59
Pengalaman dan pelajaran selama masa krisis menyadarkan Bank Mandiri terhadap kebutuhan perubahan yang
mendasar dalam penerapan prinsip kehati-hatian melalui pengelolaan risiko secara menyeluruh. Pada masa merger,
pengelolaan risiko, khususnya risiko kredit, menjadi prioritas manajemen sebagai dasar penerapan prinsip
kehati-hatian melalui “four-eye principle” yaitu pemisahan fungsi pemutusan kredit yang tidak lagi hanya dilakukan
oleh unit bisnis, namun harus bersama-sama dengan unit risk management yang independen segregation of duty
sehingga fungsi kontrol dapat dioptimalkan. Perubahan ini telah membawa Bank Mandiri pada budaya kredit yang lebih
sehat dan terkendali.
Selanjutnya, dalam rangka menyempurnakan pengelolaan risiko secara lebih menyeluruh dan mendalam, sebagai
komitmen manajemen Direktur Utama CEO, Direksi dan Dewan Komisaris untuk menerapkan prinsip kehati-hatian,
kemudian dibentuk satuan kerja manajemen risiko yang tidak hanya bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko
kredit, namun juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko pasar dan risiko operasional.
Berbagai inisiatif melengkapi perangkat kerja untuk mengoptimalkan fungsi unit pengelolaan risiko, diantaranya
pembentukan komite yang bertanggung jawab atas penetapan kebijakan strategis terkait manajemen risiko
di Bank Mandiri yaitu Risk and Capital Committee RCC, yang beranggotakan para Direktur dan Senior Executive
yang dipimpin langsung oleh Direktur Utama CEO. Inisiatif lainnya adalah mengembangkan alat identifikasi, pengukuran,
dan pengendalian risiko, baik risiko kredit, risiko pasar, maupun risiko operasional yang dapat mendukung kebutuhan
operasional Bank Mandiri. Hal ini juga sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang telah menerapkan mekanisme
pengawasan bank atas dasar risiko risk based supervision terhadap perbankan Nasional sebagaimana juga diatur dalam
Basel Accord.
Mengacu pada standar internasional dan perkembangan penerapan manajemen risiko perbankan internasional,
penyempurnaan manajemen risiko terus dilanjutkan dengan mulai mengembangkan kerangka kerja sesuai dengan acuan
internasional sebagaimana diatur dalam Basel Accord, dengan tetap mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan
Bank Indonesia sebagai regulator.
Milestone terpenting dalam tahun 2004 adalah dimulainya inisiatif penerapan pengelolaan risiko yang berorientasi
pada Basel II yang merupakan lanjutan dari inisiatif-inisiatif pelaksanaan manajemen risiko di Bank Mandiri seperti
disebutkan di atas. Memulai penerapan inisiatif-inisiatif tersebut, Bank Mandiri lebih dituntut untuk menjalankan
fungsi intermediarinya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian melalui pengelolaan risiko secara lebih
menyeluruh, terpadu, terukur dan terkendali. Untuk itu telah dibentuk Project Management Penerapan Basel II Basel
II Compliance Committee sebagai langkah awal dalam perjalanan menuju pemenuhan Basel II Accord the New
Basel Capital Accord yang tentunya sejalan dengan rencana Bank Indonesia untuk menerapkan Basel II di Indonesia.
A. Keuntungan Jangka Panjang dalam Penerapan Basel II
Basel II merupakan ketentuan yang mengharuskan lembaga keuangan berskala internasional untuk meningkatkan
kemampuan manajemen risikonya. Penerapan prinsip-prinsip Basel II secara menyeluruh, akan memastikan terciptanya
sistem perbankan yang dikelola dengan baik.
Bank Mandiri berupaya menerapkan prinsip-prinsip Basel II yang mencerminkan pelaksanaan praktek perbankan
yang pruden sebagai penopang pertumbuhan secara berkelanjutan. Dalam hal ini Bank Mandiri telah menetapkan
manajemen risiko sebagai core competence sehingga para stakeholders dapat meyakini bahwa Bank Mandiri adalah
bank yang tumbuh secara sehat.
Penerapan Basel II akan dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dengan pendekatan yang paling sederhana standard model
dan kemudian menuju kepada pendekatan internal model. Persiapan penerapan Basel II mencakup praktek manajemen
risiko yang efektif, SDM yang kompeten, teknologi informasi serta database yang handal, serta infrastruktur pendukung
lainnya termasuk standar akuntansi yang mengacu pada IFRS International Financial Reporting Standard.
B. Implementasi Basel II
Penerapan manajemen risiko Bank Mandiri dilakukan melalui diagnosa atas pengelolaan 8 delapan jenis risiko yaitu risiko
pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko strategik, risiko compliance, risiko hukum dan risiko reputasi,
sekaligus untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai “Penerapan Manajemen Risiko.” Berdasarkan
hasil diagnosa tersebut, dalam tahun 2004 Bank Mandiri telah menyusun action plan berupa inisiatif-inisiatif untuk
menutup gap yang ada di dalam penerapan pengelolaan risiko yang ada.
Sejalan dengan penerapan manajemen risiko sesuai ketentuan Bank Indonesia, Bank Mandiri juga mulai
Risk Management
mempersiapkan diri untuk mengimplementasikan 3 tiga pilar dalam Basel II yaitu perhitungan Capital Adequacy
Ratio CAR, penyempurnaan proses manajemen risiko sesuai kebutuhan regulator, dan penerapan prinsip
transparansi untuk memenuhi disiplin pasar. Seluruh inisiatif strategis ini dilaksanakan melalui pembentukan
Basel II Compliance Committee.
C. Risiko Kredit Loan Origination System
Dalam rangka memperkuat daya saing dalam pemberian kredit, Bank Mandiri telah meluncurkan Loan Origination
System LOS Small Medium EnterprisesCommercial berbasis web web based sebagai perangkat untuk
menunjang proses kerja dan SME Scoring System SMESS serta Bank Mandiri Rating System BMRS untuk
mengevaluasi tingkat risiko kredit.
LOS SMECommercial digunakan untuk memproses permohonan kredit segmen small business dan middle
commercial, dimulai dari pengajuan kredit sampai dengan pembukuan rekening, dan sarana untuk menginput key-
in data yang diperlukan untuk keperluan scoring dan rating, serta sarana untuk melakukan tracking atas suatu
permohonan kredit.
Melalui penerapan LOS, status suatu permohonan kredit dipantau, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
kecepatan kerja Service Level Agreement. Selain itu database permohonan kredit menjadi lebih akurat dan
terhindar dari kemungkinan double entry karena telah terintegrasi di dalam satu sistem.
Scoring and Rating System Dalam rangka menghitung risiko kredit yang dihadapi,
Bank Mandiri telah melaksanakan pengukuran parameter- parameter risiko kredit seperti probability of default, loss
given default, exposure at default dan maturity. Sistem rating untuk segmen corporate menghitung probability of
default PD melalui customer rating dan menghitung loss given default LGD melalui facility rating. Sementara itu
untuk segmen consumer dan SME menggunakan sistem scoring yang hanya menghitung probability of default PD.
Sistem ini merupakan alat bantu dalam menilai tingkat risiko dari debitur secara transaksional yang juga digunakan
sebagai dasar menetapkan suku bunga sesuai dengan tingkat risikonya risk based pricing.
Penerapan Sistem Scoring untuk kredit segmen consumer mampu membukukan pertumbuhan consumer loan yang
cukup signifikan selama setahun terakhir ini dengan tingkat Non Performing Loan yang relatif rendah.
Portfolio Analysis and Guideline Pemilihan sektor prospektif dianalisa pada tingkat portfolio
dengan melibatkan 3 indikator utama yaitu leading indicator, coincidence indicator dan lagging indicator, yang pada
akhirnya dapat ditentukan prospek return dan risiko dari tiap sektor ekonomi. Dengan hasil analisa sektor ekonomi
ini bisnis unit mendapat arahan dalam melakukan ekspansi. Model guidance ini dituangkan dalam Portfolio Guideline yang
membagi sektor ekonomi kedalam 3 kategori yaitu Green high expected return, low risk, Yellow average expected
return, average risk dan Red low expected return, high risk.
Portfolio Guideline dimaksud sekaligus berfungsi untuk mengendalikan eksposur kredit, baik atas dasar segmen
maupun sektor ekonomi. Dengan adanya arahan ini maka diharapkan alokasi pada sektor prospektif dapat
ditingkatkan, sementara alokasi pada sektor yang kurang prospektif dapat dikendalikan pertumbuhannya.
Pada level portfolio, secara rutin diterbitkan laporan portfolio Portfolio Cokcpit, Portfolio Monthly Report
Portfolio Quarterly Report yang membahas mengenai kinerja portfolio posisi yang telah berjalan, posisi saat ini dan
proyeksiperkiraan portfolio dimasa mendatang. Hasil analisa atas laporan portfolio dimaksud akan dijadikan sebagai
acuan dalam persiapan perhitungan Risk Adjusted Return on Capital RAROC dan Economic Value Added EVA yang
akan diterapkan di masa yang akan datang sebagai dasar pemberian kredit kepada debitur atas dasar risk return.
Analisa portfolio merupakan masukan bagi Risk Capital Committee dalam menetapkan strategi bank yang menjadi
acuan bagi unit bisnit dalam melakukan ekspansi kredit. Dengan demikian, ekspansi yang dilakukan akan lebih
terarah pada sektor-sektor tertentu sehingga dapat dicapai diversifikasi kredit pada tingkat portfolio dengan alokasi
yang optimal.
61
Kebijakan Kredit Manajemen risiko kredit pada tingkat transaksional
sebagaimana telah diatur dalam kebijakan perkreditan yang direview secara periodik, telah membentuk budaya kredit
yang sehat dan diperkuat dengan penerapan prinsip “Four Eye,” sehingga keputusan yang dihasilkan menjadi lebih
objektif dan berkualitas. Di samping itu, mengingat risiko kredit tidak hanya ada pada saat awal pemberian kredit,
tetapi berlaku hingga kredit tersebut lunas maka Bank menyadari pentingnya fungsi pengendalian dan pengawasan
risiko kredit.
D. Risiko Pasar Risiko Tingkat Suku Bunga