305
Bagian 7 : Putusan Penting Landmark Decisions
Pertimbangan Mahkamah Agung :
– Menurut Mahkamah Agung Para Pemohon sebagai perseorangan
warga negara Indonesia yang berprofesi sebagai Hakim memiliki hak yang dijamin oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku,
Para Pemohon dirugikan oleh berlakunya peraturan yang menjadi objek permohonan, in casu Pasal 2 huruf b Peraturan Pemerintah
Nomor 36 Tahun 2011. Kerugian tersebut bersifat aktual atau setidaknya bersifat potensial, spesiik, dan terdapat hubungan sebab
akibat causal verband antara kerugian dimaksud dan berlakunya norma peraturan yang dimohonkan pengujian. Dengan demikian,
Para Pemohon memiliki kedudukan hukum legal standing untuk mengajukan permohonan a quo”.
– Bahwa redaksional ketentuan Pasal 2 huruf b Peraturan Pemerintah
Nomor 36 Tahun 2011 tentang Jabatan yang Tidak Boleh Dirangkap oleh Hakim Agung dan Hakim jelas berpotensi mengurangi
kewenangan konstitusional Hakim sebagai pelaku Kekuasaan kehakiman. Karena di dalam ketentuan pasal yang menjadi objek
hak uji materiil tersebut telah mengandung multi tafsir dan ketidakpastian hukum, sehingga sebagai peraturan perundang-
undangan tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 huruf b Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
– Bahwa peluang multi tafsir dalam peraturan perundang-undangan
tersebut sangat berpotensi menjadi pintu masuk yang mengancam kemandirian intervensi terhadap kekuasaan kehakiman yang
dijamin oleh konstitusi dan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman.
306
Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2014
6. 501 KTUN2013
No. Perkara :
501 KTUN2013
Para Pihak :
BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN BAPEK Selaku TergugatPemohon Kasasi
Melawan IBNU ZAAKI M. AZIS, S.Kom
Selaku PenggugatTermohon Kasasi Jenis Perkara
: Tata Usaha Negara
Majelis Hakim :
1. DR. IMAM SOEBECHI, SH. M.HUM sebagai Ketua Majelis 2. DR. HARY DJATMIKO, SH.MS. sebagai Anggota Majelis
3. DR. H. SUPANDI, SH. MHUM sebagai Anggota Majelis Kaidah Hukum
: Kesalahan formal BAPEK memutus sengketa banding
administrasi melampaui tenggang waktu 180 seratus delapan puluh hari tidak dapat diterima sebagai dasar
untuk mengabulkan pembatalan keputusan BAPEK. Karena sangat tidak adil dan merusak sendi-sendi pertanggung-
jawaban hukum apabila kesalahan BAPEK tersebut menyebabkan Penggugat terbebas dari kesalahan dan
pertanggung-jawaban hukum atas pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil yang dilakukannya. Kaedah hukum
tersebut didasarkan pada asas “personal responsibility” yang mengajarkan bahwa masing-masing orang atau institusi
bertanggung-jawab atas kesalahannya sendiri.
Kasus Posisi :
- Bahwa Penggugat Ibnu Zaaki M. Azis, S.Kom. semula adalah PNS
pada Pemerintah Kota Makassar dengan pangkat terakhir Penata Muda Golongan Ruang IIIa TMT 1 April 2009.
- Bahwa Walikota Makassar telah menerbitkan surat keputusan No.
8621893BKD2010 tanggal 13 Agustus 2010 tentang pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri
Sipil atas nama Ibnu Zaaki M. Azis, S.Kom Penggugat karena telah terbukti melakukan pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil yaitu
melakukan perkawinan kedua tanpa persetujuan atasan sehingga dinyatakan melakukan pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil
sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1983 junto Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1990 dan Pasal 3
angka 4, 6,7 dan 17 Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
- Bahwa atas pemberhentian sebagai PNS itu, Penggugat mengajukan
banding administrasi kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian BAPEK pada tanggal 23 Agustus 2010, akan tetapi permohonan
307
Bagian 7 : Putusan Penting Landmark Decisions
banding administrasi tersebut ditolak Badan Pertimbangan Kepegawaian BAPEK dan menguatkan hukuman disiplin yang
ditetapkan Walikota Makassar, sebagaimana dimuat dalam surat keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian No. 200KPTS
BAPEK2012 tanggal 10 Oktober 2012.
- Bahwa atas keputusan BAPEK tersebut, selanjutnya Penggugat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dengan alasan bahwa BAPEK Tergugat dalam melakukan
pemeriksaan banding administrasi telah melanggar peraturan perundang-undangan yakni memutus sengketa banding administrasi
melebihi tenggang waktu 180 seratus delapan puluh hari sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 Keputusan Menteri Negara
Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara No. 01BAPEK1998 tanggal 9 Juli 1998. Selain
alasan tersebut Penggugat juga mengajukan dalil bahwa tuduhan pelanggaran disiplin PNS kepada Penggugat tidak benar, karena
permohonan ijin perceraian dan permohonan ijin perkawinan kedua telah diajukannya kepada pejabat yang berwenang akan tetapi tidak
mendapat tanggapan.
- Bahwa Pengadilan Tinggi TUN Jakarta telah mengabulkan gugatan
Penggugat, dengan pertimbangan hukumnya yang menyatakan bahwa surat keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian
Tergugat telah cacat hukum karena telah terbukti diterbitkan melebihi tenggang waktu 180 hari sebagaimana ditentukan dalam
peraturan perundangan, sehingga Keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian Tergugat menjadi batal, sehingga dengan batalnya
keputusan BAPEK itu maka keputusan Walikota Makassar yang menetapkan pemberhentian Penggugat sebagai PNS menjadi batal.
- Bahwa terhadap Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta tersebut,
selanjutnya BAPEK Tergugat mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung.
Pertimbangan Mahkamah Agung :
Permohonan kasasi tersebut ditolak oleh Mahkamah Agung dengan mendasarkan pertimbangannya pada asas “personal responsibility”
yang mengajarkan bahwa “masing-masing orang atau institusi bertanggungjawab atas kesalahannya sendiri”. Sehingga kesalahan
formal BAPEK TergugatPemohon Kasasi yang memberikan keputusan melampaui tenggang waktu 180 seratus delapan puluh hari akan sangat
308
Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2014
tidak adil dan merusak sendi-sendi pertanggung-jawaban hukum apabila kesalahan BAPEK TergugatPemohon Kasasi tersebut menyebabkan
PenggugatTermohon kasasi terbebas dari kesalahan dan pertanggung- jawaban hukum atas pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil yang
dilakukannya.
7. 248 KMIL2013
No. Perkara :
248 KMIL2013 Terdakwa
: Prada
Mart Azzanul Ikhwan Jenis Perkara
: Militer
Majelis Hakim :
1. Dr. H.M. Imron Anwari,SH.,Sp.N.,MH. 2. Prof.Dr. T. Gayus Lumbuun,SH.,MH.
3. Drs. Burhan Dahlan, S.H., M.H. Kaidah Hukum
: Penjatuhan pidana mati layak dijatuhkan terhadap pelaku
kejahatan berat yang didakwa secara kumulatif antara tin- dak pidana umum dengan tindak pidana khusus. Perbuatan
Terdakwa menunjukkan sikap arogansi dan mengikuti ke- inginan hawa nafsu semata, sikap egoisme yang berlebihan
tanpa memperdulikan nasib korban dan keluarganya serta tidak mencerminkan sifat kesatria seorang prajurit dan tidak
berperikemanusiaan.
Kasus Posisi :
- Bahwa dimulai Terdakwa berpacaran dengan Sdri. Sinta Mustika,
yang selanjutnya Terdakwa dengan Sdri. Sinta Mustika melakukan persetubuhan yang berakibat Sdri. Sinta Mustika hamil, hingga usia
kehamilan tersebut 8 delapan bulan ;
- Bahwa selanjutnya Sdri. Sinta Mustika meminta pertanggungjawaban
Terdakwa atas perbuatannya tersebut, namun Terdakwa tidak mengakui kehamilan Sdri. Sinta Mustika sebagai akibat perbuatan
Terdakwa, sehingga Terdakwa tidak mau bertanggung jawab dengan alasan Terdakwa sudah lama tidak melakukan hubungan badan
dan tidak berhubungan lagi dengan Sdri. Sinta Mustika disebabkan karena Terdakwa sedang mengikuti pendidikan ;
- Bahwa kemudian Sdri. Sinta Mustika dan ibunya yang bernama Hj.
Opon, meminta pertanggungjawaban Terdakwa, namun Terdakwa tidak mengakui telah menghamili Sdri. Sinta Mustika, sehingga Sdri.
Sinta Mustika dan Hj. Opon mendesak agar Terdakwa bertanggung jawab dan mengancam akan melaporkan Terdakwa kepada atasan-
nya Dan Yonif 303131 Kostrad ;
309
Bagian 7 : Putusan Penting Landmark Decisions
- Bahwa karena ancaman-ancaman in casu sehingga Terdakwa
mempunyai niat untuk melenyapkanmenghabisi nyawa Sdri. Sinta Mustika dan ibunya yang bernama Hj. Opon tersebut, karenanya
Terdakwa mempersiapkan pisau Komando yang kemudian disimpannya dalam kantong celana sebelah kiri yang dipakai
Terdakwa saat itu ;
- Bahwa pada tanggal 11 Februari 2013 dengan adanya persiapan
sebilah pisau komando tersebut, Terdakwa bersama-sama dengan Sdri. Sinta Mustika dan Hj. Opon dengan menggunakan sepeda
motor milik Sdri. Sinta Mustika, Terdakwa memboncengkan keduanya menuju Kp. Panagan, Desa Sukawargi ;
- Bahwa setelah sampai di suatu perkebunan sayur tepatnya di dekat
kebun cabe di Kp. Panagan Desa Sukawargi, Kecamatan Curupan, Kabupaten Garut, Terdakwa menghentikan sepeda motor yang
dikendarainya dan menurunkan Hj. Opon dan Sdri. Sinta Mustika dari sepeda motornya, kemudian Terdakwa mengajak Hj. Opon
berjalan kaki hingga sampai di kebun tomat, dan di tempat tersebut Hj. Opon oleh Terdakwa ditikam berkali-kali di bagian leher dan
badan Hj. Opon dengan mengunakan pisau komando yang dibawa Terdakwa sehingga Hj. Opon meninggal dunia ;
- Bahwa selanjutnya Terdakwa mendatangi Sdri. Sinta Mustika,
dan mengajak Sdri. Sinta Mustika pergi dari tempat tersebut, dan kemudian dengan cara kekerasan sebelumnya terhadap Sdri. Sinta
karena melawan, akhirnya Terdakwa melakukan pembunuhan terhadap Sdri. Sinta Mustika yang saat itu dalam keadaan hamil
dengan usia kandungan 8 delapan bulan, yang nota bene janin dengan usia kandungan 8 delapan bulan sudah mempunyai napas
hidup, dimana berdasarkan hasil pemeriksaan DNA terhadap tali ari bayi yang dikandung Sdri. Sinta Mustika ternyata 99,99
cocok dengan sampel darah Terdakwa, sehingga terbukti bayi yang dikandung Sdri. Sinta Mustika tersebut adalah anak biologis
Terdakwa ;
- Bahwa alasan kasasi yang diajukan Pemohon KasasiTerdakwa
hanya merupakan penilaian hasil pembuktian, dimana hal tersebut tidak tunduk pada kasasi ;
Pertimbangan Mahkamah Agung :
Judex Facti tidak salah menerapkan hukum. Pertimbangan hukumnya su-
dah tepat dengan telah terbuktinya Terdakwa melakukan tindak pidana