Pengertian Matematika Landasan Teoritis 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Tests of Creative Thinking”. 23 Kefasihan yaitu mengacu pada banyaknya ide-ide yang dihasilkan dalam suatu permasalahan, fleksibilitas tampak pada perubahan- perubahan sudut pandang ketika merespons sesuatu, dan kebaruan merupakan keaslian dari ide yang dimunculkan. Aspek khusus berpikir kreatif adalah berpikir divergen divergen thinking, yang memiliki ciri-ciri: fleksibilitas, originalitas, dan fluency keluwesan, keaslian, dan kuantitas output. Fleksibilitas menggambarkan keragaman ungkapan atau sambutan terhadap sesuatu stimulasi, originalitas menunjuk pada tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban, atau pendapat terhadap sesuatu masalah. Sedangkan fluency menunjuk pada kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif. 24 Martin sebagaimana dikutip Ali mengemukakan tiga aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu produktivitas, originalitas atau keaslian, dan fleksibilitas atau keluwesan. Produktivitas berkaitan dengan banyaknya hasil karya yang dihasilkan. Originalitas berkaitan dengan suatu hasil karya yang berbeda dengan hasil karya serupa. Dan fleksibilitas merujuk pada kemauan untuk memodifikasi keyakinan berdasarkan informasi baru. 25 Lebih lanjut Kiesswetter berpendapat sebagaimana dikutip Ali, bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. 26 Hal ini diperkuat oleh pendapat Haylock dan Kruteski bahwa berpikir kreatif selalu tampak menunjukkan keluwesan fleksibilitas. 27 Fleksibilitas dari proses mental sebagai suatu komponen dari kemampuan kreatif matematis dalam sekolah. 23 Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya: Unesa University Press, 2008, h. 23. 24 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005, h. 179-180 25 Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA, Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010, h. 2-3 26 Ibid., h. 3. 27 Tatag Yulli Eko Siswono, “Konstruksi Teoritik tentang Tingkat Berpikir Kreatif dalam Matematika”, Yogyakarta: FMIPA UNY, 2008, h. 2 Sementara William dalam Munandar menjelaskan konsep, dan contoh perilaku siswa yang menunjukkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif siswa, yang meliputi lima indikator berpikir kreatif, yaitu keterampilan berpikir lancar fluency, keterampilan berpikir luwes flexibility, keterampilan berpikir orisinal originality, keterampilan memperinci elaboration, dan keterampilan menilai evaluation. 28 1 Keterampilan berpikir lancar fluency Keterampilan berpikir lancar dapat didefinisikan sebagai keterampilan atau kemampuan dalam mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan; memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2 Keterampilan berpikir luwes flexibility Keterampilan berpikir luwes ini merupakan keterampilan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi; dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda; serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3 Keterampilan berpikir orisinal originality Keterampilan berpikir orisinal adalah kemampuan untuk melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, serta kemampuan untuk membuat kombinasi- kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 4 Keterampilan memperinci elaboration Keterampilan memperinci dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, serta kemampuan untuk menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 28 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: Gramedia, 1999 Cet. 3, h. 88-91 5 Keterampilan menilai evaluation Keterampilan menilai merupakan kemampuan dalam menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana; serta kemampuan mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. Dari beberapa aspek maupun ciri berpikir kreatif matematis yang telah dikemukakan, aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan dalam penelitian adalah kemampuan berpikir kreatif matematis yang meliputi aspek kefasihan fluency dan fleksibilitas flexibility.

2. Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. 29 Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar, karena selama siswa bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Artzt Newman sebagaimana dikutip Trianto yang menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. 30 Pada pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi siswa juga harus membangun pengetahuannya sendiri dalam pikirannya, sehingga siswa memiliki 29 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011, cet. 3, h. 202. 30 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Kencana, 2013, cet. 3, h. 56.