Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

sudah diajarkan guru. Guru sering tidak membiarkan siswa mengkonstruk pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep matematika”. 9 Kurang perhatiannya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa didukung oleh rendahnya pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Setidaknya hal ini diindikasikan oleh sedikitnya artikel atau penelitian terkait dengan pengembangan kemampuan tersebut, yakni hanya terdapat 44 dari 2.426 artikel atau kurang dari 2 yang terdapat dalam data base Educational Resources Information Center ERIC pada bulan September 2002. 10 Dan juga berdasarkan hasil penelitian Siswono, Abadi, Rosyidi 2008 menunjukkan bahwa “Sebanyak 10,8 guru tidak pernah mengajarkan siswa menyelesaikan dengan cara berbeda dan 41,5 jarang melakukan kegiatan itu. Informasi lain sebanyak 55,4 guru tidak pernah meminta siswa mengembangkan imajinasinya.” 11 Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif belum mendapat fokus pada pembelajaran matematika. Sejalan dengan hasil penelitian yang telah disebutkan, berdasarkan hasil wawancara Lampiran 1 dengan guru matematika di SD Negeri Jati Pulo 03 Pagi diketahui bahwa metode pembelajaran yang seringkali digunakan dalam pembelajaran matematika adalah metode ceramah, tanya jawab maupun diskusi. Sedangkan pada saat diskusi pun hanya sebagian siswa yang aktif, selebihnya masih pasif dalam proses belajar mengajar. 12 Hal ini dipertegas dari hasil observasi aktivitas belajar siswa Lampiran 2 dan hasil observasi aktivitas mengajar Lampiran 3 yang dilakukan di sekolah tersebut, terlihat bahwa guru lebih banyak berperan dalam proses pembelajaran dibandingkan siswanya. Pada pembelajaran ini siswa hanya menerima informasi dari guru, sehingga siswa hanya mampu meniru tanpa dapat memahami. Terlihat pada saat siswa diberi soal 9 Tatag Yuli E., Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya: Unesa University Press, 2008, h. 2. 10 Ali Mahmudi, “Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif”, Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika KNM XIV Universitas Sriwijaya, 24-27 Juli 2008, h. 3. 11 Tatag Yuli E., dkk., “Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”, Jurnal Ilmu Pendidikan JIP, Vol. 18 No. 2, 2012, h. 3. 12 Yeni Suratiningsih, Guru SD Negeri 03 Jati Pulo 03, Wawancara, Jakarta, 25 Agustus 2014, pukul 09.30. yang berbeda dari contoh, sangat sedikit siswa yang dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa hanya mampu mengerjakan soal secara prosedural seperti yang telah dicontohkan oleh guru, namun saat dihadapkan pada soal yang sedikit lebih sulit ataupun yang berbeda dari contoh, mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Melihat kurangnya perhatian terhadap aspek berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika, maka perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan diatas, perlu kiranya melatih kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sejak mereka dalam pendidikan dasar yang mana merupakan bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional, yaitu diselenggarakan selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Pada perkembangannya, anak usia sekolah dasar cenderung suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya sehingga pembelajaran di sekolah dasar harus diusahakan agar tercipta suasana siswa yang aktif dan menyenangkan. Untuk itu guru perlu memperhatikan beberapa prinsip latar, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip belajar sambil bermain, dan prinsip keterpaduan. Depdikbud, 1995: 1-2. 13 Dalam prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar. Karena suasana ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Sebagaimana karakteristik anak usia SD menurut Sumantri dan Permana mengutip pendapat Bassett, Jacka, dan Logan adalah secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, senang bermain dan lebih suka bergembira riang, suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, suka mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru. 14 13 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014, h. 3. 14 Ahmad Saefudin, dkk., “Penerapan Metode Permainan Menggunakan Kartu Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas V SD”, FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret, h. 2. Metode belajar sambil bermain disebut juga metode permainan. Mengingat dunia anak adalah dunia bermain, metode permainan kartu ini merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Metode permainan kartu ini digunakan untuk menyampaikan pelajaran matematika kepada peserta didik, dimana dengan diterapkannya metode ini siswa dapat lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan terus menggali potensinya dengan mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki, karena proses belajar didesain lebih menarik dan dalam situasi yang menyenangkan. Dengan situasi ini, siswa akan memperoleh berbagai pengalaman yang dapat mengembangkan potensi perkembangan yang dimilikinya. Metode pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep matematika dan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang sudah diajarkan guru. Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat terasah dan terus meningkat. Sebagaimana pendapat Mayke dalam Anggani 2000, bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. 15 Dari pendapat tersebut, dapat dimaknai bahwa metode permainan dapat mengeksplorasi kemampuan siswa dengan mempraktikkan sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa dapat berkembang. Berdasarkan uraian di atas, penerapan metode permainan kartu diduga akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sehingga perlu kiranya diteliti lebih lanjut. Oleh karenanya, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Permainan Kartu C ard Games terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ”. 15 Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Kencana, 2011, h. 136.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah disebutkan, maka dapat didefinisikan masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa 2. Pelaksanaan pembelajaran saat ini, siswa kurang didorong untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya 3. Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif. 4. Kemampuan berpikir kreatif kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak terjadi penyimpangan. Adapun masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah : 1. Diambil dua kelas secara acak, satu kelas menggunakan metode permainan kartu card games dan kelas lainnya menggunakan metode konvensional. 2. Agar proses terarah, maka kemampuan yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dimana indikator yang diteliti dibatasi hanya pada aspek kemampuan menghasilkan beragam gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah fluency dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda flexibility.

D. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain : 1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan metode permainan kartu card games? 2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan metode konvensional? 3. Bagaimana pengaruh metode permainan kartu card games dibanding metode konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan metode permainan kartu card games 2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan metode konvensional. 3. Untuk mengetahui pengaruh metode permainan kartu card games dibanding metode konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang penulis harapkan adalah: 1. Bagi Siswa Dapat memperoleh pembelajaran yang bervariatif yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada mata pelajaran matematika. 2. Bagi Guru Sebagai alternatif yang dapat dilakukan Guru dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. 3. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan mengenai metode permainan kartu card games terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. 4. Bagi Sekolah Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran matematika, dapat memberikan sumbangan alternatif pembelajaran yang baik untuk diterapkan dan dikembangkan di sekolah. 10

BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teoritis 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

a. Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir merupakan suatu aktivitas yang dialami seseorang apabila dihadapkan dengan suatu masalah yang harus dipecahkan. Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip Tatag, menyatakan bahwa berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan fulfill a desire to understand. 1 Hal ini dapat diartikan bahwa berpikir sebagai sebuah pijakan awal dalam menyelesaikan masalah, dimana dari rasa ingin tahu kita akan suatu hal maupun masalah, kita dapat memecahkan suatu masalah dan membuat keputusan. Berpikir melibatkan manipulasi dan transformasi informasi dalam memori, dengan tujuan membentuk konsep, alasan, pikiran kritis, dan penyelesaian masalah. Kita berpikir agar dapat membuat pertimbangan, berintrospeksi, mengevaluasi ide-ide, menyelesaikan persoalan, dan mengambil keputusan. 2 Berpikir tidak selalu untuk memecahkan suatu masalah, melainkan juga untuk dapat membentuk suatu konsep tertentu atau menimbulkan ide-ide kreatif. Jadi, berpikir dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha seseorang yang dilakukan secara sadar untuk mencapai suatu tujuan, baik itu pemahaman, perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, analisis maupun kreativitas dengan memanipulasi dan mentrasformasi informasi dalam memori. Sebagai manusia yang dibekali akal oleh Allah SWT sebagai sarana untuk berpikir, kita hendaknya dapat menggunakannya semaksimal mungkin. Pada 1 Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya: Unesa University Press, 2008, h. 13 2 John W. Santrock, Perkembangan Anak, Terj. dari Child Development, eleventh edition oleh Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti, Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2007, h. 294. dasarnya setiap manusia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali tidak disadari. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta- fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambah pula kemampuan berpikirnya. 3 Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung, sebagaimana Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan dalam firman-Nya: 4           “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan merenungkan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” QS. Shaad, 38: 29 Ayat tersebut menekankan bahwa hendaknya setiap orang berusaha secara keras dan ikhlas dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikirnya. Berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru, baik ide atau pemahaman yang berasal dari pengetahuan yang telah dimiliki maupun dari hal-hal yang baru dipelajari. Hal ini didasari oleh pendapat The dalam buku Tatag, yang memberi batasan bahwa berpikir kreatif pemikiran kreatif adalah suatu rangkaian tindakan yang dilakukan orang dengan menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan. 5 Berpikir kreatif disebut juga sebagai berpikir divergen, yaitu kemampuan seseorang untuk dapat mencari alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan. 3 Harun Yahya, Bagaimana Seorang Muslim Berpikir?, Terj. dari Deep Thinking oleh Catur Sriherwanto, Jakarta: Robbani Press, 2001, h. 9-10. 4 Ibid., h. 13. 5 Tatag, op. cit., h. 14 Saat seseorang berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, pemikiran divergen memberikan banyak ide atau alternatif jawaban yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat Pehnoken sebagaimana dikutip Tatag, bahwa berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. 6 Berpikir logis dapat diartikan sebagai sebagai kemampuan berpikir untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar valid sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui. 7 Jadi berpikir kreatif menurut Pehnoken dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mencari alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan dengan upaya menarik kesimpulan menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar sesuai dengan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya. Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seseorang menghasilkan suatu ide baru, dimana ide baru tersebut merupakan gabungan dari ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan. Pengertian ini ditandai dengan adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses bepikir tersebut. Pengertian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Coleman and Hammen sebagaimana dikutip Euis, “creative thinking was a way of thinking which produce a new concept, finding, or art creation”. 8 Maksudnya adalah bahwa berpikir kreatif merupakan cara berpikir seseorang yang mana untuk menghasilkan produk berupa konsep baru, menemukan, ataupun menciptakan. Kemampuan berpikir kreatif tidak begitu saja dimiliki oleh seseorang, melainkan dibutuhkan adanya persiapan sejak dini yaitu pengalaman dan latihan yang dimiliki sehingga memungkinkan seseorang tersebut untuk dapat 6 Tatag Yuli Eko Siswono, “Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika”, FMIPA Universitas Negeri Surabaya, h. 1. 7 Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya: Unesa University Press, 2008, h. 13. 8 Euis Eti Rohaeti, “Critical and Creative Mathematical Thingking of Junior High School Students”, Educationist, Vol IV No. 2, Juli 2010, h. 100