Pendidikan Terakhir Pekerjaan Karakteristik Masyarakat Pengguna Angkutan Kota

43 pengemudi angkot saling berkoordinasi satu sama lain dalam pelaksanaan sistem shift. Masing-masing pelaksana memiliki fungsi dan tugas dari setiap bagian adalah sebagai berikut : 1. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Instansi yang pertama kali mengusulkan ide sistem shift. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyiapan bahan penyelenggaraan, dan pelaksanaan monitoring, evaluasi, serta pelaporan kegiatan penerapan shift. 2. DPC Organda DPC Organda sebagai pihak yang mewadahi kepentingan pengusaha dan pengemudi angkutan kota dan membantu DLLAJ dalam koordinasi rencana penerapan sistem shift. 3. KKU dan KKSU KKU dan KKSU merupakan bagian dari DPC Organda yang bertugas membantu DPC Organda dalam mewadahi kepentingan pengusaha dan pengemudi angkutan kota, membantu koordinasi rencana kegiatan penerappan sistem shift serta pihak yang melakukan pengawasan pelaksanaan sistem shift. 4. Pengusaha Angkutan Kota Pihak yang menyetujui dan mendukung operasional sistem shift. 5. Pengemudi Angkutan Kota Pihak yang menjalankan operasional sistem shift dan melakukan pengawasan sistem shift di lapangan. Pada perencanaan dan pelaksanaan sistem shift ini terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan. Tahap-tahap tersebut terdiri dari rapat koordinasi upaya atau ide penerapan sistem shift, tahap sosialisasi, rapat persetujuan, persiapan, tahap uji coba, dan tahap operasional. Rapat koordinasi merupakan rapat penyampaian ide sistem shift dari DLLAJ kepada DPC Organda, KKU dan KKSU guna memperoleh saran, tanggapan, serta upaya lebih lanjut. Tahap sosialisasi merupakan tahap yang dilakukan oleh DLLAJ, DPC Organda, KKU dan KKSU kepada pengusaha dan pengemudi angkot. Rapat persetujuan merupakan rapat yang dilakukan oleh pengusaha dan pengemudi untuk menentukan apakah mereka ingin menerapkan shift atau tidak dalam waktu operasional angkot. Jika mereka 44 setuju maka akan dilakukan ke tahap selanjutnya yaitu tahap persiapan dalam penentuan tanggal untuk memulai shift dan pemasangan stiker shift pada seluruh angkot. Setelah persiapan dilakukan uji coba selama satu bulan dan dilakukan evaluasi, apabila penerapan sistem shift menguntungkan maka akan dilanjutkan ke tahap operasional dan sebaliknya. Pada pelaksanaan tahap-tahap tersebut terdapat interaksi dan kerjasama antara pelaku pelaksana agar pelaksanaan sistem shift dapat berjalan baik dan lancar serta tujuan dapat tercapai. Berdasarkan hasil survei, stakeholder saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi antar stakeholder ini diukur dengan melihat hubungan keharmonisan dan sinergisme. Hubungan antar stakeholder berpengaruh terhadap keberlangsungan pelaksanaan program shift. Adanya hubungan yang harmonis dan sinergis maka pelaksanaan sistem shift akan berjalan lancar. Hubungan keharmonisan antar stakeholder dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Persepsi mengenai kerhamonisan antar stakeholder Keharmonisan Jumlah Persentase Tinggi 110 57,90 Sedang 80 42,10 Rendah Jumlah 190 100 Sumber: Data primer diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 14 dapat dijelaskan masing-masing stakeholder memiliki keharmonisan yang tinggi. Sebanyak 57,90 responden menyatakan kualitas keharmonisan tinggi dimana tidak ada konflik sedangkan sebanyak 42,10 responden menyatakan keharmonisan sedang artinya sedikit konflik. Konflik yang terjadi berupa perbedaan pandangan atau persepsi seperti pada tahap sosialisasi dan tahap operasional. Sementara mengenai kualitas sinergi antar stakeholder dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Persepsi mengenai sinergisme antar stakeholder Sinergisme Jumlah Persentase Tinggi 117 61,58 Sedang 73 38,42 Rendah Jumlah 190 100 Sumber: Data primer diolah, 2013