Tingkat Pendapatan Karakteristik Masyarakat Pengguna Angkutan Kota

44 setuju maka akan dilakukan ke tahap selanjutnya yaitu tahap persiapan dalam penentuan tanggal untuk memulai shift dan pemasangan stiker shift pada seluruh angkot. Setelah persiapan dilakukan uji coba selama satu bulan dan dilakukan evaluasi, apabila penerapan sistem shift menguntungkan maka akan dilanjutkan ke tahap operasional dan sebaliknya. Pada pelaksanaan tahap-tahap tersebut terdapat interaksi dan kerjasama antara pelaku pelaksana agar pelaksanaan sistem shift dapat berjalan baik dan lancar serta tujuan dapat tercapai. Berdasarkan hasil survei, stakeholder saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi antar stakeholder ini diukur dengan melihat hubungan keharmonisan dan sinergisme. Hubungan antar stakeholder berpengaruh terhadap keberlangsungan pelaksanaan program shift. Adanya hubungan yang harmonis dan sinergis maka pelaksanaan sistem shift akan berjalan lancar. Hubungan keharmonisan antar stakeholder dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Persepsi mengenai kerhamonisan antar stakeholder Keharmonisan Jumlah Persentase Tinggi 110 57,90 Sedang 80 42,10 Rendah Jumlah 190 100 Sumber: Data primer diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 14 dapat dijelaskan masing-masing stakeholder memiliki keharmonisan yang tinggi. Sebanyak 57,90 responden menyatakan kualitas keharmonisan tinggi dimana tidak ada konflik sedangkan sebanyak 42,10 responden menyatakan keharmonisan sedang artinya sedikit konflik. Konflik yang terjadi berupa perbedaan pandangan atau persepsi seperti pada tahap sosialisasi dan tahap operasional. Sementara mengenai kualitas sinergi antar stakeholder dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Persepsi mengenai sinergisme antar stakeholder Sinergisme Jumlah Persentase Tinggi 117 61,58 Sedang 73 38,42 Rendah Jumlah 190 100 Sumber: Data primer diolah, 2013 45 Berdasarkan Tabel 15 dijelaskan bahwa sinergisme antar stakeholder dikategorikan tinggi. Sebanyak 61,58 responden menyatakan kualitas sinergisme tinggi dimana kerjasama dan interaksi antar stakeholder saling mendukung. Sisanya 38,42 responden menyatakan sinergisme sedang yang artinya kerjasama dan interaksi antar stakeholder kurang saling mendukung. Hal ini terjadi karena adanya beberapa pengemudi yang kurang setuju dengan penerapan sistem shift dan terkadang mereka merasa pendapatnya tidak didengar.

6.2 Aturan Sistem Shift

Pada sistem shift terdapat aturan-aturan yang berlaku. Sistem shift tidak akan dapat dijalankan dengan baik jika tidak disertai dengan adanya instrumen regulatif dalam pengimplementasian sistem shift tersebut. Instrumen atau aturan- aturan tersebut terdiri dari aturan formal, aturan informal, boundary rule, momitoring dan sanksi serta aturan dalam penyelesaian konflik.

6.2.1 Aturan Formal

Pada aturan formal terdapat aturan internal dan aturan eksternal. Aturan internal adalah aturan formal yang disepakati oleh sesama pelaksana secara tertulis dalam mengatur pelaksanaan sistem shift. Aturan formal secara internal dalam sistem shift belum ada, aturan internal hanya dibuat secara lisan. Sedangkan aturan eksternal adalah aturan formal yang mengatur tentang penyelenggaraan angkutan umum secara umum. Aturan eksternal ini dibuat oleh badan atau lembaga pemerintah sehingga berlaku sama untuk seluruh dinas perhubungan. Aturan formal secara eksternal dalam pelaksanaan sistem shift terdiri dari: 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 47 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum. 3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Perhubungan. 4. Perturan Daerah Kota Bogor Nomor 6 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.