4.2.2 Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Menggunakan Metode
Pararrel Writing Melalui Teknik pengimajian benda abstrak
Hasil tes keterampilan menulis puisi menggunakan metode pararrel writing melalui teknik pengimajian benda abstrak berupa nilai rata-rata masing-
masing aspek pada siklus I dan siklus II, yang direkap dan dihitung untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis puisi menggunakan metode
pararrel writing melalui teknik pengimajian benda abstrak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 24. Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I dan Siklus II
No Aspek Penilaian
Rata-rata Skor Kelas Peningkatan
SI SII
SII-SI Persen
1. Judul
64 77
13 9,21
2. Diksi
59 86
27 18,62
3. Rima
65 86
21 13,90
4. Tipografi
77 92
15 8,87
Nilai Rata-rata Klasikal 66,25
85,25 19
12,54
Berdasarkan Tabel 24 tersebut secara klasikal dapat diketahui hasil tes keterampilan menulis puisi menggunakan metode pararrel writing melalui teknik
pengimajian benda abstrak mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 19 atau 12,54 yaitu dari nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 66,25
menjadi 85,25 pada siklus II. Hasil tes keterampilan menulis puisi menggunakan metode pararrel
writing melalui teknik pengimajian benda abstrak siklus I dan siklus II pada tiap aspek mengalami peningkatan. Rata-rata skor pada aspek judul pada siklus I
mencapai rata-rata 64 dan setelah dilakukan pembelajaran siklus II skor rata-rata
mencapai 77 meningkat 13 atau sebesar 9,21. Pada aspek diksi skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 59 dan setelah pembelajaran siklus II
mencapai 86 meningkat 27 atau sebesar 18,62. Pada aspek rima skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 65 dan setelah pembelajaran siklus II
mencapai 86 meningkat 21 atau sebesar 13,90. Pada aspek tipografi skor rata- rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 77 dan setelah pembelajaran siklus II
mencapai 92 meningkat 15 atau sebesar 8,87. Peningkatan rata-rata hasil tes keterampilan menulis puisi menggunakan
metode pararrel writing melalui teknik pengimajian benda abstrak dalam siklus I dan siklus II juga dapat dilihat dari grafik 3 hasil tes masing-masing aspek sebagai
berikut.
Diagram 3 Peningkatan Rata-Rata Keterampilan Menulis Puisi
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Judul Diksi
Rima Tipografi
Siklus I Siklus II
Column1
Berdasarkan diagram 3 dapat dilihat terjadi peningkatan keterampilan menulis puisi menggunakan metode pararrel writing melalui teknik pengimajian
benda abstrak dari siklus I ke siklus II. Peningkatat keterampilan menulis puisi tersebut terjadi karena ada
perbaikan pada siklus II. Pada siklus I, kelemahannya adalah pada aspek judul, diksi dan rima. Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya aspek judul, diksi dan
rima rendah, yaitu 1 peserta didik belum mampu memadukan isi puisi dengan judul yang sesuai; 2 peserta didik masih terkecoh antara perbedaan tema dengan
judul puisi; 3 ada beberapa peserta didik yang tidak memperhatikan saat guru menyampaikan materi pembelajaran; 4 peserta didik bingung untuk memilih
kata yang akan digunakan untuk menulis puisi; 5 guru kurang jelas dan terlalu cepat dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Perbaikan atau solusi untuk aspek judul, diksi dan aspek rima adalah dengan guru menjelaskan lagi bagaimana cara membuat judul agar sesuai dengan
makna yang terkandung dalam isi puisi sehingga terkesan padu dan tidak kerkecoh dengan tema puisi, guru menjelaskan secara detail materi pembelajaran
menulis puisi, serta memberikan pertanyaan untuk mengetahui seberapa paham penjelasan guru yang baru disampaikan. Solusi tersebut diterapkan pada tindakan
siklus II. Dengan demikian terjadi peningkatan keterampilan menulis puisi pada siklus II daripada siklus I.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo 2007 yang berjudul Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Strategi
Pikir Plus pada Peserta didik Kelas VII B SMP N 2 Brebes. Peningkatan tersebut
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam menulis puisi. Skor rata-rata kelas pembelajaran menulis puisi pada
prasiklus sebesar 57,24 dan pada siklus I diperoleh skor rata-rata kelas 69,32. Dengan demikian, kemampuan menulis puisi dari prasiklus sampai siklus I
mengalami peningkatan sebesar 21,10. Adapaun pada siklus II kemampuan menulis puisi dari siklus I meningkat sebesar 13,44.
Penelitian lain tentang keterampilan menulis puisi dilakukan oleh Fadilah 2009 yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Kreatif Puisi dengan
Model Pembelajaran Quantum Teaching Teknik AMBAK pada Peserta didik Kelas VII B SMP 7 Semarang Tahun Pelajaran 20082009. Berdasarkan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi peserta didik SMP Negeri 7 Semarang mengalami peningkatan sebesar 49,69 setelah
mengikuti pembelajaran menulis kreatif puisi melalui model quantum teaching teknik AMBAK. Hasil rata-rata tes melalui menulis puisi pada pratindakan
sebesar 52,04 pada siklus I meningkat sebesar 22,98 dengan nilai rata-rata 64,00 kemudian pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,90 atau 21,7.
Setelah dilakukan tindakan pembelajaran keterampilan menulis puisi menggunakan metode pararrel writing melalui teknik pengimajian benda abstrak
pada siklus I, hasil keterampilan menulis puisi peserta didik mencapai nilai rata- rata sebesar 66,25 dan berada dalam kategori kurang. Namun, setelah guru
merefleksi kekurangan-kekurangan pada siklus I dan melakukan perbaikan pada siklus II, nilai rata-rata peserta didik meningkat menjadi 85,25 dan berada dalam
kategori baik. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode pararrel writing dan teknik pengimajian benda abstrak dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pararrel writing melalui teknik pengimajian benda abstrak dapat
membantu peserta didik dalam menulis puisi. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil tes yang termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata siklus I
66,25 atau dalam kategori kurang dan belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 19 atau 12,54
menjadi 85,25.
4.2.3 Perubahan Perilaku Peserta didik Setelah Mengikuti Pembelajaran