Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 2-4 tetes indikator campuran dua bagian metil merah 0.2 dalam alkohol dan satu bagian metilen
blue 0.2 dalam alkohol diletakkan di bawah kondensor. Ujung tabung kondensor harus terendam di bawah larutan H3BO3. 8-10 ml larutan NaOH-
Na2S2O3 ditambahkan, kemudian dilakukan destilasi sampai tertampung kira- kira 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Setelah itu, tabung kondensor dibilas
dengan air dan bilasannya ditampung dalam erlenmeyer yang sama. Isi erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml, kemudian ditritasi dengan HCl
0.02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Penentuan protein juga dilakukan untuk blanko.
Kadar N = ml HCL
ml blanko x normalitas HCL X 14.007 X 100 mg sampel
protein = N x faktor konversi
Keterangan : Faktor konversi beras
= 5,95 Faktor konversi campuran
= 6,25
3.6.2 Analisis Fortifikan
1. Kadar Besi
Pengukuran kadar zat esi dilakukan dengan menggunakan Atomatic Absorption Specthrophotometer AAS. Sampel terlebih dahulu diabukan dengan
metode pengabuan basah. Sampel 3-5 gram dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. Ditambahkan 10 ml H
2
SO
4
dan 10 ml HNO
3
. Setelah itu dipanaskna perlahan- lahan sampai larutan brwarna gelap, ditambahkan 1-2 ml HNO
3
dan dilanjutkan pemansan sampai larutan lebih gelap lagi. Penambahan HNO
3
dilanjutkan sampai larutan jernih dan kemudian didinginkan. Selanjutnya ditambahkan 10 ml air
demineral dan dipanskan sampai berasap. Setelah didinginkan, kembali
ditambahkan 5 ml akuades. Larutan abu disaring dan diencerkan dalam labu takar 100 ml. dibuat larutan standar besi Fe
2
SO
4 3
NH
4 2
SO
4
.24H
2
O. Alat AAS diset sesuai dengan instruksi dalam manual. Larutan standard an
sampel larutan abu diinjeksikan dalam alat AS untuk diukur absorbansinya pada panjang gelombang 248.3 nm. Kemudian dibuat kurva standar nilai absorbansi vs
konsentrasi logam dalam µgml dan diperoleh konsentrasi besi dari sampel larutan abu. Hasil konsentrasi besi diolah dengan perhitungan sebagai berikut:
Kadar besi mg
100 =
a x 100 b
x ƒ
Keterangan: a = bobot sampel
b = hasil konsentrasi besi ppm ƒ = faktor pengenceran
2. Kadar Kalsium
Sesuai dengan prinsip percobaan, mula-mula dilakukan pengendapan kalsium dalam sampel. Sampel yang digunakan adalah larutan abu dari Cerelac
beras merah hasil pengabuan kering. Sebanyak 20-100 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml dan ditambahkan aquades 25-30 ml.
Larutan sampel tersebut kemudian ditambahkan 10 ml ammonium oksalat jenuh dan 2 tetes indikator merah metil. Penggunaan indikator merah metil bertujuan
untuk mengetahui perubahan pH dalam larutan, yang akan berwarna merah saat larutan dalam kondisi asam pH 4,2 dan berwarna kuning dalam kondisi netral-
basa pH 6,2. Penambahan larutan ammonium oksalat jenuh menurut Svehla 1995 bertujuan untuk mengendapkan kalsium menjadi kalsium oksalat.
Ammonium oksalat akan mengalami ionisasi dan memberikan ion C
2
O
4 2-
kepada kalsium lalu mengendap menurut reaksi berikut: