Risiko suku bunga dikelola dan dimitigasi dengan menggunakan limit yang direview oleh unit pengelola risiko
pasar dan disetujui oleh Risk Capital Committee. Limit untuk portfolio banking book antara lain limit repricing gap
dan limit sensitifitas nilai modal Bank terhadap perubahan suku bunga sebesar 100 bps. Sedangkan untuk portfolio
trading, termasuk derivatif, limit yang digunakan adalah VaR limit yang selanjutnya dijabarkan kedalam trading limit
seperti maksimum posisi terbuka per dealer, limit kerugian maksimum, counterparty limit dan lain-lain.
Berkaitan dengan pemenuhan ketentuan permodalan yang berbasis risiko, Bank mulai menghitung besarnya cadangan
modal untuk mengcover risiko suku bunga baik untuk trading book Pilar 1 maupun banking book Pilar 2.
Manajemen Risiko Nilai Tukar Aktifitas transaksi nilai tukar disentralisasi dan dikelola
secara harian oleh unit pengelola dana. Pemantauan risiko nilai tukar dilakukan oleh unit pengelola risiko pasar
dengan menggunakan sistem yang terintegrasi antara front office Unit pengelola dana, Back Office unit pengelola
operasional dan Middle Office unit pengelola risiko pasar.
Bank Indonesia menetapkan posisi devisa neto harian tidak boleh lebih dari 20 dari total modal, namun Bank bersifat
lebih pruden dengan menetapkan limit internal sebesar 5 dari modal.
E. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas yang mungkin dihadapi Bank terutama berasal dari posisi dana pihak ketiga, likuiditas asset, dan
kewajiban kepada counterparties. Sedangkan komponen off-balance sheet yang paling berpengaruh terhadap
likuiditas dan pendanaan Bank adalah komitmen kredit yang diberikan kepada nasabah. Bank mengelola risiko likuiditas
dengan mengatur posisi mismatch dan menjaga tingkat likuiditas yang memadai. Pengelolaan likuiditas harian
dilakukan oleh unit pengelola dana, sedangkan strategi jangka panjang ditetapkan oleh unit pengelola risiko pasar.
Tingkat likuiditas Bank diukur dengan primary reserve dan secondary reserve yang dipelihara Bank serta berbagai
rasio likuiditas lainnya. Bank memelihara primary reserves dalam bentuk Giro Wajib Minimum GWM pada Bank
Indonesia dan kas di cabang-cabang. Risiko likuiditas Bank diukur dengan liquidity gap, yang
merupakan proyeksi kebutuhansurplus likuiditas atas dasar jatuh tempo asset dan liability serta rencana bisnis
Bank. Berdasarkan rencana bisnis Bank dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 2005, likuiditas Bank
diproyeksikan berada dalam kondisi surplus untuk periode 12 bulan ke depan. Secara umum profil risiko pasar dan
likuiditas sepanjang tahun 2004 masih dalam batas limit yang ditetapkan.
F. Risiko Operasional Operational Risk Management Tools
Bank Mandiri telah mempersiapkan kerangka kerja manajemen risiko operasional yang sistematis dan terukur
termasuk pengembangan tata kelola manajemen risiko operasional risk governance, Kebijakan Manajemen Risiko
Operasional berikut sistem informasi manajemen risiko dan perangkat Operational Risk Management ORM.
Dalam mengelola risk capital, metodologi perhitungan operasional risk capital charges menggunakan pendekatan
metoda Basic Indicator yang akan terus dikembangkan dan mengarah pada metoda yang lebih advanced, yaitu
Advanced Measurement Approach AMA.
Sejalan dengan pengembangan tata kelola manajemen risiko operasional, Bank Mandiri juga berupaya membangun
budaya risiko operasional yang terintegrasi dengan penerapan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Bank mengembangkan lingkungantata kelola Manajemen
risiko operasional yang kondusif dan kerangka kerja pengelolaan risiko yang efisien dan efektif;
2. Setiap unit kerja bertanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan proses manajemen risiko operasional
secara terukur, pro-aktif dan efisien, sesuai prinsip kehati-hatian;
3. Manajemen Bank terbuka serta dapat menunjukkan kepada stakeholders bahwa Bank mampu melakukan
fungsi Manajemen Risiko Operasional secara baik. Implementasi tata kelola risiko operasional akan
memperbaiki kinerja Bank Mandiri, serta memperjelas akuntabilitas pengelolaan risiko operasional. Dalam hal ini
setiap kepala unit kerja akan dibekali dengan perangkat manajemen risiko operasional untuk mengidentifikasi,
menilai, mengawasi dan memitigasi risiko secara efektif.
63
Dalam tahun 2004 telah mulai dikembangkan mekanisme kerja Pro-active Risk Management, dimana unit kerja Bank
dapat mengidentifikasi risiko operasional yang dihadapi setiap unit kerja secara mandiri dengan menggunakan Risk
Self Assessment RSA. Proses identifikasi risiko dilakukan secara bottom up dengan melibatkan para pegawai yang
menangani transaksi secara langsung, sehingga risiko yang teridentifikasi merupakan potensi risiko yang aktual dan
relevan. Sejalan dengan pengembangan proses identifikasi risiko di atas, untuk melengkapi fungsi kontrol, juga telah
dikembangkan proses penilaian dan identifikasi risiko atas produk dan aktifitas baru sebelum produk atau aktifitas baru
tersebut diluncurkan. Fungsi kontrol atas hasil identifikasi risiko harus berpedoman pada standar kontrol minimum yang
dibutuhkan di setiap unit kerja Bank dan akan dikembangkan menjadi Key Operational Risk Controls KORC.
Pengelolaan risiko lain diluar ke 4 jenis risiko di atas yaitu risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategi dan risiko
kepatuhan, seluruhnya dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko melalui penetapan kebijakan dan
sistem pengendaliannya, sementara pengelolaan aktifitas operasionalnya tetap merupakan tanggung jawab unit kerja
yang menangani hukum, reputasi, strategi dan compliance.
G. Prospek Masa Depan