87 Jika sudut dua peubah 90 derajat maka korelasi bersifat positif. Jika sudut
dua peubah 90 derajat maka korelasi bersifat negatif. Semakin kecil sudutnya maka semakin kuat korelasinya.
Berdasarkan gambar 8.7 di atas maka peubah Y1efisien dengan Y2 BOPO sangat bertolak belakang atau korelasi negatif sempurna. Jika bank unit
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi maka nilai BOPOnya rendah. Peubah Y1 efisiensi memiliki hubungan negatif juga sudut 90 derajat adalah dengan Y4
nilai NPL, Y6 jumlah NPL, Y17 beban penyisihan kerugian, Y9 biaya umum, Y8 simpanan berjangka, Y13 biaya operasional lainnya, Y14 beban
non operasional, Y 18 biaya tenaga kerja, Y15 beban bunga, dan Y7 simpanan pihak ke-3. Sebaliknya Y2 memiliki hubungan positif dengan peubah-
peubah tersebut. Misalnya, peubah efisien berhubungan negatif dengan peubah nilai NPL artinya semakin efisien suatu bank unit maka nilai non performance
loan
nyanya semakin rendah. Semakin tinggi biaya tenaga kerja maka semakin tidak efisien. Sebaliknya, semakin tinggi biaya-biaya maka semakin tinggi rasio
BOPOnya. Peubah Y1 efisiensi antara lain memiliki hubungan positif dengan KUR
yang disalurkan Y20, pendapatan provisi Y11, jumlah nasabah Y5, pendapatan bunga Y10, pendapatan operasional lainnya Y3 maupun
pendapatan jasa Y12. Semakin tinggi pendapatan bunga maka semakin efisien. Sebaliknya peubah Y2 memiliki hubungan negatif dengan peubah-peubah tersebut.
Misalnya, semakin tinggi pendapatan, maka semakin efisien atau semakin banyak jumlah nasabah maka semakin efisien. Sebaliknya semakin tinggi pendapatan
makan rasio BOPOnya makin kecil.
Gambar 8.8 Biplot Keragaman dan nilai peubah pada suatu objek pengamatan
Berdasarkan gambar 8.8 di atas karakteristik suatu obyek bank unit bisa disimpulkan dari posisi relatifnya yang paling dekat dengan suatu peubah. Titik
titik biru diatas menggambarkan posisi bank-bank unit berada seperti pada gambar 8.6 klusterisasi bank-bank unit. Sedangkan keragaman peubah ditunjukkan
dengan panjang pendeknya vektor. Peubah dengan keragaman kecil digambarkan dengan vektor yang pendek. Sedangkan peubah dengan keragaman yang tinggi
digambarkan dengan vektor yang panjang. Peubah Y1 efisiensi satu-satunya yang memiliki vektor yang pendek, yang berarti keragaman n vektornya kecil.
Tingkat efisiensinya tertinggi 1 dan terendahnya 0,861 atau rentangnya hanya sebesar 0,129 dan rata-ratanya 0,987.
Gambar 8.8 di atas bisa juga untuk melihat positioning bank-bank unit terhadap parameter yang diukur. Bank-bank unit yang berada di sebelah kiri, tidak
menunjukkan dominasi. Tidak ada satu pun vektor yang mengarah ke daerah kiri, yang berarti bank-bank unit yang berada di kudran tersebut tidak mendominasi
akan berbagai peubah yang dimiliki. Beberapa vektor peubah mengarah pada obyek atau bank-bank unit tertentu yang berarti bank tersebut mendominasi
parameter tersebut. Sebagai contoh bank unit Karaban dan Sukolilo gambar 8.6 mendominasi peubah pendapatan bunga Y10 atau memiliki pendapatan bunga
terbesar yaitu Rp 13,4 Milyar dan Rp 15,3 Milyar. Tingkat keragaman pendapatan bunga ini cukup tinggi ditunjukkan oleh panjangnya garis vektornya Y10 gambar
8.7. Pendapatan bunga tertinggi sebesar Rp 15,3 Milyar, pendapatan terendah Rp 1,6 Milyar. Dengan range yang tinggi ini bisa disimpulkan bahwa keragaman
peubah atau variabel tersebut tinggi.
8.3 Efisiensi Bank-Bank Unit Penyalur KUR
Efisiensi dalam kaitannya dengan mikrofinance adalah bagaimana kinerja lembaga ini berkaitan antara keluaran output dengan masukan input. Output
dalam penelitian ini terdiri dari jumlah KUR yang disalurkan, pendapatan bersih bunga, pendapatan provisi dan pendapatan jasa. Sedangkan input yang digunakan
dalam model ini adalah simpanan pihak ke-3, beban bunga, beban hadiah, beban penyisihan kerugian, beban tenaga kerja, biaya umum dan biaya operasional
lainnya. Dari hasil olah data dengan menggunakan DEA, yang berorientasi output menunjukkan bahwa untuk pendekatan CRS terdapat 18 peers 51,43 persen dan
23 peers 65,71 persen dibawah VRS. Bank-bank unit dikatakan efisien apabila secara teknis dengan pendekatan CRS maupun dalam skala efisiensi SE berskore
1 tabel 7.1. Dikatakan tidak efisiens jika tidak sama dengan 1. Fo adalah fungsi jarak output Farrell, atau strong disposability of outputs atau dapat dikatakan
bahwasanya output dapat ditingkatkan lagi dengan input yang sama atau tanpa
mengeluarkan biaya tambahan, besarnya output dapat diatur secara bebas Fӓre dan Grosskopf 2000. Untuk dmu yang tidak efisien atau tidak sama dengan 1,
misalnya dmu 3 BM memiliki CRSTE sebesar 0,947, ini berarti BM harus mampu meningkatkan output sebesar 5,5 persen lagi tanpa meningkatkan input.
VRSTE sebesar 0,954 maka diperoleh skala efisiensi sebesar 0,9470,954 atau 0,993. Interprestasi dmu lainnya mengikuti.
89 Model DEA CRS constant return scale dan DEA VRS variable return
scale digunakan untuk menentukan kecenderungan tren pada bak-bank unit
penyalur KUR di lokasi penelitian yang tergolong pada increasing return to scale IRS atau peningkatan output lebih besar dripada peningkatan input ada 11 unit
31,43 persen, decreasing return to scale drs atau peningkatan input lebih besar daripada peningkatan output ada 6 unit 17,14 persen dan sisanya 18 unit 51,43
persen berada pada tingkat efisien. Tabel 8.4 Efisiensi bank-bank unit penyalur KUR
Dmu Fo Ringkasan Efisiensi
No. Bank unit
Skor efisiensi
CRSTE VRSTE
SE
RTS Frequency
in referent set
1. PK2
1 1,000
1,000 1,000 -
7 2.
BT 1
1,000 1,000
1,000 - 3.
BM 1,055
0,947 0,954
0,993 Irs 4.
DS 1
1,000 1,000
1,000 - 6
5. GS
1,09 0,917
0,928 0,988 Drs
6. GB
1,052 0,950
0,963 0,987 Drs
7. JK
1,02 0,980
1,000 0,980 Irs
1 8.
JKN 1,16
0,861 1,000
0,861 Irs 9.
J2 1
1,000 1,000
1,000 - 10.
KJ 1
1,000 1,000
1,000 - 11.
KB 1
1,000 1,000
1,000 - 4
12. KY
1 1,000
1,000 1,000 -
11 13.
MR 1,19
0,839 0,847
0,965 Drs 14.
MH 1,04
0,961 1,000
0,961 Irs 1
15. NGP 1
1,000 1,000
1,000 - 4
16. SL
1 1,000
1,000 1,000 -
3 17.
TK 1,09
0,915 0,948
0,965 Drs 18.
WR 1,04
0,961 1,000
0,961 Irs 19.
WN 1,12
0,890 0,891
0,999 Irs 20
J1 1,06
0,941 0,944
0,997 Drs 21.
PK1 1,14
0,877 0,884
0,992 Irs 22.
TY 1,08
0,930 0,934
0,996 Irs 23.
AL 1
1,000 1,000
1,000 - 24.
GW 1
1,000 1,000
1,000 - 1
25. KW
1 1,000
1,000 1,000 -
4 26.
NG 1,06
0,935 0,948
0,986 Drs 27.
PH 1,01
0,989 0,995
0,993 Irs 28.
PK 1
1,000 1,000
1,000 - 6
29. PL
1,13 0,883
0,929 0,951 Irs
30. PS
1 1,000
1,000 1,000 -
5 31.
PW 1,08
O,926 1,000
0,926 Irs 32.
TM 1
1,000 1,000
1,000 - 33.
TR 1
1,000 1,000
1,000 - 1
34. TH
1 1,000
1,000 1,000 -
6 35.
CS 1
1,000 1,000
1,000 - 1
Mean 1,04 0,964
0,976 0,987
Catatan: crste: constant return scala technical efficiency
vrste: variable return scale technical efficiency se : scale efficiency = crstvrst, Irs= increasing, Drs = decreasing
Berdasarkan tabel 8.4 di atas, nilai rata-rata dari constant return to scale technical efficiency
CRSTE, variable return scale technical efficiency VRSTE dan scale efficiency SE dari bank-bank unit penyalur KUR dapat diringkas
ditabel 8.5 berikut;
Tabel 8.5 Deskripsi skala efisiensi tehnik Keterangan
CRSTE VRSTE
SE Rata-rata
0,964 0,976
0,987 Maksimum
1 1
1 Minimum
0,839 0,847
0,861 Jumlah nilai efisien = 1
18 23
17 Jumlah nilai inefisien 1
17 12
18 constant return to scale technical efficiency
CRSTE, variable return scale technical efficiency
VRSTE, scale efficiency SE Bank-bank unit yang efisien menjadi titik acuan bagi seluruh bank unit yang
tidak efisien sekaligus menjadi amplop envelope yang menutupi seluruh set data yang ada. Bank bank unit yang tidak efisien dapat mempelajari dan mengacu
sistem yang dilaksanakan di bank bank unit yang efisien. Bank bank unit yang efisien yang memiliki karakteristik yang sama dapat digunakan sebagai acuan atau
rujukan peer. Dari hasil olahan tabel 8.6 dapat dilihat kelompok terdekat peer unit untuk masing masing bank unit. Bank-bank unit yang tidak efisien bisa
mengacu lebih dari satu unit bank. Sebagai contoh, bank unit Bulumanis BM yang tidak efisien bisa mengacu pada bank unit Tambaharjo TH, Pati kota 2
PK2, Karang Wotan KW, Kayen KY, Dukuhseti DS, Pakis PK, dan Plaosan PS.
Tabel 8.6 Bank-bank unit rujukan No.
Bank-bank unit yang tidak efisien RujukanPeers
1. BM
TH, PK2, KW, KY, DS, PK, PS 2.
GS KB, KY, PK2
3. GB
PK, PK2, DS, KY, NGP 4.
MR PK2, KY, DS, PK
5. TK
KY, KB, SL, NGP 6.
WN KY, DS, PK, PS, PK2
7. J1
PK2, KY, PK, DS, TH 8.
PK1 PK2, DS, PK, PS, KY
9. TY
KY, PK, KW, DS 10. NG
SL, GW, DS 11. PH
CS, TR, KB, KY, NGP, SL 12. PL
KY, KB, DS, KW, KB
91 Tabel 8.7 Optimalisasi penyaluran KUR di Pati Rp juta, 2013
No. Bank Unit KUR disalurkan
KUR otimal target
Potensi KUR
Efektifitas 1.
PK2 13.131
13.131 100
2. BT
5.998 5.998
100 3.
BM 4.970
10.681 5.711
46,53 4.
DS 26.444
26.444 100
5. GS
5.090 16.464
11.374 30,92
6. GB
4.845 9.992
5.147 48,49
7. JK
10.432 10.432
100 8.
JKN 6.624
6.624 100
9. J2
14.858 14.858
100 10. KJ
9.792 9.792
100 11. KB
14.838 14.838
100 12. KY
17.707 17.707
100 13. MR
8.878 15.110
6.232 58,76
14. MH 7.760
7.760 100
15. NGP 6.975
6.975 100
16. SL 23.125
23.125 100
17. TK 12.715
15.196 2.481
83,67 18. WR
8.372 8.372
100 19. WN
6.119 12.921
6.802 47,36
20 J1
13.608 14.418
810 94,38
21. PK1 8.530
13.098 4.568
65,12 22. TY
9.123 16.254
7.131 56,12
23. AL 6.481
6.481 100
24. GW 7.301
7.301 100
25. KW 5.349
5.349 100
26. NG 3.471
8.774 5.303
39,56 27. PH
6.596 7.335
739 89,92
28. PK 6.111
6.111 100
29. PL 6.537
10.058 3.521
64,99 30. PS
7.751 7.751
100 31. PW
4.734 4.734
100 32. TM
6.026 6.026
100 33. TR
10.986 10.986
100 34. TH
4.766 4.766
100 35. CS
3.987 3.987
100
Bank-bank unit yang efisien telah melaksanakan sistem kinerja yang baik. Diantara bank-bank unit yang efisien tersebut menunjukkan ada beberapa bank-
bank unit yang lebih baik dari yang lainnya. Dari daftar bank-bank unit rujukan tersebut di atas dapat dilihat ada beberapa bank unit yang paling sering muncul
yaitu bank unit Kayen KY sebanyak 11 kali, bank units Pati kota 2 sebanyak 7 kali, bank unit Dukuhseti DS, Pakis PK, dan Tambaharjo TH masing-masing
sebanyak 6 kali. Hal ini menunjukkan bahwa bank unit Kayen mampu
menghasilkan output yang paling optimal dari input yang dimilikinya. Paling seringnya nama bank unit muncul dari tabel di atas menunjukkan bank unit
tersebut paling banyak menjadi acuan yaitu bank unit Kayen.
Beberapa alasan yang mendorong bank unit Kayen mampu beroperasi paling efisien pada tahun 2013 diantaranya adalah; 1 mampu menyerap dana dari
pihak ketiga yang paling tinggi Rp 66,7 milyar, 2 sekaligus mampu menyalurkan dananya ke masyarakat KUR terbesar ketiga Rp 17,7 milyar, 3
mampu menyerap nasabah KUR terbesar ketiga, 4 sebagai salah satu bank unit yang berada di kuadran pertama gb 7.2 yang berarti pencapaian KUR yang
disalurkan dan nasabah yang diperolehnya tinggi, 5 biaya operasionalnya mengalami penurunan meskipun pendapatan operasionalnya mengalami
peningkatan. Bank-bank unit yang tidak efisien harus mampu belajar dari bank- bank unit lain bagaimana mengoptimal output dengan input yang dimilikinya.
Return to scale RTS menunjukkan bahwa semua bank-bank unit yang
efisien berdasarkan skala efisiensi beroperasi secara efisien dan untuk bank-bank unit yang tidak efisien perlu melakukan perubahan secara teknis untuk
meningkatkan output atau meningkatkan penyaluran KUR mikronya. Oleh karena itu perlu mengetahui tingkat output yang optimal atau besarnya KUR yang masih
bisa disalurkan meskipun tanpa meningkatkan input yang sudah ada. Penyaluran KUR yang belum optimal perlu ditingkatkan baik dengan memperluas jangkauan
nasabah baik jumlah nasabah maupun kualitas nasabah. Jangan sampai pula jumlah nasabah meningkat namun non performance loannya juga meningkat lebih
tinggi, yang berarti kualitas kreditnya tidak bagus. Seberapa jauh penyaluran KUR perlu ditingkatkan dari masing masing bank unit terlihat di table 8.7.
Berdasarkan tabel 8.7 di atas terlihat bahwa bank unit Gabus memiliki alokasi dana yang terbesar yang perlu disalurkan sebesar Rp 11,3 milyar.
Kemampuan Gabus dalam menyerap dana pihak ketiga paling besar kedua setelah Kayen dibandingkan dengan bank-bank unit lainnya, namun kemampuan
untuk menyalurkan dalam bentuk kredit masih jauh dari yang optimal. Produktifitas bank unit Gabus hanya sekitar 30,92 persen dari kapasitas yang ada.
Dengan begitu, tantangan bank unit Gabus untuk menyalurkan KUR semakin besar, kecuali biaya yang harus dikeluarkan kepada pihak ketiga akan lebih besar
daripada pendapatan yang diterima.
Bank unit Gabus tidak mampu beroperasi secara efisien karena beberapa alasan sebagai berikut; 1 penyerapan dana pihak ketiga tinggi tertinggi nomor
dua setelah Kayen dan meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun penyaluran KUR nya mengalami penurunan. 2 Jumlah nasabah mengalami
penurunan sekaligus rata-rata KUR per nasabahnya juga menurun. 3 Jumlah nasabah KUR paling rendah dibandingkan dengan bank bank unit lainnya. Secara
ringkas alasan bank unit Kayen menjadi acuan bagi bank-bank lain dan alasan Gabus beroperasi dengan efektifitas yang rendah berkaitan dengan penyaluran
KUR tersaji di tabel 8.8 berikut:
93 Tabel 8.8 Perbandingan Bank Unit Kayen dan Bank Unit Gabus
Bank Unit Kayen Bank Unit Gabus
1. Mampu menyerap dana pihak ke- 3 terbesar Rp 66,7 miyar,
sekaligus mampu menyalurkan KUR terbanyak no 3 sebesar Rp
17,7 milyar 1. Mampu menyerap dana pihak ke-3
terbesar no 2 setelah Kayen Rp 66,27 milyar, namun penyaluran
KUR menurun dan hanya Rp 5,0 milyar.
2. Optimasi KUR yang disalurkan tercapai dan tingkat efektifitasnya
100 persen 2. Optimasi KUR yang disalurkan
tidak tercapai
dengan tingkat
efektifitas terendah 30,92 3. Mampu menyerap nasabah KUR
terbesar ketiga 1.861 setelah SL dan DS
3. Penyerapan nasabah KUR terendah hanya 431
4. Salah satu bank unit yang berada di kuadran pertama, merupakan
kuadran dimana nasabah dan KUR yang disalurkan tinggi
4. Salah satu bank unit yang berada di kuadran keempat, yaitu kuadran
dimana nasabah dan KUR yang disalurkan paling rendah
5. Pendapatan operasionalnya
meningkat, sebaliknya
biaya operasional menurun.
5. Baik pendapatan maupun biaya operasional mengalami peningkatan.
9 KREDIT USAHA RAKYAT DALAM PERWILAYAHAN KABUPATEN PATI
9.1 Inefisiensi Penyaluran KUR Berdasarkan Pola Tipologi Wilayah Pati
Dari tabel 8.4 di atas angka 1 dalam skala efisiensi berarti unit bank efisien, sedangkan nilai dibawah 1 berarti inefisien. Rata-rata inefisiensi dalam skala
efisiensi adalah 0,987, dan inefisiensi tertinggi dicapai oleh bank unit JKN sebesar 0, 861. Untuk inefisiensi terendah dicapai oleh bank unit WN sebesar 0,999.
Dengan demikian inefisien dikategorikan ke dalam 2 kelompok yaitu inefisiensi tinggi dan inefisiensi rendah seperti di tabel 9.1 berikut.
Tabel 9.1 Frekwensi skala efisiensi bank-bank unit penyalur KUR Kategori
Skala efisiensi Jumlah
Prosentase Efisien
1 18
51,43 Inefisien rendah
0,931-0,999 15
42,86 Inefisien tinggi
0,861-0,930 2
5,71 Meskipun efisiensi dalam perhitungan ini relatif, namun menunjukkan
sebagian besar bank-bank unit penyalur kredit usaha rakyat ini efisien warna pink lebih dari 50 persen sebanyak 18 unit, dan terbanyak
Tabel 9.2 Inefisiensi penyaluran KUR berdasarkan pola tipologi wilayah No Tipologi Wilayah Skor
Karakteristik Kec. Pucakwangi: 0,926
1. Sumber daya fisik
wilayah Pegunungan kapur. Sebagai kecamatan
paling ujung menyebabkan wilayah ini kurang aktifitas ekonominya dibandingkan
dengan wilayah lain, sehingga mendorong penyaluran KUR yang kurang optimal dan
sangat tidak efisien apalagi penyaluran KUR diperebutkan oleh dua bank unit yaitu
PW dan KW. KW mampu mencapai efisien karena
letaknya berbatasan
dengan kecamatan
Winong, sedangkan
PW berbatasan dengan pegunungan.
2. Sumber
daya manusia
Jumlah penduduk di Kec. Pucakwangi hanya 40.847 termasuk lima terkecil dengan
10.865 penduduknya miskin yang berarti skala ekonomi dalam penyaluran KUR pun
kecil.
Kec. Jakenan 0,861
1. Sumber daya fisik
wilayah Daerah barat Jakenan merupakan DAS
Sungai Juwana
yang setiap
musim penghujan menjadi langganan banjir akibat
meluapnya Sungai Juwana. Pada awal tahun 2008, banjir menenggelamkan daerah barat
Kecamatan Jakenan hingga kedalaman 3,5 meter yang berlangsung selama lebih dari
satu bulan. Faktor ini yang mendorong penyaluran KUR di kecamatan ini tidak
optimal dan sangat tidak efisien.
2. Sumber
daya manusia
Jumlah penduduk di Kec. Jakenan hanya 40.588 termasuk dua terkecil dengan 11.625
penduduknya miskin yang berarti skala ekonomi dalam penyaluran KUR pun kecil.
3. Aktifitas ekonomi
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Jakenan sebagian besar adalah bertani
dengan memanfaatkan lahan pertanian berupa sawah tadah hujan. Sebagian lagi
menggantungkan hidup sebagai buruh pada berbagai industri yang ada di kota Juwana
dan Pati Kota. Karena minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia maka tidak sedikit
warga yang pergi merantau ke lain daerah bahkan ke luar negeri, seperti umumnya
warga Kabupaten Pati lainnya. Kurangnya aktifitas ekonomi menyebabkan kurang
optimalnya penyaluran KUR.
Sumber: BPS Kabupaten Pati, 2012