Peranan Kredit dalam Pengembangan Usaha mikro
                                                                                Dengan  adanya  akses  kredit  untuk  meningkatkan  modal  baik  untuk investasi  ataupun  modal  kerja  akan  meningkatkan  penghasilan  pelaku  usaha.
Dengan  meningkatnya  penghasilan  maka  akan  meningkatkan  pula  kemampuan untuk  meningkatkan  kebutuhan  lainnya  seperti  pangan,  papan,  sandang,
pendidikan, kesehatan dan lainnya. Hal ini yang menjadi alasan utama pemikiran perlunya  adanya  kredit  usaha  dan  mengkaji  skim  kredit  usaha  yang  mampu
menjangkau ke semua lapisan. Studi empiris yang dilakukan oleh Hussain 2003 membuktikan  bahwa  pembiayaan  mikro  telah  memberikan  dampak  positif  pada
kesejahteraan  keluarga  di  Pakistan.  Terdapat  perbedaan  yang  signifikan  antara partisipan  dan  non  partisipan  dalam  program  pembiayaan  mikro  dalam  hal
pendapatan  yang  dibelanjakan  dalam  sebulan,  kondisi  hidupnya,  tingkat  melek huruf  dan  yang  terpenting  meningkatnya  pendapatan  partisipan.  Montgomery
2005 menyatakan bahwa program kredit mikro memberikan dampak positif baik pada  indikator  ekonomi  dan  sosial  begitu  juga  dalam  peningkatan  pendapatan,
khususnya untuk partisipan yang sangat miskin.
Pembiayaan  mikro  telah  mengembangkan  beberapa  strategi  manajemen dan  bisnis  yang  inovatif,  namun  dampaknya  terhadap  pengurangan  kemiskinan
masih  diragukan  Chowdhury  2009.  Sedangkan  Banerjee  2009  menemukan bahwa  dampak  pembiayaaan  mikro  heterogen.  Namun,  pembiayaan  mikro  tidak
memberikan dampak untuk kesehatan, pendidikan dan wanita sebagai pengambil keputusan. Di Indonesia, sebelumnya masih banyak kredit usaha yang disalurkan
sekedar  berdasarkan  pendekatan  proyek  saja  dengan  pendekatan  top  down. Pendekatan  ini  belum  mendasarkan  pada  aspirasi  dari  bawah  sehingga  belum
banyak  menyentuh  kebutuhan  yang  diperlukan  oleh  masyarakat.  Sehingga  skim kredit  selama  ini  tidak  mampu  berlanjut  karena  mengalami  kegagalan  baik
mengenai  dampaknya  apalagi  dalam  pengembalian  kredit.  Kredit  seperti  ini biasanya  masih  bersifat  sektoral  saja.  Dengan  demikian  keberlanjutan  atau
sustainability
tidak  terjadi  karena  biasanya  skim  kredit  yang  berdasarkan  proyek dan  pendekatan  top  down  ini  banyak  rekayasa  dan  tidak  alami.  Berbicara
mengenai  skim  kredit  dengan  pendekatan  proyek  atau  program  berarti  terdapat juga  skim  kredit  yang  tidak  berdasarkan  pendekatan  proyek  atau  program.  Skim
kredit  tersebut  adalah  kredit  non  program.  Hal  ini  berarti  kredit  tersebut mengenakan  persyaratan  umum  yang  perbankan  lakukan  seperti  tingkat  suku
bunga yang dikenakan adalah tingkat bunga komersial.
Kebanyakan  evaluasi  awal  dampak  pembiayaan  mikro  dinyatakan  positif Goldberg  2005,  tetapi  tidak  memiliki  bukti  yang  kuat  terhadap  dampak  pada
kemiskinan dan pendapatan Bateman 2011. Besarnya realisasi penyaluran KUR merupakan  faktor  yang  potensial  untuk  meningkatkan  produktifitas  dan  aktifitas
ekonomi sehingga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi tingkat  kemiskinan.  Klaim  bahwa  KUR  memberikan  dampak  positif  terhadap
usaha mikro seiring dengan semakin meningkatnya penyaluran KUR setiap tahun.
Penelitian dampak pembiayaan mikro pada pendapatan rumah tangga usaha mikro ini mengandalkan data pada tingkat mikro yaitu data rumah tangga, seperti
dilakukan oleh Imai, Arun dan Annim  2010; Khandker 2005. Banyak  penelitian  mengenai  dampak  kredit  mikro  yang  telah  dilakukan.
Misalnya, Wadud 2013 melihat dampak kredit mikro terhadap kinerja pertanian agricultural  farm  di  Bangladesh.  Pendapatan  petani  yg  mendapat  kredit  mikro
menunjukkan dampak positif. Rata-rata pendapatan pertanian yg menerima mikro
29 kredit  9,46  persen  lebih  tinggi  dari  yg  tidak  medapat  kredit  mikro.
Di  Pakistan, Noreen  et  al.  2011  menguji  dampak  pembiayaan  mikro  untuk  mengurangi
kemiskinan  dengan  mengukur  tingkat  pendidikan  anak,  perumahan,  ketahanan makanan,  pengeluaran  rumah  tangga  dan  aset  rumah  tangga.  Pembiayaan  mikro
juga memberikan dampak positif dan meningkatkan pendapatan dan pengeluaran rumah  tangga  peminjam  dilakukan  oleh  AkramHussain  2011  di  Pakistan  dan
Hossain  2012  di  Bangladesh.  Masih  di  Pakistan,  Shirazi  dan  Khan  2009 meneliti  dampak  positif  mikro  kredit  telah  mengurang  kemiskinan  sebesar  3.05
persen  selama  periode  penelitiannya  dan  peminjam  cenderung  berpindah  ke kelompok  yang  berpenghasilan  lebih  tinggi.  Kredit  rumah  tangga  memiliki
dampak  positif  dan  signifikan  terhadap  kesejahteraan  ekonomi  rumah  tangga  di Vietnam yaitu meningkat nya tingkat konsumsi per kapita baik makanan maupun
non makanan Quarch et al 2005. Duong  Thanh 2015 meneliti dampak kredit mikro  terhadap  kesejahteraan  rumah  tangga  di  pedesaan  di  Vietnam.  Hasil
menunjukkan  bahwa  kredit  mikro  meningkatkan  standar  hidup  dilihat  dari  sisi pendapatan  dan  konsumsi.  Namun  untuk  masyarakat  miskin  ternyata  tidak  ada
bukti yang menunjukkan adanya dampak pada pendapatan, hanya pada konsumsi saja.
Wanita sering diabaikan dalam pembiayaan mikro sehingga sering dibatasi. Vitor  2012  meneliti  bahwa  wanita  yang  menggunakan  mikro  kredit  memiliki
pendapatan  usaha  lebih  tinggi  daripada  yang  tidak  menggunakan  kredit  mikro dalam  usahanya.  Pembiayaan  mikro  memberikan  dampak  positif  pada
pengurangan  kemiskinan  diantara  usaha  wanita  di  Nigeria  Selatan  Ifelunini  dan Wosowei 2012.
Thoha  2000  meneliti  tentang  keefektivitas  kukesra  dalam  pengentasan kemiskinan  dengan  menyoroti  beberapa  aspek  seperti  umur,  tingkat  pendidikan,
jumlah anak, kondisi rumah, jenis pekerjaan, penghasilan, jumlah ternak dan jenis peralatan rumah tangga yang dimiliki. Kredit tidak diberikan kepada nasabah yang
relatif  tua  diatas  50  tahun  karena  lebih  beresiko,  sehingga  kemungkinan terjadinya  misalokasi  kredit  lebih  besar.  Semakin  tinggi  pendidikan  seseorang,
maka  semakin  besar  pula  kemampuan  dalam  mengaktualisasi  potensi  dirinya untuk  mengelola  usaha.  Kondisi  rumah  merupakan  salah  satu  indikator  tingkat
kesejahteraan  masyarakat.  Ada  6  enam  unsur  pokok  yang  disoroti  berkaitan dengan  kondisi  tempat  tinggal  usaha  mikro  yaitu  luas  bangunan,  luas  tanah,
kondisi  lantai,  kondisi  dinding,  kondisi  rumah  permanen  dan  tidak  dan  status pemilikan  rumah.  Indikator  lainnya  yang  digunakan  untuk  mengetahu  kondisi
sosial  ekonomi  adalah  peralatan  rumah  tangga  yang  dimiliki  karena  merupakan aset rumah tangga. Semakin banyak jumlahnya maka semakin baik kondisi sosial
ekonomi  rumah  tangga  tersebut.  Variabel  ini  digunakan  skala  likert  dengan memberikan bobot yang sama yaitu 1 pada setiap jenis peralatan tersebut dengan
demikian  berdasarkan  jumlah  peralatan  yang  dimiliki.  Thoha  2000  mengukur perbedaan variabel variabel diatas sebelum dan setelah mendapat kredit.
                