Kajian Faktor-Faktor yang Mendorong Pengajuan Kredit

31 pinjaman dan pokok pinjaman. Selain itu peminjam masih memperoleh keuntungan untuk pengembangan usahanya dan dapt meningkatkan pendapatannya. Tingkat pengembalian pinjaman yang tinggi dan adanya kemampuan untuk pemupukan modal melalui akumulasi modal dalam bentuk tabungan adalah syarat keharusan necessary condition bagi keberlanjutan suatu skim kredit, begitu juga viabilitas finansial. Sedangkan viabilitas kelembagaan adalah suatu syarat kecukupan sufficient condition yang harus dipenuhi agar skim tersebut memiliki kemampuan replicability dan acceptable oleh masyarakat sasaran. Syukur menemukan bahwa selama penelitiannya antara tahun 1993 sampai 1999 untuk kredit karya usaha mandiri, hanya pada tahun 1993 dan 1994 terjadi viabilitas finansial, dan tahun 1995 sampai tahun 1999 tidak terjadi viabilitas karena pendapatan bunga tidak bisa menutupi biaya operasional KUM tersebut. Kredit mikro dianggap tidak menguntungkan bagi perbankan, karena biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan masyarakat miskin dianggap mahal dan banyak hambatan Demirguc-Kunt and Klapper 2012. Banyak penelitian, kredit mikro bermanfaat bagi masyarakat, namun sebaliknya perusahaan pembiayaan mikronya tidak berlanjut. Banyak pembiayaan mikro memiliki marjin yang tipis karena tidak efisien. Oleh karena itu, produktifitas dalam dunia perbankan sangat penting dianalisis. Menurut Parasuraman 2010 bank harus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya untuk mengubah input termasuk deposito dan tabungan untuk disalurkan dalam bentuk pinjaman sebagai output. Terkadang biaya untuk menyalurkan kredit lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya. KUR disalurkan melalui beberapa bank yang ditunjuk oleh pemerintah, namun kenyataannya tidak semua bank melayani segmen rumah tangga mikro. Kenyataannya, masih banyak bank yang memilih melayani nasabah besar, baik karena alasan lebih efisien ataupun kredit mikro dianggap lebih beresiko. Penyaluran KUR mikro ini lebih dari 90 persen dikuasai oleh sebuah bank nasional yang memiliki jaringan terluas di Indonesia. Dengan demikian, perlu kiranya studi ini bertujuan untuk menganalisis seberapa jauh bank-bank unit dari bank terbesar penyalur KUR tersebut bisa efisien dan produktif. Karena syarat program berlangsung adalah dari sisi supply maupun demand harus sama-sama menguntungkan. Suatu sistem perbankan yang efisien akan menghasilkan keberlangsungan dan menguntungkan konsumer. Dari sudut pandang ekonomi, hanya yang memiliki produktifitas yang tinggi akan mampu bertahan dalam kondisi persaingan karena marjin akan semakin menurun dan yang tidak efisien akan tersingkir Burger and Moormann 2008. Beberapa bank yang ditunjuk untuk menyalurkan KUR mikro tidak sanggup mencapai lapisan rumah tangga yang berpendapatan rendah, karena pinjaman mikro biasanya berbiaya mahal. Akibatnya bunga yang dikenakan harus tinggi akhirnya tidak mampu efisien dan bertahan. Oleh karena itu, sering ada tradeoff antara menjangkau outreach masyarakat miskin atau keberlangsungan dan efisien. Dari data nasional mengenai KUR mikro, jangkauan kredit dilihat dari rata-rata besarnya pinjaman adalah Rp 8,3 juta per nasabah. Tingkat NPL nya untuk mikro hanya sekiatar 2 persen lebih rendah dibanding dengan kredit bukan mikro. Efisiensi dan efektifitas merupakan alat management yang saling terkait. Efektifitas berkaitan dengan hasil yang bisa dimaksimalkan dan efisiensi berkaitan dengan minimalisasi biaya. Dengan kata lain Falkena et al. 2004 membedakan efisiensi perbankan antara efisiensi alokatif dan teknis. Efisiensi alokatif adalah sejauh mana sumber daya yang ada dialokasikan untuk penggunaan dengan nilai yang diharapkan tertinggi. Sebuah perusahaan secara teknis efisien jika menghasilkan serangkaian output menggunakan sejumlah terkecil yang mungkin dari input.

2.11 Kebaruan Penelitian

Penelitian ini mencoba mengkaji dan menyajikan informasi sosial, ekonomi rumah tangga pelaku usaha mikro dan efisiensi lembaga keuangan mikro formal dalam menyalurkan KUR secara terintegrasi dan komprehensif hingga analisis keterkaitan KUR dengan perwilayahan. Penelitian ini mampu menganalisis keberlanjutan program KUR baik dari sisi supply maupun demand dengan pendekatan propensity score matching. Pendekatan ini digunakan untuk mengurangi selection bias yang lebih baik dibandingkan dengan teknik modeling pada analisis multivariate yang konvensional. Sejauh penulis tahu, pendekatan ini belum digunakan dan relatif baru di Indonesia, khususnya untuk penelitian observasi evaluasi dampak suatu kebijakan terutama perkreditan.. Penelitian ini mampu membuktikan bahwa kesediaan seseorang untuk membayar hutang tidak hanya tergantung pada moral hazard. Dengan demikian adanya jaminan akan mendorong seseorang untuk membayar kreditnya. Penelitian mengenai dampak kredit mikro di berbagai negara termasuk Indonesia masih menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian ini mampu membuktikan bahwa program KUR diimplementasikan sesuai dengan misi awal program ini, yaitu mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga usaha mikro dan mengurangi kemiskinan melalui penyerapan tenaga kerja. 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian 3.1.1 Kerangka Konseptual Penelitian Kurang tersalurnya kredit yang tersedia oleh lembaga mikro bank tidak hanya disebabkan oleh kurangnya penawaran kredit oleh lembaga tersebut. Sisi permintaan yaitu para pelaku usaha mikro kadang juga enggan untuk mengajukan kredit. Penyedia kredit informal di masyarakat kadang lebih menarik dibandingkan dengan lembaga kredit formal karena kemudahan dan kecepatan dalam mengakses kredit. Dengan berhasilnya para pengusaha mikro dalam mengembalikan kreditnya, maka berarti adanya peningkatan pendapatan dan kehidupan rumah tangga dan diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya sehingga terjadi penurunan kemiskinan. Apabila dari dua sisi baik dari penawaran kredit dan permintaan kredit terjadi sinergi dan masing masing pihak viable maka keberlanjutan kredit dan usaha bisa diharapkan. Keberlanjutan merujuk pada suatu kondisi dimana suatu usaha mampu hidup dalam waktu yang lama. Berdasarkan 33 uraian latar belakang dan tujuan diatas, maka disusunlah kerangka pemikiran yang disajikan dalam gambar 3.1.

3.1.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dibangun dari tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya akan diuji dalam penelitian yaitu: 1. Faktor-faktor determinan demografi seperti gender, usia, pendidikan dan faktor-faktor sosial-ekonomi seperti jarak tempat usaha ke bank, lama usaha, hambatan usaha, modal kerja, kepemilikan rekening, pekerjaan sampingan, pasangan yang bekerja dan alternatif pinjaman lain berpengaruh secara signifikan bagi pelaku usaha mikro untuk dapat akses kredit. 2. Faktor-faktor karakteristik peminjam seperti usia, gender, tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kelancaran pembayaran. Faktor-faktor karakteristik usaha seperti jarak, jenis usaha, lama usaha, hambatan usaha, penjualan, modal kerja, pengeluaran untuk makanan, pekerjaan sampingan, pasangan kerja, sumber pinjaman lain, jaminan, dan jumlah kredit yang disetujui semua atau sebagian signifikan mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. 3. Kredit usaha rakyat akan memberikan dampak peningkatan pendapatan bagi pelaku usaha mikro baik dalam penghasilan maupun pembentukan modal. 4. Usaha mikro dan bank penyalur KUR akan menunjukkan viabilitasnya sehingga program KUR bisa berlanjut. 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Jawa Tengah di Kabupaten Pati. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai dengan September 2014. Penentuan lokasi berdasarkan sampling bertahap multistage sampling purposive. Tahap pertama, pemilihan provinsi yaitu, Jawa Tengah sebagai penerima kredit usaha rakyat terbesar atau sekitar 15,12 persen dari total plafon KUR tahun 2012. Kedua, pemilihan lokasi kabupaten yaitu berdasarkan penyalur KUR terbesar dan terpilih Kabupaten Pati. Tahap selanjutnya adalah pemilihan kecamatan berdasarkan jarak lokasi kecamatan dengan akses pasar kota diambil kecamatan yang terdekat dan kecamatan yang terjauh dari kecamatan kabupaten kota. Jarak atau lokasi dianggap akan mempengaruhi akses pasar, perbankan, dan informasi yang akan menentukan keberhasilan suatu usaha. Kecamatan yang terpilih adalah Kecamatan Margorejo sebagai kecamatan terdekat dengan jarak 4 kilometer dan Kecamatan Dukuhseti dengan jarak 36 kilometer. Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengajuan Kredit oleh RT Usaha Mikro YA TIDAK Memperoleh Kredit? Mengapa? YA TIDAK Jumlah Sesuai dg yang diminta atau Sebagian Faktor Faktor Determinan utk aksesmengajukan kredit; Modal Manusia, Biaya Transaksi, Jaminan Tingkat Suku Bunga Faktor Faktor Determinan Pengembalian Kredit ke LK; faktor ekonomi dan non ekonomi LANCAR TDK LANCAR DEFAULT TIDAK BERLANJUT PEMBENTUKAN MODAL Efisien dan NPL rendah? TIDAK YA TIDAK BERLANJUT VIABLE VIABLE B E R L A N J U T PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN INPRES NO. 62007 Pengembangan usaha mikro melalui penyaluran KUR POTENSI UMKM 2012 Jumlah: 55,2 jt dan 99: Usaha Mikro. Pembiayaan UMKM oleh Bank 39. IMPLIKASI KEBIJAKAN Masalah: Asymetric Information Collateral Interest Rate Bank Pelaksana KUR dan LK mikro USAHA MIKRO dengan KUR USAHA MIKRO tanpa KUR KINERJA USAHA MIKRO KINERJA USAHA MIKRO LK Mikro Bagaimana Dampak KUR Terhadap Pendapatan?