Kinerja Ekonomi Rumah Tangga Usaha Mikro
                                                                                Kinerja bank-bank unit penyalur KUR tersaji di tabel 8.1 berikut; Tabel 8.1  Kinerja bank-bank unit penyalur KUR
No  Indikator Max
Min Rata-rata  Total
1. Jumlah nasabah unit, 2012
2.481 204
741 25.918
Jumlah nasabah, unit 2013 3.161
431 893
31.254 Prosentase kenaikan
27,4 111,27
20,51 20,59
2. KUR disalurkan Rp jt, 2012
20.058 1.288
6.725 235.380
KUR disalurkan Rp jt, 2013 26.444
3.471 9.141
319.934 Prosentase Kenaikan
31,84 169,48
35,93 35,92
3. KUR per nasabah Rp jt, 2012  13,3
5,9 9,1
9,08 KUR per nasabah Rp jt, 2013  13,47
7,3 10,2
10,23 Prosentase kenaikan
1,27 23,7
12,0 12,66
4. Nilai NPL Rp juta, 2012
2.498 104
3.629 Nilai NPL Rp juta, 2013
399 52
1.818 Prosentase penurunan
84 50
49,9 5.
Nasabah NPLunit, 2012 213
12 426
Nasabah NPL unit, 2013 33
7 229
Prosentase penurunan 84,5
41,67 46,24
Jumlah KUR yang disalurkan pada tahun 2013 sebesar Rp 319,9 milyar atau meningkat  35,92  persen  dibandingkan  tahun  sebelumnya.  Kenaikan  ini  seiring
dengan kenaikan nasabah sebesar 20,59 persen dari 25.918 nasabah di tahun 2012 menjadi  31.254  di  tahun  2013.  Secara  keseluruhan,  rata-rata  KUR  per  nasabah
adalah Rp 10,2 juta atau naik 12 persen dari tahun 2012 sebesar Rp 9,1  juta per nasabah.  Dengan  kata  lain,  jangkauan  KUR  dilihat  dari  besarnya  pinjaman
mencapai  rata-rata  Rp  10,2  juta  pada  tahun  2013.  Tingkat  non  performance loannya pun menurun dari 1,5 persen tahun 2012 menjadi 0,5 persen pada tahun
2013.  Tingkat  NPL  ini  jauh  lebih  kecil  dibandingkan  dengan  tingkat  NPL  ritel atau  nasabah  bukan  mikro  yaitu  secara  nasional  sekitar  4  persen.      Pada  tahun
2013, KUR terbesar disalurkan oleh bank unit Dukuhseti sebesar Rp 26,4 milyar dengan jumlah nasabah sebesar 2.631. Sebaliknya jumlah nasabah terbesar 3.161
dicapai  oleh  bank  unit  Sukolilo  dengan  total  KUR  yang  disalurkan  sebesar  Rp 23,1  milyar.  Hal  ini  berarti  rata-rata  KUR  per  nasabah  di  bank  unit  Dukuhseti
lebih  besar  dibandingkan  dengan  bank  unit  di  Sukolilo  yaitu  Rp  10  juta  per nasabah  dibanding  Rp  7,3  juta  per  nasabah.  Jumlah  KUR  terendah  yang
disalurkan  sebesar  Rp  3,4  milyar  oleh  bank  unit  Ngablak  dengan  total  nasabah sebesar  467  nasabah.  Sedangkan  nasabah  terendah  sebesar  431  diperoleh  bank
unit  Gabus  dengan  jumlah  KUR  sebesar  Rp  5,0  milyar.  Hal  ini  berarti  rata-rata KUR  per  nasabah  di  Gabus  Rp  11,8  juta,  lebih  tinggi  dari  pada  Ngablak  Rp  7,4
juta per nasabah di tahun 2013.
Keberhasilan  penyaluran  kredit  bank  juga  dilihat  dari  tingkat  kredit macetnya  atau  dikenal  non-performance  loan  NPL.  Tingkat  NPL  tahun  2013
turun 49,9 persen dari Rp 3,6 milyar di tahun 2012 menjadi Rp 1,8 milyar. NPL tertinggi pada tahun 2012 adalah Rp 2,4 milyar atau 213 nasabah yang mengalami
kredit macet oleh bank unit Juwana I. Sebaliknya pada tahun 2013, NPL tertinggi dicapai  oleh  bank  unit  Pati  kota  I  sebesar  Rp  399  juta  dengan  nasabah  tertinggi
81 yang  NPL  yaitu  33  nasabah.  Kinerja  terbagus  dengan  tingkat  NPL  nol  persen
adalah  bank  unit  Sukolilo,  padahal  jumlah  nasabah  terbesar  juga  diperoleh  oleh Sukolilo.  Selain  kinerja  bank  dilihat  dari  pencapaian  KUR  yang  disalurkan,
kinerja  bank  unit  penyalur  KUR  juga  dilihat  dari  operasionalnya  bank-bank  unit tersebut seperti di tabel 8.2 berikut.
Tabel 8.2  Kinerja pendapatan operasional bank-bank unit penyalur KUR
Kinerja keuangan bank-bank unit penyalur KUR menunjukkan peningkatan yang  signifikan.  Simpanan  pihak  ketiga  dan  simpanan  berjangka  juga
menunjukkan  peningkatan  sebesar  16  persen  dan  22,68  persen.  Simpanan  pihak ketiga terendah adalah Cengkalsewu dan yang tertinggi adalah Kayen dan Gabus.
Pada tahun 2013, pendapatan bunga sebagai pendapatan utama bank mencapai Rp 206 milyar atau naik 13,19 persen dari tahun sebelumnya. Pendapatan operasional
lainnya  mengalami  peningkatan  yang  paling  tinggi  sebesar  40,4  persen  di  tahun
No  Indikator Max
Min Rata-rata
Total 1.
Simpanan  pihak  ke-3 Rp milyar, 2012
55,5 3,8
23,9 836,6
Simpanan  pihak  ke-3 Rp milyar, 2013
66,7 6,6
27,7 971,1
Kenaikan 20,18
73,68 15,9
16,0 2.
Simpanan berjangka
Rp milyar, 2012 4,9
0,34 1,97
69,2 Simpanan
berjangka Rp milyar, 2013
8,5 0,62
2,4 84,9
Kenaikan 73,4
9,5 21,8
22,68 3.
Pendapatan bunga Rp milyar, 2012
12,79 0,6
5,2 181,99
Pendapatan bunga Rp milyar, 2013
15,3 1,6
5,9 206
Kenaikan 19,6
166,7 13,5
13,19 4.
Provisi kredit
Rp juta, 2012
376,3 10,0
97,6 3.419,4
Provisi kredit
Rp juta, 2013
406,8 20,1
102,3 3.581
Kenaikan 8,1
101 4,8
4,7 5.
Jasa Rp juta, 2012 884,9
44,7 392,4
13.734 Jasa Rp juta, 2013
965,4 141,3
475 16.626
Kenaikan 9,0
216,1 21
21 6.
Pendapatan operasional
lainnya Rp juta, 2012
146 0,004
47,6 1.668
Pendapatan operasional
lainnya Rp juta, 2013
212,8 0,011
66,9 2.342,9
Kenaikan 45,7
175 40,5
40,4 7.
Pendapatan non
operasional  Rp  juta, 2012
1.379,3 19,8
709 24.874
Pendapatan non
operasional  Rp  juta, 2013
1.805,8 96,4
907,2 31.753,5
Kenaikan 30,9
386,6 27,9
27,6
2013. Secara keseluruhan, total pendapatan operasional bank-bank penyalur kredit menunjukkan  peningkatan  kecuali  Juwono  I,  Margorejo,  Ngablak  dan
Pucakwangi seperti terlihat di gambar 8.3 berikut.
Gambar  8.3  Pendapatan operasional bank-bank unit penyalur KUR
Total  pendapatan  operasional  Juwono  I  mengalami  penurunan  dari  Rp  7,7 milyar  tahun  2012  menjadi  Rp  6,9  milyar  tahun  2013.  Penurunan  ini  karena
adanya penurunan pendapatan bunga secara signifikan dari Rp 7,0 milyar ditahun 2012  menjadi  Rp  6,1  milyar  di  tahun  2013.  Margorejo  sedikit  menurun  dari  Rp
6.289  juta  menjadi  Rp  6.249  juta  pada  tahun  2013.  Penurunan  ini  disebabkan karena  adanya  penurunan  dari  penerimaan  pendapatan  bunga,  provisi  dan
pendapatan  operasional  lainnya.  Hanya  pendapatan  jasa  yang  mengalami peningkatan.  Ngablak  menurun  dari  Rp  5.444  juta  menjadi  Rp  5.211  juta,
sedangkan  Pucakwangi  turun  dari  Rp  4.124  juta  menjadi  Rp  4.096  juta. Pendapatan operasional bank unit Ngablak sedikit menurun karena terjadi sedikit
penurunan terhadap pendapatan bunga dari Rp 5,0 milyar menjadi Rp 4,75 milyar di tahun 2013, namun pendapatan provisi, jasa dan operasional lainnya mengalami
peningkatan.  Bank  unit  Pucakwangi  mengalami  penurunan  karena  terjadi penurunan  terhadap  pendapatan  bunga  dan  provisi,  namun  pendapatan  jasa  dan
operasional lainnya meningkat cukup signifikan.
Pertumbuhan  pendapatan  non  operasional  tahun  2012  dan  tahun  2013 terlihat di gambar 8.4, terdapat 4 unit bank yang mengalami penurunan yaitu Bank
Unit Batangan dari Rp 581 juta menjadi Rp 538 juta di tahun 2013. Kayen turun dari  Rp  1,0  milyar  menjadi  Rp  988  juta.  Margorejo  tercatat  Rp  1,37  milyar  di
tahun 2012 menjadi Rp 1,28 milyar di tahun 2013 dan Pagerharjo dari Rp 529 juta menjadi  Rp  492  juta  di  tahun  2013.  Pendapatan  non  operasional  lainnya  secara
total mengalami kenaikan sebesar 27,6 persen dari Rp 24,8 milyar di tahun 2012 menjadi  Rp  31,7  milyar  di  tahun  2013  dengan  rata-rata  pendapatan  non
operasional sebesar Rp 907,2 juta di tahun 2013.
- 1.000
2.000 3.000
4.000 5.000
6.000 7.000
8.000 9.000
10.000
JI JKN
JII KJ
PW KY
MR MH NGP
NG
Pendapatan operasional Rp juta, 2012
Pendapatan operasional Rp juta, 2013
                                            
                