11 PHUM2014 Kunjungan Wakil Ketua Mahkamah Agung Tiongkok
317
Bagian 7 : Putusan Penting Landmark Decisions
Dengan demikian maka perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I selain untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan yang dilakukan oleh yang bukan pedagang besar farmasi, serta
tanpa ada persetujuan dari Menteri Kesehatan adalah perbuatan tanpa hak dan melawan hukum.
13. Bahwa sebagaimana pendapat Majelis dalam memperhatikan Nota Pembelaan maupun Duplik dari Penasihat Hukum yang
menyatakan mengenai perbuatan pemalsuan adalah merupakan perbuatan dari Saksi-20 Maringan Sidabutar dengan dibantu oleh
Sdr. Irene dan tentu saja semuanya atas perintah Terdakwa maka perbuatan tersebut justru melanggar pasal 82 ayat 5 Undang-
Undang RI Nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan, maka Majelis sependapat sebagaimana juga diterangkan oleh Ahli Sriyono
karena seyogianya Oditur yang telah mendakwakan dan menuntut dalam requisitoirnya bahwa Terdakwa terbukti telah mengimpor
narkotika golongan I, maka ketentuan yang harus diterapkan untuk perbuatan impor tersebut apabila diikuti dengan perbuatan
pemalsuan dokumen adalah ketentuan tentang kepabeanan yaitu Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan dan
bukannya menerapkan KUHP sesuai dengan azas Lex Specialis Derogat Lex Generalis.
14. Bahwa Majelis tidak membatalkan dakwaan Oditur karena ternyata sebagian dari perbuatan Terdakwa masih ada yang terkait dengan
penerapan pasal Pemalsuan sebagaimana didakwakan oleh Oditur yaitu sebagaimana telah diuraikan dalam pembuktian dakwaan kedua
oleh Majelis di atas terungkap bahwa ada pemalsuan tandatangan Saksi-4 Aji Wijaya dan atas pemalsuan tersebut Saksi-4 Aji Wijaya
menyatakan ia merasa dirugikan atas perbuatan Terdakwa tersebut, artinya bahwa dakwaan Oditur masih terselamatkan oleh perbuatan
Terdakwa yang lain daripada yang menyangkut ketentuan tentang kepabeanan walaupun seluruh perbuatan Terdakwa tetap satu paket
dalam rangka untuk mencari keuntungan.
15. Bahwa pada hakekatnya perbuatan Terdakwa sebagai kuasa dari Primkop Kalta di bidang usaha impor adalah benar mengimpor
barang berupa ish tank dari China karena Terdakwa telah mendapat mandat dari pimpinan Bais Tni cq. Ketua Primkop Kalta, namun
tidak dapat dibuktikan dalam perkara ini bahwa Terdakwa telah secara tanpa hak atau melawan hukum mengimpor narkotika
318
Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2014
golongan I, karena tidak ada alat bukti yang mendukung untuk menyatakan Terdakwa telah mengimpor narkotika golongan I karena
sepengetahuan Terdakwa yang diimpor itu adalah ish tank, namun ada tujuan lain dari Terdakwa bahwa Terdakwa harus mendapatkan
untung yang besar dari impor ish tank tersebut yaitu dengan cara memalsukan dokumen dalam hal kualitas barang yang diimpor
sebagaimana tertulis pada Invoice yang asli, BL dan Packing List dengan maksud agar bea masuk yang disetor ke negara menjadi
lebih kecil namun selisih harganya akan menjadi keuntungan bagi Terdakwa, Koperasi maupun kawan-kawan Terdakwa di lapangan.
16. Selain itu terdapat unsur kelalaian pada diri Terdakwa sehingga impor ish tank ini harus menjadi tanggung jawab Terdakwa karena
Terdakwa dengan mudahnya tergiur dengan ongkos yang besar yang disiapkan pemilik barang sebesar Rp.85.000.000,- delapan
puluh lima juta rupiah, karena ternyata setelah dikurangi bea masuk dan biaya administrasi lainnya, Terdakwa masih memperoleh
keuntungan sekitar separoh dari biaya tersebut, walaupun secara logika dapat dipahami bahwa biaya tersebut tidaklah sesuai dengan
nilai impor narkoba yang sesungguhnya, kelalaian mana salah satunya yaitu Terdakwa yang sudah berusaha ingin bertemu dan
berbicara dengan “Bos barang” tersebut ternyata “Bos” atau Saksi-5 Akiong tidak bersedia bertemu dan berbicara dengan Terdakwa, lalu
mengapa Terdakwa tetap menerima order tersebut ?
17. Karena hanya terdapat unsur kelalaian dalam mengimpor barang tersebut maka Majelis tidak dapat membuktikan tindak pidana
yang dituntutkan oleh Oditur Militer, melainkan yang tepat adalah perbuatan ”menyalurkan narkotika golongan I” yaitu setelah
perbuatan impor selesai dan ternyata “di tengah jalan” Terdakwa akhirnya mengetahui bahwa “ish tank” yang diimpor hanyalah
kamulase saja karena yang bernilai lebih tinggi justru narkoba yang diselundupkan di dalamnya, namun ternyata Terdakwa tetap
melanjutkan proses pengeluaran dari pelabuhan untuk disalurkan ke alamat tujuan semula.
18. Majelis juga menyadari bahwa sesuai dengan teori hukum pidana tentang “unsur kesalahan” dimana ada 3 tiga gradasi mengenai
“unsur dengan sengaja” maka dalam perkara ini kepengetahuan atau pemahamam Terdakwa dalam mengetahui bahwa ada narkotika
di dalam kontainer tersebut bukanlah termasuk dalam gradasi “kesengajaan sebagai maksud oogmerk”, bahkan Majelis berani
319
Bagian 7 : Putusan Penting Landmark Decisions
juga menyebutkan bukan termasuk dalam gradasi “kesengajaan dengan kesadaran pasti atau keharusan opzet bij zekerheids of
noodzakelejkheidsbewustzijn , tetapi perbuatan Terdakwa berada
pada gradasi paling rendah yaitu “kesengajaan dengan menyadari kemungkinan dolus eventualis yang nyaris tidak terbedakan dengan
kealpaan culpa; tetapi Majelis yakin Terdakwa bukan lalai karena sudah ada 3 tiga kali kesempatan telah diingatkan atau mendapat
informasi bocoran bahwa kontainer yang Terdakwa impor tersebut terindikasi berisi narkoba, namun Terdakwa tetap tidak perduli
dengan berdalih bahwa pihak Bea Cukai menyatakan secara formal “kontainer clear”, namun yang diinginkan Terdakwa hanyalah
bagaimana caranya kontainer tersebut harus keluar dan sampai di alamat atau gudang yang sudah disiapkan oleh pemiliknya, apalagi
Terdakwa sudah menerima uang bahkan sudah sempat memesan sebuah mobil baru karena sudah siap dengan DPnya.
19. Seharusnya Terdakwa segera menolak kehadiran “kontainer” tersebut sehingga barang narkoba tersebut menjadi dikuasai oleh negara
dan bukan sebagai milik Koperasi Kalta karena impor tersebut justru dilakukan dengan itikad baik dan tidak melawan hukum,
dan yang terpenting bahwa seharusnya Terdakwa berpikir seribu kali dan merenungkan sekiranya benar isinya narkoba, pastilah
jumlahnya tidak sedikit, lalu berapa jumlah anak muda Indonesia yang akan dihancurkan sekiranya barang haram tersebut beredar di
masyarakat?
20. Bahwa selain itu terungkap pula di persidangan bahwa bisnis yang dijalankan oleh Terdakwa yang mengatas namakan Primkop Kalta
ternyata dalam kegiatan usahanya mengimpor barang adalah untuk mendapatkan keuntungan tetapi dengan cara-cara yang merugikan
negara karena dilakukan dengan memalsukan dokumen impor dengan cara mengurangi kualitas barang, modus-modus tersebut
juga diakui oleh Saksi-21 Rudi Suwandi alias Rudi Botak sebagai mitra kerja Primkop Kalta sehingga pemasukan ke negara berkurang
namun keuntungannya dibagi-bagi untuk Terdakwa, koperasi maupun kawan-kawan Terdakwa yang membantu di lapangan,
dan untuk itu keterlibatan pegurus koperasi, khususnya Ketua Koperasi baik yang lama maupun yang baru seyogianya harus ikut
bertanggung jawab dalam hal ini.
320
Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2014
Pertimbangan Mahkamah Agung :
Bahwa alasan kasasi Terdakwa mengenai berat ringannya pidana yang dijatuhkan tidak dapat dibenarkan, karena hal tersebut wewenang Judex
Facti , yang tidak tunduk dalam pemeriksaan kasasi ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata, putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum
danatau undang-undang, maka permohonan kasasi Terdakwa tersebut harus ditolak ;
321
Lampiran