Pengertian Berpikir Kreatif Landasan Teoritis 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

3. Fase inspirasi illumination Pada fase ini, sebuah solusi tampak seakan-akan datang secara tiba-tiba disertai dengan emosi yang meluap dan menyenangkan. Fase inkubasi ini bukan merupakan fase yang terpisah dan mandiri. Namun, merupakan hasil dari seluruh upaya yang dilakukan oleh orang kreatif selama fase-fase sebelumnya. Inspirasi bisa datang darimana saja, misalkan datang melalui tidur seperti halnya yang dialami oleh Descrates seorang pakar matematika dan juga Fredriek Kekule seorang penemu dalam bidang kimia organic. Dapat juga dikatakan fase ini diimplementasikan dengan munculnya solusi yang kreatif dengan cara spontan 4. Fase perealisasian verification Dalam fase ini orang kreatif melakukan pengujian atas kebenaran dan kelayakan kreativitasnya melalui eksperimen. Bisa jadi dalam fase ini dilakukan sebagian revisi atau perubahan guna memperbaiki dan memunculkan ide sebaik mungkin. Dalam fase berkreativitas yang telah diuraikan diatas, fase inkubasi dan fase inspirasi merupakan dua fase dasar yang memberikan cahaya bagi proses berkreativitas itu sendiri secara langsung. Pendapat lain mengenai berpikir kreatif disampaikan Martin sebagaimana dikutip Ali, bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. 10 Produk dari berpikir kreatif dapat juga kita sebut sebagai kreativitas. Kreativitas sebagai hasil pemikiran kreatif sebenarnya dimiliki oleh semua orang, namun bagaimana kreativitas itu dapat terbentuk merupakan suatu proses kognitif yang harus dikembangkan oleh tiap individu. Walaupun setiap orang memiliki bakat kreatif, namun jika tidak diasah maka bakat tersebut tidak akan berkembang bahkan menjadi bakat terpendam yang tidak terwujud, karena sesungguhnya kreativitas itu dibentuk oleh adanya pengalaman-pengalaman dan informasi yang diterima 10 Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA, Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010, h. 2. oleh seseorang yang selanjutnya digunakan untuk memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya dengan cara yang orisinil. Untuk dapat berkreativitas seseorang hendaknya meluangkan waktunya untuk melakukan ‘perenungan kreatif’. Seperti yang diungkapkan oleh De Bono, bahwa perenungan kreatif ini merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mencermati berbagai sisi yang berbeda terhadap suatu hal yang tertentu, dan mencari alternatif-alternatif lainnya. 11 Perenungan kreatif ini dimaksudkan untuk mencari suatu pemikiran baru dalam bidang tertentu dan memfokuskannya. Hal ini dikarenakan kita memiliki alasan yang mengharuskan kita untuk berpikir. Karena tidak mungkin suatu pemikiran dapat terwujud tanpa adanya perhatian terhadap hal-hal tertentu. Sebagaimana suatu penemuan tidak akan tercapai tanpa adanya perenungan kreatif. Kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru memiliki definisi yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda. Ada yang mengungkapkan definisi kreativitas dari sudut pandang yang menekankan kepada produk yang dihasilkan maupun dari sudut pandang yang menekankan pada proses. Definisi kreativitas yang menekankan pada produk dikemukakan oleh Pehnoken dalam buku Tatag yang menyebutkan bahwa kreativitas merupakan kinerja performance seorang individu yang menghasilkan sesuatu yang baru dan tidak terduga creativity as performance where the individual is producing something new and unpredictable. 12 Sedangkan definisi kreativitas yang menekankan pada prosesnya, yaitu proses menjadikan seseorang kreatif disampaikan oleh Isaksen dan Trefingger dalam Isaken dan Murdock, 1988 dalam buku Tatag juga, yang mendefinisikan: kreativitas merupakan sebuah pembuatan dan pengkomunikasian hubungan-hubungan baru yang bermakna untuk membantu memikirkan berbagai kemungkinan; memikirkan dan mengalami dalam berbagai cara serta menggunakan pandangan-pandangan baru; memikirkan 11 Amal, op. cit., h. 118. 12 Tatag., op. cit., h. 7. kemungkinan-kemungkinan baru dan tidak biasa; serta membimbing seseorang dalam pembuatan dan pemilihan alternatif-alternatif. 13 Dari kedua sudut pandang definisi kreativitas di atas, dapat kita lihat kesamaan dari kreativitas itu sendiri yaitu adanya sesuatu yang baru yang dimunculkan. Baru disini tidak harus dikaitkan dengan ide yang benar-benar baru, melainkan dapat juga baru menurut siswa. Kreativitas itu sendiri terdapat dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Seperti yang diungkapkan Robinson sebagaimana dikutip Avril , “Creativity is possible in all areas human activity and it draws from all areas of human intelligence”. 14 Menurutnya, kreativitas itu mungkin ada dalam semua bidang aktivitas manusia dan ia tergambar dalam semua bidang kecerdasan manusia. Seperti halnya dalam bidang seni maupun sastra, kreativitas juga terdapat dalam matematika. Menurut Pehnoken sebagaimana dikutip Ali, kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada prosesnya, yaitu proses berpikir kreatif. 15 Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai berpikir kreatif yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang dilakukan seseorang dalam menghasilkan gagasan dan produk baru maupun bermacam-macam kemungkinan dalam penyelesaian masalah dengan melihat hubungan-hubungan antara satu hal dengan yang lainnya.

b. Pengertian Matematika

Matematika merupakan bidang ilmu pengetahuan yang penting untuk diajarkan kepada anak-anak sejak sekolah dasar karena berguna dalam kehidupan sehari-hari serta diperlukan sebagai dasar mempelajari matematika pada tingkat 13 Ibid., h. 9. 14 Avril Loveless, “Thinking about Creativity: Developing Ideas, Making Things Happen”, dalam Anthony Wilson ed, Creativity in Primary Education, Southernhay East: Learning Matters, 2009, h. 23. 15 Ali Mahmudi, op. cit., h. 3. lebih lanjut maupun dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Pada tingkat sekolah dasar, pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta mampu bekerja sama Kata matematika sendiri berasal dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan, mathanein yang artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus Bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu tentang hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan Depdiknas. 16 Lebih lanjut Hudojo, sebagaimana dikutip Esti mengartikan matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Oleh karenanya matematika diperlukan untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam kemajuan IPTEK sehingga perlu dibekalkan kepada peserta didik sejak sekolah dasar . 17 Dalam definisi lain, Ismail dkk memberikan definisi hakikat matematika sebagai ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat. 18 Sejalan dengan pendapat Soedjadi sebagaimana dikutip Nahrowie yang mendefinisikan matematika sebagai pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan serta pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis. 19 Matematika disebut juga sebagai ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan observasi maupun eksperimen. Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif. Meskipun matematika sebagai cabang ilmu yang menggunakan penalaran deduktif, matematika tetap perlu diberikan kepada peserta didik usia sekolah dasar 16 M. Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Rajawali Press, 2014, cet. 1, h. 48. 17 Esti Yuli Widayanti, dkk., Pembelajaran Matematika MI, Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009, h. 8. 18 Ali Hamzah, loc. cit. 19 Nahrowi Adjie, dan Maulana, Pemecahan Masalah Matematika, Bandung: UPI Press, 2006, cet. 1, h. 34 yang masih pada tahap operasi konkret, karena penelaahan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi tidak dititikberatkan kepada hubungan, pola, bentuk, struktur, konsep, dan operasi. Hal ini berarti bahwa matematika itu berkenaan dengan gagasan yang berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis, dimana konsep-konsepnya abstrak dan penalarannya deduktif. Salah satu alasan mengapa matematika perlu diajarkan di sekolah adalah untuk mengembangkan kreativitas siswa. Karena siswa dapat belajar untuk dapat membangun konsep matematikanya sendiri dengan mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang telah ada. Sehingga diharapkan siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dengan cermat dan tepat. Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri antara lain: 20 1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten 2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba 3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah 4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu digunakan untuk mengembangkan cara berpikir guna membangun ide yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dan bertujuan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah 20 Nahrowie, Ibid., h. 34-35 matematika dengan mengembangkan ide guna terciptanya berbagai jawaban, gagasan, maupun sudut pandang terhadap suatu permasalahan. Pentingnya kreativitas dalam matematika dikemukakan oleh Bishop sebagaimana dikutip Ali, yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua keterampilan dalam berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif, yang sering diidentikkan dengan intuisi, dan kemampuan berpikir analitik, yang diidentikkan dengan kemampuan logis. 21 Pandangan ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif lebih didasarkan pada pemikiran yang tiba-tiba, tak terduga dan di luar kebiasaan. Berpikir kreatif matematis dapat juga kita sebut sebagai kreativitas matematika. Karena kreativitas merupakan hasil dari berpikir kreatif. Kreativitas matematika menurut Krutetskii sebagaimana dikutip Eric, dinyatakan sebagai berikut: … characterized mathematical creativity in the context of problem formulation problem finding, invention, independence, and originality. 22 Menurutnya, kreativitas matematika atau berpikir kreatif matematis diidentikkan dengan pembuatan soal atau problem finding, penemuan, kebebasan dan keaslian. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan hal yang penting dalam perkembangan anak, karena mereka dapat menghasilkan ide-ide baru dari hasil pengalamannya. Kreativitas matematika dapat terjadi ketika anak membuat hubungan-hubungan atau koneksi antara apa yang dilihat dan pengetahuan matematika yang telah dimiliki. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat diukur dari jawaban yang dikemukakannya berdasarkan aspek-aspek berpikir kreatif matematis. Silver sebagaimana dikutip Tatag menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat digunakan tiga komponen kunci yaitu kefasihan fluency, fleksibilitas dan kebaruan novelty yang merupakan “The Torrance 21 Ali Mahmudi, ”Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif”, Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika XIV UNSRI, Palembang, 24 – 27 Juli 2008, h. 5. 22 Eric L. Mann, Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicator of Mathematical in Middle School Students, Dissertation University of Connecticut, 2005, p. 7 Tests of Creative Thinking”. 23 Kefasihan yaitu mengacu pada banyaknya ide-ide yang dihasilkan dalam suatu permasalahan, fleksibilitas tampak pada perubahan- perubahan sudut pandang ketika merespons sesuatu, dan kebaruan merupakan keaslian dari ide yang dimunculkan. Aspek khusus berpikir kreatif adalah berpikir divergen divergen thinking, yang memiliki ciri-ciri: fleksibilitas, originalitas, dan fluency keluwesan, keaslian, dan kuantitas output. Fleksibilitas menggambarkan keragaman ungkapan atau sambutan terhadap sesuatu stimulasi, originalitas menunjuk pada tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban, atau pendapat terhadap sesuatu masalah. Sedangkan fluency menunjuk pada kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif. 24 Martin sebagaimana dikutip Ali mengemukakan tiga aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu produktivitas, originalitas atau keaslian, dan fleksibilitas atau keluwesan. Produktivitas berkaitan dengan banyaknya hasil karya yang dihasilkan. Originalitas berkaitan dengan suatu hasil karya yang berbeda dengan hasil karya serupa. Dan fleksibilitas merujuk pada kemauan untuk memodifikasi keyakinan berdasarkan informasi baru. 25 Lebih lanjut Kiesswetter berpendapat sebagaimana dikutip Ali, bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. 26 Hal ini diperkuat oleh pendapat Haylock dan Kruteski bahwa berpikir kreatif selalu tampak menunjukkan keluwesan fleksibilitas. 27 Fleksibilitas dari proses mental sebagai suatu komponen dari kemampuan kreatif matematis dalam sekolah. 23 Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya: Unesa University Press, 2008, h. 23. 24 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005, h. 179-180 25 Ali Mahmudi, “Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis”, Makalah Disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA, Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010, h. 2-3 26 Ibid., h. 3. 27 Tatag Yulli Eko Siswono, “Konstruksi Teoritik tentang Tingkat Berpikir Kreatif dalam Matematika”, Yogyakarta: FMIPA UNY, 2008, h. 2