Sanksi Persepsi Efektivitas Tingkat Pengawasan, Sanksi dan Tingkat Kepatuhan Sistem

57 VII ESTIMASI PENDAPATAN PENGEMUDI DAN PENGUSAHA ANGKUTAN KOTA

7.1 Pendapatan Pengemudi Angkutan Kota

Penerapan sistem shift memberikan dampak positif bagi pengemudi angkot. Salah satu dampak positif implementasi sistem shift yaitu adanya penambahan waktu istirahat bagi pengemudi angkot. Sebelum ada penerapan sistem shift, satu unit angkot dapat beropersi selama 30 hari dalam sebulan sedangkan setelah penerapan sistem shift satu unit angkot beroperasi hanya 20 hari. Setelah penerapan sistem shift, maka satu unit angkot tidak beropersi selam 10 hari. Bagi pengemudi dengan adanya sisa waktu tersebut, pengemudi dapat beristirahat, melakukan pekerjaan lain atau membawa angkot lainnya. Selain itu dengan adanya sistem shift, angkot yang beroperasi menjadi lebih sedikit sehingga pengemudi lebih mudah mencari penumpang. Adanya hari libur tersebut, dapat mempengaruhi pendapatan pengemudi. Pendapatan pengemudi merupakan selisih antara seluruh penerimaan dari hasil pengemudi menarik angkot dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pengemudi. Biaya-biaya yang dikeluar terdiri dari setoran, bensin, iuran kksu, retribusi, dan lainnya upah calo angkot dan makan. Pada Tabel 24, rata-rata penerimaan pengemudi menarik angkot mengalami peningkatan karena jumlah angkot yang beroperasi per hari lebih sedikit sehingga penumpang yang naik lebih banyak. Rata-rata peningkatan penerimaan per hari kerja pada trayek 07, trayek 03 dan trayek 02 masing-masing adalah sebesar Rp 41.363,6, Rp 45.000 dan Rp 45.535,7. Namun, peningkatan tersebut tidak terlalu dirasakan pengemudi karena peningkatan tersebut diikuti dengan peningkatan setoran. Hal ini karena angkot libur beroperasi satu hari setelah adanya sistem shift sehingga pengemudi harus menutupi setoran pada hari libur tersebut. Setoran yang meningkat membuat pengemudi harus berusaha keras untuk mencapai jumlah setoran tersebut. Pada trayek 07, trayek 03 dan trayek 02 rata-rata setoran per hari meningkat masing- masing sebesar Rp 28.181,9, Rp 34.078,9 dan Rp 32.767,9. Sedangkan pada pengeluaran lainnya tidak ada perubahan. Uraian pendapatan kotor dan pengeluaran per hari kerja pengemudi dapat dilihat pada Tabel 23. 58 Tabel 23 Rata-rata pendapatan kotor dan pengeluaran pengemudi sebelum dan setelah sistem shift Uraian Sebelum Sistem Shift Rp Setelah Sistem Shift Rp Trayek 07 a. Rata-rata pendapatan kotor per hari kerja 231.818,2 273.181,8 b. Rata-rata pengeluaran per hari kerja: 1. Setoran 80.909,0 109.090,9 2. BBM 55.636,4 55.636, 4 3. Iuran KKSU 1.500,0 1.500,0 4. Retribusi 1.818,2 1.818,2 5. Lainnya makan dan upah calo 24.318,2 24.318,2 Total Pengeluaran 164.181,8 192.363,7 Trayek 03 a. Rata-rata pendapatan kotor per hari kerja 231.578,9 276.578,9 b. Rata-rata pengeluaran per hari kerja: 1. Setoran 69.473,7 103.552,6 2. BBM 64.421,1 64.539,5 3. Iuran KKSU 1.500,0 1.500,0 4. Retribusi 1.210, 5 1.210, 5 5. Lainnya makan dan upah calo 29.552,6 29.552,6 Total Pengeluaran 166.157,9 200.355,2 Trayek 02 a. Rata-rata pendapatan kotor per hari kerja 218.750,0 264.285,7 b. Rata-rata pengeluaran per hari kerja: 1. Setoran 61.428,6 94.196,4 2. BBM 63.562,5 63.562,5 3. Iuran KKSU 1.500,0 1.500 4. Retribusi 1.267,9 1.267,9 5. Lainnya makan dan upah calo 33.357,1 33.357,1 Total Pengeluaran 161.116,1 193.883,9 Sumber: Data primer diolah, 2013 Pada penelitian ini pendapatan pengemudi yang dihitung adalah pendapatan bersih atau pendapatan yang dibawa pulang ke rumah oleh pengemudi. Pendapatan bersih didapat dari pengurangan antara pendapatan kotor per hari dengan total pengeluaran per hari. Tabel 24 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan bersih per hari setelah penerapan sistem shift lebih tinggi dibandingkan pendapatan sebelum penerapan sistem shift. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan per hari pengemudi. Peningkatan pendapatan pengemudi merupakan salah satu tujuan dilaksanakan sistem shift, dengan harapan melalui peningkatan pendapatan pengemudi maka dapat membantu peningkatan kesejahteraan pengemudi. 59 Tabel 24 Rata-rata pendapatan bersih pengemudi sebelum dan setelah penerapan sistem shift No Uraian Sebelum Sistem Shift Rp Setelah Sistem Shift Rp Selisih Pendapatan Rp 1. Rata-rata pendapatan bersih angkot 07 per hari 67.636,4 80.818,1 13.181,7 Rata-rata pendapatan bersih angkot 07 per bulan 2.029.090,9 1.616.362,4 412.727,3 2. Rata-rata pendapatan bersih angkot 03 per hari 65.421,0 76.223,7 10.802,7 Rata-rata pendapatan bersih angkot 03 per bulan 1.962.632,0 1.524.474,0 438.157,9 3. Rata-rata pendapatan bersih angkot 02 per hari 57.633,9 70.401,8 12.767,9 Rata-rata pendapatan bersih angkot 02 per bulan 1.729.018,0 1.408.036 320.982,1 Sumber: Data primer diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 24, adanya sistem shift dapat meningkatkan pendapatan harian. Peningkatan pendapatan pengemudi nomor trayek 07 sebesar Rp 13.181,7 per hari. Peningkatan pendapatan pengemudi nomor trayek 03 sebesar Rp 10.802,7 per hari. Peningkatan pendapatan pengemudi nomor trayek 02 sebesar Rp 12.767,9 per hari. Tetapi, jika dilihat dari pendapatan per bulan terjadi peunurunan pendapatan. Penurunan pendapatan pengemudi nomor trayek 07 sebesar Rp 412.727,3 per bulan. Penurunan pendapatan pengemudi nomor trayek 03 sebesar Rp 438.157,9 per bulan. Penurunan pendapatan pengemudi nomor trayek 02 sebesar Rp 320.982,1 per bulan. Terjadinya penurunan pendapatan karena adanya pengurangan hari beroperasi dalam satu bulan. Sebelum ada penerapan shift, angkot beroperasi selama 30 hari sedangkan setelah ada penerapan shift angkot hanya beroperasi selama 20 hari. Namun pengurangan hari operasi angkot ini memberikan waktu libur bagi pengemudi untuk beristirahat atau mengerjakan kegiatan lain dan pekerjaan lainnya. Adanya hari libur ini pengemudi juga dapat menarik angkot di trayek lain untuk mendapatkan tambahan pendapatan.

7.2 Pendapatan Pengusaha Angkutan Kota

Penerapan sistem shift selain memberikan dampak positif bagi pengemudi juga memberikan dampak positif bagi pengusaha angkot. Adanya sistem shift,