64 x 10
-6
= 26,48 tonbulan Beban Emisi CO angkot 02 tonhari = 279 gliter x
243,5
literbulan x 563 unit x 10
-6
= 38,25 tonbulan Berdasarkan perhitungan di atas, beban emisi CO per bulan yang
dihasilkan dalam satu bulan sebelum diterapkan sistem shift pada nomor trayek 07, 03 dan 02 masing-masing adalah 26,33 ton, 79,85 ton dan 114,99 ton. Setelah
sistem shift diterapkan, pengurangan beban emisi CO per bulan pada nomor trayek 07, 03 dan 02 masing-masing adalah 8,78 ton, 26,48 ton dan 38,25 ton.
Tidak hanya beban emisi saja yang dapat berkurang, adanya penghematan penggunaan bahan bakar dapat mengurangi biaya konsumsi bahan bakar per
bulan. Biaya bahan bakar didapat dari penggunaan bahan bakar per bulan dikali dengan harga bahan bakar per liter, sementara biaya penghematan didapat dari
penghematan bahan bakar per bulan dikali dengan harga bahan bakar per liter. Biaya konsumsi bahan bakar sebelum penerapan sistem shift dan penghematan
biaya konsumsi bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30 Biaya konsumsi bahan bakar per bulan sebelum penerapan sistem shift
dan penghematan biaya konsumsi bahan bakar per bulan
Uraian Trayek 07
Trayek 03 Trayek 02
1. Biaya Bahan Bakar Sebelum Sistem Shift
Rata-rata konsumsi bahan bakar
literbulan 94.369,09
286.198,42 412.146,16
Harga bahan bakar rupiah per liter
4.500 4.500
4.500 Biaya bahan bakar
rupiah per bulan 424.660.909,1
1.287.892.895 1.854.657.723
2. Penghematan Biaya Bahan Bakar
Rata-rata penghematan
konsumsi bahan bakar literbulan
31.456,36 94.896,84
137.080,45 Harga bahan bakar
rupiah per liter 4.500
4.500 4.500
Biaya bahan bakar rupiah per bulan
141.553.636,4 427.035.789,5
616.862.008,9 Sumber: Data primer diolah, 2013
65
IX ANALISIS PERSEPSI PENGEMUDI DAN MASYARAKAT PENGGUNA ANGKUTAN KOTA
Pemahaman tentang persepsi pengemudi dan masyarakat pengguna angkot terhadap penerapan sistem shift sangatlah penting. Adanya penilaian persepsi,
pemerintah dan dinas sebagai pelaksana dapat mengetahui manfaat sistem shift yang tidak hanya dirasakan oleh pengemudi tetapi dirasakan juga oleh pengguna
angkot. Hal ini dapat membantu pemerintah dalam mengevaluasi sistem shift yang sudah diterapkan. Indikator yang dilihat dalam persepsi ini terdiri dari persepsi
masyarakat pengguna angkot terhadap pengetahuan informasi sistem shift dan pengaruh sistem shift terhadap kemacetan, jumlah angkot yang beroperasi, waktu
tempuh perjalanan, jumlah penumpang pada saat jam sepi dan jam ramai, waktu tunggu penumpang saat jam sepi dan jam ramai, jumlah ritasi dan penggunaan
BBM.
9.1 Persepsi Masyarakat Pengguna Angkot terhadap Pengetahuan
Informasi Sistem Shift.
Pengetahuan informasi sistem shift pada masyarakat pengguna angkot 07 sebanyak 80 responden mengetahui, pada masyarakat pengguna angkot 03
sebanyak 70 responden mengatahui, dan pada masyarakat pengguna angkot 02 sebanyak 76,67 responden mengetahui. Mereka mengetahui informasi tersebut
dari koran dan stiker yang menempel di setiap angkot. Sebagian dari mereka tidak mengetahui mekanismenya seperti apa, ada yang beranggapan dalam sehari hanya
satu shift yang beroperasi dan sistemnya seperti shift di pabrik, ada juga yang berpendapat bahwa sistem shift tersebut sudah tidak berjalan. Sisanya responden
yang menjawab tidak mengetahui sistem shift, kebanyakan dari mereka jarang menggunakan angkot dalam kegiatan mobilisasinya dan tidak memperhatikan
adanya shift. Selain itu, mereka kurang membaca atau mendengar informasi dan tidak memperhatikan adanya penerapan shift. Seperti pada masyarakat pengguna
angkot 07, mereka tidak mengetahui informasi shift karena shift ini baru lima bulan diterapkan pada trayek 07. Berdasarkan hasil survey, banyak masyarakat
yang tidak merasakan perubahan dengan adanya sistem shift. Sebaran persepsi pengguna angkot terhadap informasi sistem shift dapat dilihat pada Tabel 31.
66 Tabel 31 Sebaran persepsi pengguna angkot terhadap pengetahuan informasi
sistem shift
Responden Persepsi Pengetahuan Informasi Sistem Shift
Tahu Tidak Tahu
Pengguna Angkot 07 80
20 Pemgguna Angkot 03
70 30
Pengguna Angkot 02 76,67
23,33 Sumber: DatapPrimer diolah, 2013
9.2 Persepsi Pengemudi dan Pengguna Angkot 07
Rata-rata sebanyak 68 responden pengemudi angkot menilai sistem shift tidak mengurai kemacetan. Menurut mereka dengan sistem shift, pengurangan
kemacetan dirasakan pada awal implementasi shift. Hal ini karena angkot yang beroperasi dalam sehari berkurang, tetapi saat ini jalanan semakin padat oleh
kendaraan pribadi terutama sepeda motor sehingga sistem shift dikatakan tidak dapat mengurai kemacetan. Selain itu pada trayek 07 terdapat cross jalur di mana
angkot kabupaten masuk ke jalur 07 sehingga angkot 07 bersaing dengan angkot dari kabupaten dan jalur menjadi padat.
Jumlah angkot yang beroperasi dalam sehari setelah ada penerapan sistem shift menurut 100 responden pengemudi menilai baik yang artinya jumlah
angkot berkurang. Biasanya tempat angkot mengetem banyak angkot yang parkir untuk menunggu penumpang sedangkan sekarang angkot-angkot tersebut sudah
berkurang. Sebanyak 77 responden pengemudi angkot, mayoritas menilai sistem shift
tidak mengurangi waktu tempuh perjalan. Waktu tempuh perjalanan dikatakan sama saja karena menurut mereka kondisi lalu lintas dan jarak tidak berubah.
Sama halnya dengan jumlah rit dan penggunaan BBM, sebanyak 100 pengemudi angkot menilai, adanya penerapan sistem shift tidak menambah jumlah
rit dan tidak mengurangi penggunaan BBM. Hal ini karena rute dan jarak yang ditempuh sama.
Penilaian jumlah penumpang saat jam sepi menurut 73 pengemudi adalah buruk yaitu berkisar antara 4-5 orang. Penumpang hanya berkisar 4-5 orang
karena pada saat jam sepi jarang orang berpergian keluar. Sedangkan pada jam ramai angkot selalu terisi penuh menurut pengemudi yaitu 10-12 orang. Hal ini
67 menunjukkan bahwa dengan adanya sistem shift tidak mempengaruhi jumlah
penumpang yang naik pada jam sepi. Mayoritas lama pengemudi menunggu penumpang atau mengetem pada saat
jam sepi menurut pengemudi angkot berkisar antara 6-10 menit yaitu cukup cepat. Hal tersebut karena pada saat jam sepi penumpang jarang sehingga pengemudi
harus mengetem lebih lama. Pada saat jam ramai, mayoritas pengemudi menilai cepat dalam menunggu penumpang yaitu sekitar 2-5 menit. Berdasarkan hasil
survey, rata-rata pengemudi lebih memilih tidak mengetem pada saat mencari penumpang. Sebaran persepsi pengemudi angkot 07 terhadap penerapan sistem
shift dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32 Persepsi pengemudi angkot 07 terhadap penerapan sistem shift
Keterangan Persentase
Mayoritas Persepsi
Sangat Buruk
Buruk Sedang
Baik Sangat
Baik Pengaruh ke Kemacetan
9,09 68,18
22,73 0 Sedang
Jumlah Angkot 100
0 Baik Waktu Tempuh Perjalanan
9,09 77,27
13,64 0 Sedang
Jumlah Penumpang jam sepi
4,55 72,73
22,73 0 Buruk
Jumlah Penumpang jam ramai
31,82 31,82
36,36 Sangat Baik
Waktu Tunggu Penumpang jam sepi
36,36 59,09
4,55 0 Sedang
Waktu Tunggu Penumpang jam ramai
40,91 50
9,09 Baik Jumlah Ritasi
100 0 Sedang
Penggunaan Bensin 100
0 Sedang Sumber: Data primer diolah, 2013
Berdasarkan hasil survey, menurut 53 responden pengguna angkot menilai sistem shift tidak mengurai kemacetan. Kemacetan masih saja terjadi pada titik-
titik lokasi di mana banyak angkot mengetem. Menurut mereka kemacetan itu terjadi karena banyak pengemudi angkot tidak tertib dalam menaikan dan
menurunkan penumpang. Selain itu kemacetan juga dirasakan karena jumlah kendaraan pribadi yang terus meningkat jumlahnya. Jumlah angkot yang
beroperasi dalam sehari setelah ada penerapan sistem shift menurut 63 responden pengguna angkot menilai baik yang artinya jumlah angkot berkurang.
Sisanya pengguna angkot yang menilai tidak ada pengurangan jumlah angkot, rata-rata dari mereka tidak mengetahui informasi adanya sistem shift.
68 Sama halnya yang dirasakan oleh pengemudi angkot, menurut 80
responden pengguna angkot menilai sistem shift tidak mengurangi waktu tempuh perjalan. Waktu tempuh perjalanan dikatakan sama saja karena menurut mereka
kondisi lalu lintas dan jarak tidak berubah. Penilaian jumlah penumpang saat jam sepi menurut 40 pengguna menilai
sedang yaitu berkisar 6-7 orang. Sedangkan pada jam ramai angkot selalu terisi penuh menurut 63 pengguna yaitu 10-12 orang, bahkan penumpang harus
berebut dan lama menunggu giliran angkot karena angkot selalu terisi penuh dan duduk berdesak-desakan.
Mayoritas lama pengemudi menunggu penumpang atau mengetem pada saat jam sepi menurut pengguna angkot berkisar antara 6-10 menit yaitu cukup cepat.
Hal tersebut karena pengemudi selalu menunggu angkot terisi penuh. Pada saat jam ramai, mayoritas pengguna angkot menilai sangat cepat yaitu sekitar 1 menit
karena biasanya angkot langsung terisi penuh. Sebaran persepsi pengguna angkot 07 terhadap penerapan sistem shift dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33 Persepsi masyarakat pengguna angkot 07 terhadap penerapan sistem shift
Keterangan Persentase
Mayoritas Persepsi
Sangat Buruk
Buruk Sedang
Baik Sangat
Baik Pengaruh ke Kemacetan
6,67 53,33
40 0 Sedang
Jumlah Angkot 36,67
63,33 0 Baik
Waktu Tempuh Perjalanan 3,33
80 16,67
0 Sedang Jumlah Penumpang jam
sepi 3,33
40 30
26,6 Sedang Jumlah Penumpang jam
ramai 63,33 23,33
13,33 0 Sangat
Baik Waktu Tunggu Penumpang
jam sepi 6,67
30 46,67
10 6,67 Sedang
Waktu Tunggu Penumpang jam ramai
6,67 10
26,67 56,67 Sangat
Baik Sumber: Data primer diolah, 2013
9.3 Persepsi Pengemudi dan Pengguna Angkot 03
Mayoritas 82 responden pengemudi menilai bahwa pada awal penerapan sistem shift sangat terasa adanya perubahan dalam kemacetan, tetapi saat ini
kondisi jalan semakin macet karena kendaraan pribadi sudah sangat meningkat jumlahnya. Jumlah angkot yang beroperasi dalam sehari setelah ada penerapan
69 sistem shift menurut 92 responden pengemudi menilai baik yang artinya jumlah
angkot yang beroperasi dalam sehari berkurang. Tetapi adanya pengurangan jumlah angkot yang beropersi dalam sehari, sebanyak 76 responden pengemudi
angkot menilai pengurangan tersebut tidak mengurangi waktu tempuh perjalan ke tempat tujuan. Hal ini karena keadaan lalu lintas dan jarak yang ditempuh tidak
berubah. Penilaian jumlah penumpang saat jam sepi menurut 39 pengemudi angkot
adalah sedang yaitu berkisar antara 4-5 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem shift tidak mempengaruhi peningkatan jumlah penumpang ketika jam sepi.
Sedangkan pada jam ramai angkot selalu terisi penuh menurut pengemudi. Mayoritas lama pengemudi menunggu penumpang atau mengetem pada saat
jam sepi menurut pengemudi berkisar antara 6-10 menit yaitu cukup cepat. Pada saat jam ramai, sebanyak 55 pengemudi menilai sangat cepat dalam menunggu
penumpang yaitu sekitar 1 menit. Sebanyak 84 pengemudi angkot menilai, adanya penerapan sistem shift
tidak menambah jumlah rit. Sebanyak 79 pengemudi angkot mayoritas menilai dengan adanya sistem shift tidak mengurangi penggunaan BBM dalam satu hari
hari kerja. Jumlah rit tidak bertambahdan penggunaan BBM tidak berkurang karena jarak dan kondisi lalu lintas tidak berubah. Sebaran persepsi pengemudi
angkot 03 terhadap penerapan sistem shift dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34 Persepsi pengemudi angkot 03 terhadap penerapan sistem shift
Keterangan Persentase
Mayoritas Persepsi
Sangat Buruk
Buruk Sedang
Baik Sangat
Baik Pengaruh ke Kemacetan
5,26 81,58
13,16 0 Sedang
Jumlah Angkot 7,89
92,11 0 Baik
Waktu Tempuh Perjalanan 10,53
76,32 13,16
0 Sedang Jumlah Penumpang jam
sepi 10,53
39,47 26,32
10,53 13,16 Buruk
Jumlah Penumpang jam ramai
5,26 2,63
92,11 Sangat Baik
Waktu Tunggu Penumpang jam sepi
7,89 5,26
76,32 5,26
5,26 Sedang
Waktu Tunggu Penumpang jam ramai
15,79 5,26
23,68 55,26 Sangat
Baik Jumlah Ritasi
84,21 15,79
0 Sedang Penggunaan Bensin
10,53 78,95
10,53 Sedang Sumber: Data primer diolah, 2013
70 Menurut 83 responden pengguna angkot 03 menilai sistem shift tidak
mengurai kemacetan. Hal ini karena jalur yang dilewati trayek 03 memang kawasan yang ramai terutama pada saat jam sibuk. Sebanyak 67 responden
pengguna angkot 03, pengguna angkot menilai tidak ada pengurangan jumlah angkot karena mereka tidak merasakan perubahan tersebut dan tidak mengetahui
mekanisme sistem shift dengan jelas. Adanya pengurangan jumlah angkot yang beropersi dalam sehari, sebanyak 100 responden pengguna angkot menilai
penguranngan tersebut tidak mengurangi waktu tempuh perjalan ke tempat tujuan. Penilaian jumlah penumpang saat jam sepi menurut 50 pengguna angkot
adalah sedang yaitu berkisar antara 6-7 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem shift tidak mempengaruhi peningkatan jumlah penumpang ketika jam sepi.
Sedangkan pada jam ramai angkot selalu terisi penuh menurut pengemudi dan pengguna yaitu 10-12 orang.
Lama pengemudi menunggu penumpang atau mengetem pada saat jam sepi menurut pengguna angkot berkisar antara 6-10 menit yaitu cukup cepat. Pada saat
jam ramai, sebanyak 47 responden pengguna angkot menilai cepat yaitu sekitar 2-5 menit pengemudi menunggu penumpang. Sebaran persepsi pengguna angkot
03 terhadap penerapan sistem shift dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35 Persepsi masyarakat pengguna angkot 03 terhadap penerapan sistem
shift
Keterangan Persentase
Mayoritas Persepsi
Sangat Buruk
Buruk Sedang
Baik Sangat
Baik Pengaruh ke Kemacetan
3,33 83,33
13,33 0 Sedang
Jumlah Angkot 3,33
66,67 30
0 Sedang Waktu Tempuh Perjalanan
100 0 Sedang
Jumlah Penumpang jam sepi
16,67 50
33.33 0 Buruk
Jumlah Penumpang jam ramai
50 33,33
13,33 3,33 Sangat
Baik Waktu Tunggu Penumpang
jam sepi 10
16,67 50
20 3,3 Sedang
Waktu Tunggu Penumpang jam ramai
6,67 6,67
46,67 40 Baik
Sumber: Data primer diolah, 2013