat terciptakan lebih nyata dan karenanya lebih mudah pula ditangkap atau dibayangkan oleh pembaca Suharianto
2005:45. Marjorie Boulton dalam Waluyo 2002:90 menyebut rima sebagai phonetic
form. Jika phonetic itu berpadu dengan ritma, maka akan mampu mempertegas makna puisi. Rima ini meliputi onomatope tiruan terhadap bunyibunyi, bentuk
intern pola bunyi misalnya : aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berulang, sajak penuh, intonasi, repetisi bunyi atau kata, dan
persamaan bunyi. Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh 1 jumlah suku kata
yang tetap, 2 tekanan yang tetap, dan 3 alun suara menaik dan menurun yang tetap.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa versifikasi dalam sebuah puisi sangatlah penting, yaitu menentukan keberhasilan puisi sebagai
sebagai sebuah karya sastra seni. Adanya versifikasi dapat membuat nada dan suasana puisi tercipta lebih nyata dan lebih dapat menimbulkan pesan pada benak
pembacanya.
2.2.1.2.6 Tipografi
Keindahan puisi tidak terlepas dari cara penulisan atau tipografi sesuai dengan makna puisi. Keindahan tipografi dilihat secara visual dapat digunakan
untuk menampilkan peranan aspek artistik dan menciptakan nuansa warna dan suasana tertentu.
Tipografi merupakan pembeda yang paling awal terlihat ketika membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama Jabrohim 2003:54. Menurut
Suharianto 2005:35, tipografi disebut juga ukiran bentuk, yaitu susunan baris- baris atau bait-bait suatu puisi. Termasuk dalam tipografi adalah penggunaan
huruf-huruf untuk menuliskan kata-kata suatu ataupun penggunaan tanda baca. Perlu diketahui bahwa setiap penyair mempunyai karakteristik sendiri dalam
menulis puisi. Salah satu karakteristik yang paling menonjol dapat dilihat adalah tipografi yang diciptakan. Ada yang menggunakan huruf kecil semua, ada yang
menggunakan huruf kapital di setiap awal barislarik, ada yang diakhiri dengan titik disetiap akhir baris, ada pula yang tidak menggunakan titik. Bahkan, ada juga
yang menggunakan tipografi penyusunan baris yang unik. Dari pengertian di atas dapat dirumuskan pengertian tipografi adalah cara penulisan puisi sehingga
menampilkan ukiran bentuk yaitu susunan baris atau bait yang dapat dilihat secara visual.
Dari berbagai penjelasan mengenai tipografi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tipografi merupakan tata wajah yang berupa penyusunan baris-baris bait,
atau letak bait-bait dalam puisi, juga penggunaan tanda baca. Tipografi digunakan pengarang untuk memperindah dan mendukung isi atau makna dari puisi.
2.2.1.2.7 Sarana Retorika