menampilkan ukiran bentuk yaitu susunan baris atau bait yang dapat dilihat secara visual.
Dari berbagai penjelasan mengenai tipografi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tipografi merupakan tata wajah yang berupa penyusunan baris-baris bait,
atau letak bait-bait dalam puisi, juga penggunaan tanda baca. Tipografi digunakan pengarang untuk memperindah dan mendukung isi atau makna dari puisi.
2.2.1.2.7 Sarana Retorika
Dalam kaitannya dengan puisi, Alternbernd dalam Pradopo 2005:93 menyatakan bahwa sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa
muslihat pikiran. Dengan muslihat itu para penyair berusaha manarik perhatian, pikiran, sehingga pembaca berkontemplasi dan tersugesti atas apa yang
dikemukakan penyair. Pada umumnya sarana retorika menimbulkan ketegangan puitis, karena pembaca harus memikirkan efek apa yang ditimbulkan dan
dimaksudkan oleh penyairnya. Menurut Jabrohim 2003:57 sarana retorika adalah muslihat pikiran.
Maksud dari muslihat pikiran yang diungkapkan Jabrohim ini berupa bahasa yang tersusun untuk mengajak pembaca berpikir. Sarana retorika ini berbeda dari
bahasa figuratif dan citraan. Bahasa figuratif dan citraan bertujuan untuk memperjelas gambaran atau mengkonkretkan sesuatu melalui perbandingan,
sedangkan sarana retorika adalah alat untuk mengajak pembaca berpikir supaya lebih menghayati gagasan yang dikemukakan.
Jenis sarana retorika itu bermacam-macam. Altenbernd dalam Waluyo 1991:94 mengemukakan contoh sarana retorika, antara lain : hiperbola, under
statements, ambiguity, dan elepsis. Pradopo 2005:95 menyebutkan bahwa sarana retorika antara lain : tautologi, pleonasme, enumerasi, paralelisme, retorik
retisense, hiperbola, oksimoron, dan kiasmus. Sementara itu, Keraf 2008:17 mengemukakan bahwa yang termasuk sarana retorika antara lain : aliterasi,
asonansi, anastrof, apostrof, asyndeton, polissindeton, kiasmus, elipsis, eufimisme, litotes, pleonasme, pertanyaan retorik, hiperbola, ironi, repetisi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sarana retorika adalah bahasa yang mempengaruhi pembaca agar pembaca berpikir kritis atau sesuatu
yang mempengaruhi pembaca agar pembaca terpengaruh dengan apa yang dingikan penyair.
2.2.1.2.8 Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikembangkan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair
sehingga menjadi landan utama pengucapan. Hal ini terjdi karena puisi mengungkapkan kata
– kata kias atau perlambangan. Dengan demikian, tema adalah pokok permasalahan yang akan kita kemukakan dalam bentuk puisi
Suharianto, 1982:50. Menurut Badrun 2000:106 tema adalah ide dasar dalam penciptaan karya
sastra. Dalam penciptaan karya sastra tersebut pengarang tidak sembarangan membeberkan seluruh pengalaman atau masalahnya, tetapi terlebih dahulu dipilih.
Pemilihan itu berdasarkan pemikiran dan pertimbangan tertentu, maka karya sastra yang diciptakan menjadi lebih menarik. Tema mencakup segala aspek
kehidupan, misalnya tentang cerita, kekecewaan, penderitaan, perjuangan, faham keagamaan.
Waluyo 1991:106 tema adalah sebagai gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair. Dengan demikian puisi mempunyai tema atau
pokok permasalahan. Tema dalam puisi dinyatakan secara tersirat, karena puisi pada umumnya menggunakan kata-kata kias atau perlambangan. Untuk itu
diperlukan kecerdasan dan kejelian pembaca untuk menafsirkan kiasan-kiasan atau perlambang-perlambang yang dipergunakan penyair.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair.
2.2.1.2.9 Perasaan