17
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan: 1 Kota Bogor merupakan salah satu kota
yang memiliki banyak angkot, 2 Kota Bogor menerapkan shift angkot dalam penataan angkot, 3 Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mengalami
kemacetan lalu lintas dari waktu ke waktu. Pengambilan data primer melalui kuisioner dilakukan pada bulan Maret 2013 hingga Mei 2013.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuisioner kepada
pengemudi dan pengusaha angkot, masyarakat pengguna angkot, staff Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, wakil sekretaris Organda dan Ketua Kelompok Kerja
Sub Unit KKSU Trayek 07, 03 dan 02. Sementara data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan objek penelitian seperti Badan Pusat
Statistik BPS, DLLAJ Kota Bogor, Kementerian Lingkungan Hidup KLH, perpustakaan, jurnal, internet serta berbagai penelitian terdahulu yang terkait
dengan penelitian ini.
4.3 Metode Penentuan Sampel
Sampel yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini meliputi key person dan responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk
memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain dan lingkungannya. Key person yang dipilih adalah orang-orang yang mengetahui
secara mendalam terkait dengan sistem shift dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pada penelitian ini key person yang dijadikan narasumber
adalah sebanyak 7 orang. Responden terdiri dari pengemudi angkot, pengusaha angkot dan
masyarakat pengguna angkot. Pemilihan sampel nomor trayek menggunakan teknik purposive sampling. Nomor trayek yang dipilih adalah trayek 02 Bubulak-
18 Sukasari, trayek 03 Baranangsiang-Bubulak, dan trayek 07 Ciparigi-Terminal
Merdeka. Berdasarkan data yang diperoleh dari DLLAJ Kota Bogor jumlah angkutan kota pada trayek 02 adalah sebesar 563 unit, 03 adalah sebesar 382 unit,
dan pada trayek 07 adalah sebesar 219 unit. Sedangkan jumlah pengusaha angkutan kota, nomer trayek 02 adalah sebesar 300 pengusaha, nomer trayek 03
adalah sebesar 220 pengusaha, dan nomer trayek 07 adalah sebesar 150 pengusaha.
Teknik pemilihan
responden pengemudi
dan pengusaha
angkot menggunakan teknik accidental sampling di mana penentuan sampel berdasarkan
kebetulan. Diasumsikan satu mobil angkot dikendarai oleh satu pengemudi. Menurut metode Gay, jumlah sampel yang dinilai cukup mewakili keseluruhan
populasi yaitu minimal 10 dari total populasi sehingga responden penelitian ini diambil sebanyak 86 orang untuk nomer trayek angkutan 02, pengemudi angkot
sebanyak 56 orang dan pengusaha angkot sebanyak 30 orang. Pada nomer trayek 03 diambil sebanyak 60 orang, pengemudi angkot sebanyak 38 orang dan
pengusaha angkot sebanyak 22 orang. Pada nomer trayek 07 diambil sebanyak 37 orang, pengemudi angkot sebanyak 22 orang dan pengusaha angkot sebanyak 15
orang. Responden lainnya berasal dari masyarakat pengguna angkot. Metode
pengambilan sampel terhadap masyarakat pengguna angkot menggunakan metode non-probability sampling karena daftar populasi dari masyarakat pengguna
angkutan kota sulit untuk diketahui dan tidak dapat diperkirakan secara pasti. Sama halnya dengan teknik pengambilan sampel pada pengemudi dan pengusaha
angkot, teknik pengambilan pada responden masyarakat juga dilakukan secara kebetulan accidental sampling.
Apabila masyarakat pengguna angkot bersedia untuk di wawancarai maka orang tersebut akan menjadi responden. Jumlah
responden untuk masyarakat pengguna angkot masing-masing trayek adalah 30 responden.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan analisis deskriptif untuk menganalisis efektivitas
sistem shift dan menganalisis persepsi informan terhadap efektivitas penerapan
19 sistem shift dan menganalisis persepsi pengemudi serta masyarakat pengguna
angkot terhadap penerapan sistem shift angkot. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengestimasi rata-rata pendapatan dan pengurangan beban emisi.
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007. Matriks metode
penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian tersedia pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data, metode, dan jenis data
No. Tujuan Penelitian
Sumber Data Metode
Analisis Data Jenis Data
1. Menganalisis
efektivitas sistem shift angkutan kota
di Kota Bogor. Data Primer
Wawancara informan,
pengemudi dan pengusaha dengan
menggunakan kuisioner
Analisis Deskriptif
Informasi mengenai pihak yang terlibat,
peraturan, kepatuhan, sanksi, dan
pengawasan.
2. Mengestimasi
pendapatan kumulatif
pengemudi dan pengusaha angkutan
kota setelah adanya sistem shift angkutan
kota di Kota Bogor. Data Primer
Wawancara pengemudi dan
pengusaha angkot dengan
menggunakan kuisioner
Analisis Perubahan
Pendapatan Perbandingan antara
pendapatan pengemudi dan
pengusaha angkot sebelum dan setelah
adanya sistem shift.
3. Mengestimasi
besarnya pengurangan beban
emisi setelah adanya sistem shift angkutan
kota di Kota Bogor. Data Primer
Wawancara pengemudi angkot
dengan menggunakan
kuisioner Data sekunder
faktor emisi kendaraan gl atau
gkm. Estimasi
BebanEmisi dengan
Pendekatan Penggunaan
Bahan Bakar Pengurangan beban
emisi CO setelah penerapan sistem
shift.
4. Menganalisis
persepsi pengemudi angkutan kota dan
masyarakat terhadap sistem shift.
Data Primer Wawancara
pengemudi angkot dan masyarakat
dengan menggunakan
kuisioner. Analisi
Deskriptif Persepsi pengemudi
angkot dan masyarakat terhadap
dampak sistem shift
Sumber: Penulis, 2013
20
4.4.1 Analisis Efektivitas Sistem Shift
Pada penelitian ini untuk mengetahui efektivitas sistem shift menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk membuat suatu deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena yang akan diselidiki Nazir 1999.
Analisis efektivitas dilihat dari kemampuan sistem shift dalam mengelola dan menata angkot secara efektif serta berjalan atau tidak sistem ini. Efektivitas
sistem shift dapat dilihat dari beberapa tolok ukur, yaitu kejelasan kelembagaan, di mana terdiri dari pihak yang terlibat dan memiliki peran serta fungsi yang jelas,
peraturan dan penetapan sanksi, serta monitoring selama sistem shift berjalan. Efektivitas juga diukur dari persepsi informan, pengemudi dan pengusaha
terhadap berjalannya sistem shift angkutan kota dengan melihat kepatuhan pengemudi terhadap sistem shift, sanksi yang ditetapkan, dan tingkat pengawasan
terhadap sistem shift. Berikut adalah tabel yang menyajikan matriks analisis
efektivitas sistem shift angkutan kota di Kota Bogor.
Tabel 3 Matriks analisis efektivitas sistem shift angkutan kota di Kota Bogor
Tujuan IndikatorParameter
Jenis Data dan Cara Mengumpulkan Data
Menganalisis efektivitas
sistem shift angkutan
kota di Kota Bogor.
a. Efektivitas Sistem Shift
1. Pihak yang terlibat
2. Peraturan dan sanksi
3. Pengawasan
4. Sanksi
5. Tingkat Kepatuhan
Data Primer Wawancara menggunakan kuisioner
kepada informan
Sumber: Penulis, 2013
Selain itu dilihat juga hubungan antara pihak pelaksana, hubungan ini dianalisis dari hasil kuisioner dengan parameter keharmonisan dan sinergisme
antar stakeholder yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Tabel 4 berikut ini menyajikan matriks hubungan antar aktor atau stakeholder yang terlibat dalam
pelaksanaan sistem shift.
21 Tabel 4 Matriks hubungan antar stakeholder dalam pelaksanaan sistem shift
Indikator Parameter
Interaksi antar aktor
atau stakeholder
Untuk mengetahui bagaimana pola interaksi antar aktor atau stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan program shift kategorinya adalah:
1. keharmonisan antar stakeholder
Tinggi, jika semuanya berjalan selaras dan tidak ada konflik Sedang, jika masih terdapat konflik
Rendah, jika sering tidak terjadi konflik 2.
Sinergisme antar stakeholder Tinggi, jika interaksi antar stakeholder saling mendukung dan
bekerjasama. Sedang, jika interaksi antar aktor kurang saling mendukung
dan bekerja sama Rendah, jika interaksi antar stakeholder tidak saling
mendukung dan bekerjasama. Sumber: Penulis, 2013
4.4.2 Analisis Perubahan Pendapatan
Perubahan pendapatan pengemudi angkot didapat dari pengurangan antara pendapatan bersih sebelum sistem shift dan pendapatan bersih setelah adanya
penerapan sistem shift. Pendapatan bersih pengemudi adalah pendapatan kotor dikurangi jumlah setoran harian dan pengeluaran lainnya. Pendapatan kotor
merupakan jumlah uang yang diterima dalam mengoperasikan angkot per hari kerja. Jumlah setoran harian merupakan besarnya jumlah setoran per hari kerja
kepada pemilik angkot. Sedangkan pengeluaran lainnya mencakup biaya pemakaian BBM, iuran KKSU, retribusi, upah calo angkot, dan lainnya. Dalam
perhitungan ini rumus dari perubahan pendapatan adalah adalah: ∆I = I
A
- I
B
I
AB
= TR – TC
= TR – K + S + i + R + L
Dimana : I
A
= Pendapatan bersih sebelum sistem shift Rp I
B
= Pendapatan bersih setelah sistem shift Rp TR = Total Pendapatan Kotor Rp
TC = Total Biaya Rp K = Biaya Konsumsi BBM
S = Setoran i = iuran KKSU
22 R = retribusi
L = Biaya Lain-lain Tabel 5 Matriks analisis pendapatan kumulatif pengemudi angkutan kota setelah
adanya sistem shift angkutan kota di Kota Bogor
Tujuan IndikatorParameter
Jenis Data dan Cara Mengumpulkan Data
Mengestimasi besarnya pendapatan
pengemudi angkutan kota setelah
penerapan shift angkutan kota di
Kota Bogor. 1.
Pendapatan Kotor per hari 2.
Besar Setoran per hari 3.
Pengeluaran BBM per hari
4. Pengeluaran lainnya per
hari Data Primer
Wawancara menggunakan
kuisioner kepada pengemudi angkot
Sumber: Penulis, 2013
Data yang diperlukan untuk estimasi pendapatan kumulatif pengemudi angkot adalah data mengenai rata-rata pendapatan per hari yang didapat dari
responden sebelum dan setelah adanya penerapan shift. Setelah didapat nilai rata- rata dikalikan dengan jumlah hari angkot beroperasi dalam sebulan, sehingga
didapat penghasilan kumulatif per bulan sebelum dan sesudah adanya penerapan shift dan hasilnya dibandingkan untuk mengetahui berapa besar selisih perubahan
pendapatan pengemudi angkot. Perhitungan ini menggunakan perhitungan rata-rata contoh. Rata-rata
merupakan suatu nilai pusat data bila data itu dijumlahkan kemudian dibagi oleh banyaknya sampel yang ada. Rata-rata contoh untuk menghitung pendapatan
adalah sebagai berikut Walpole 1992 : Ave I
A
=
IA
� �=1
�
Ave I
B
=
I �
� �=1
�
Keterangan : Ave I
A
= rata-rata pendapatan per hari sebelum diterapkan sistem shift Ave I
B
= rata-rata pendapatan per hari sesudah diterapkan sistem shift I
A
= pendapatan per hari sebelum diterapkan sistem shift I
B
= pendapatan per hari sesudah diterpakan sistem shift n
= jumlah responden