12
2.1.7 Persepsi
Sombowidjojo 1999 dalam Kurniawan 2013 mendefinisikan persepsi sebagai pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, penciuman,
pendengaran, serta pengalaman masa lalu. Persepsi seseorang terhadap objek yang sama dapat bervariasi karena pengamatan mereka dari sudut pandang yang
berbeda-beda. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi dapat dikatakan juga memberi makna. Persepsi ditentukan oleh
faktor personal dan faktor situasional Rakhmat 2003.
2.2 Penelitan Terdahulu yang Terkait
Agustina 2009 menganalisis persepsi dan preferensi pengunjung serta dampak ekonomi kegiatan wisata Gunung Salak Endah dengan menggunakan
skala likert. Skala yang harus dipilih oleh pengunjung antara lain 1 untuk nilai sangat buruk, 2 untuk nilai buruk, 3 untuk nilai sedang, 4 untuk nilai baik, dan 5
untuk nilai sangat baik. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan diinterpretasikan. Metode pengukuran persepsi menggunakan skala likert dengan
lima skala tersebut dapat digunakan untuk mengukur persepsi informan mengenai efektivitas sistem shift, persepsi pengemudi angkot dan persepsi masyarakata
pengguna angkot terhadap sistem shift yang sudah diterapkan di Kota Bogor. Ratmoko 2011 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kinerja
Kelembagaan Pangan Lokal terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Kasepuhan Sinar Resmi Kabupaten Sukabumi untuk
menganalisis efektifitas kinerja kelembagaan dengan memperhatikan tiga hal yaitu, keefektifan kelembagaan dalam mencapai tujuan, efisiensi penggunaan
sumberdaya, dan keberlanjutan kelembagaan. Dalam mencapai outcome dibutuhkan suatu kejelasan dan keefektifan. Indikator yang diperhatikan dalam
kejelasan adalah kejelasan dan kelengkapan aturan serta tingkat pengetahuan masyarakat. Sedangkan indikator yang diperhatikan dalam keefektifan adalah
perubahan perilaku, perubahan produktivitas, tingkat kegunaan dan tingkat
13 keberhasilan. Hal tersebut dapat digunakan untuk melihat efektivitas pada sistem
shift. Dinah 1992 dalam tesisnya yang berjudul Profil Pendapatan dan
Hubungan Kerja Usaha Transportasi Opelet di Kotamadya Palembang Suatu Studi Eksploratif mengestimasi pendapatan bersih supir opelet dengan mengurangi
pendapatan kotor dengan jumlah setoran harian dan pengeluaran lainnya. Cara perhitungan pendapatan ini dapat dijadikan rujukan untuk menghitung rata-rata
penghasilan kumulatif pengemudi dan pengusaha angkot sebelum dan setelah ada sistem shift.
Rahmawati 2009 dalam tesisnya yang berjudul Analisis Penerapan Kebijakan Pengendalian Pemcemaran Udara dari Kendaraan Bermotor
Berdasarkan Estimasi Beban Emisi Studi Kasus: DKI Jakarta untuk perhitungan estimasi beban emisi pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan nilai
panjang perjalanan kendaraan vehicle kilometers traveled-VKT. Dibutuhkan data masa per unit aktivitas faktor emisi, jumlah kendaraan dan panjang
perjalanan kendaraan kmwaktu. Berdasarkan parameter pencemaran yang diteliti, kontribusi terbesar emisi di DKI Jakarta didominasi pencemar CO sebesar
72,7 persen, NO
x
sebesar 24,6 persen dan PM
10
sebesar 2,7 persen. Suryani 2010 mengestimasi beban emisi CO kendaraan bermotor dengan menggunakan
pendekatan konsumsi bahan bakar. Dalam kedua penelitian tersebut estimasi beban emisi dilakukan pada seluruh jenis kendaraan, sedangkan pada penelitian
ini hanya menghitung beban emisi CO pada kendaraan angkutan kota yang menjadi sampel dan menggunakan pendekatan konsumsi bahan bakar.