kecamatan  ini  sebagai  kecamatan  dengan  luas  wilayah  terkecil  kelima  di Kabupaten  Pati  setelah  kecamatan  Pati,  kecamatan  Wedarijaksa,  kecamatan
Trangkil  dan  kecamatan  Tayu.  Kecamatan  ini  mempunyai  ketinggian  berkisar antara  1-4  meter  dpl  dan  terdiri  atas  tanah  berjenis  aluvial.  Secara  administratif,
kecamatan  Batangan  terbagi  ke  dalam  18  desa  yang  terbagi  lagi  ke  dalam  52 Rukun Warga RW dan 266 Rukun Tetangga RT. Jumlah penduduk kecamatan
Batangan sebanyak 40.799 jiwa dengan komposisi 20.294 jiwa penduduk laki-laki dan  20.505  jiwa  penduduk  perempuan.  Sebagian  besar  penduduk  bermata
pencarian  sebagai  petani,  petani  tambak  dan  nelayan.  Dengan  komoditas  utama tanaman padi, tambak Udang Windu dan bandeng. Kecamatan ini hanya memiliki
1  buah  pasar  tradisional  yang  terletak  di  bagian  selatan  wilayah  kecamatan tepatnya di desa Kuniran. Pasar tradisional ini beroperasi tiga kali seminggu yaitu
pada  hari  Minggu,  Selasa  dan  Jumat.  Hari  operasi  pasar  ini  bergantian  dengan pasar Ngulakan yang terdapat di Sumberejo kecamatan Jaken yang hanya berjarak
3  km  dari  pasar  tersebut.  Kecamatan  Batangan  meruapakan  satu  diantara  4 kecamatan di Kabuapten Pati  yang memiliki Tempat Pelelangan  Ikan TPI.  TPI
tersebut  terletak  di  desa  Pecangaan.  Dengan  adanya  TPI  ini  maka  akan  semakin meningkatkan aktifitas kegiatan ekonomi di wilayah tersebut sehingga kebutuhan
modal dan penyaluran KUR sangat diharapkan.
Kecamatan  Trangkil
bank  unit  KJ.  Kecamatan  Trangkil  terletak  lebih kurang  11  km  ke  arah  utara  kota  Pati.  Terletak  di  ketinggian  antara  1-36  meter
dpl, wilayah kecamatan Trangkil terdiri dari tanah Regasol, Latosol dan sebagian lagi  berjenis  Red  yellow  mediteran.  Dengan  luas  wilayah  seluas  4.284  ha  yang
terdiri  atas  lahan  persawahan  seluas  1.035  dan  lahan  bukan  sawah  seluas  3.249. Dengan  luas  wilayah  ini,  kecamatan  Trangkil  merupakan  kecamatan  dengan
wilayah tersempit ketiga di Kabupaten Pati setelah kecamatan pati dan kecamatan Wedarijaksa.  Penduduk  kecamatan  Trangkil  berjumlah  60.335  jiwa  dengan
komposisi  29.805  jiwa  laki-laki  dan  sisanya  30.530  jiwa  perempuan. Sebagian  besar  penduduk  kecamatan  Trangkil  berprofesi  sebagai  petani  dengan
komoditas utama padi, tebu, palawija dan tanaman buah. Dalam bidang ekonomi, masyarakat  kecamatan  Trangkil  memiliki  2  buah  pasar  tradisional  yang  salah
satunya terletak di pusat kota kecamatan. Di kecamatan Trangkil terdapat sebuah pabrik gula yaitu PG. Trangkil. Pabrik ini telah berdiri sejak tahun 1835, kapasitas
giling  terpasang  awal  ketika  didirikan  adalah  800  tth.  Hingga  tahun  2005  PG Trangkil  melakukan  Program  Pengembangan  PT  Kebon  Agung  dengan  sasaran
kapasitas giling 4.500 tth. Pabrik gula Trangkil terletak di desa Trangkil. Dengan adanya  pabrik  ini  geliat  ekonomi  di  wilayah  ini  hidup.  Banyaknya  pondok
pesantren  di  wilayah  ini  meningkatkan  santri  pendatang  dan  aktifitas  ekonomi meningkat, sehingga penyaluran KUR diperkirakan mampu optimal.
Kecamatan  Tlogowungu
bank  unit  TR.  Kecamatan  Tlogowungu  yang terletak  lebih  kurang  6  km  di  sebelah  utara  kota  Pati  merupakan  salah  satu
kecamatan yang berada di sisi sebelah timur lereng Gunung Muria. Dari keadaan geografi  tersebut  menjadikan  kecamatan  ini  sebagai  salah  satu  daerah  pertanian
yang  subur.  Komoditas  utama  daerah  ini  adalah  padi,  aneka  buah-buahan,  dan tanaman keras seperti pohon jati. Selain itu budi daya sayuran dan tanaman hias
juga banyak dikembangkan oleh masyarakat di kecamatan ini. Wilayahnya seluas 9.446  ha  yang  merupakan  kecamatan  dengan  wilayah  terluas  kelima  setelah
kecamatan  Sukolilo,  kecamatan  Pucakwangi,  kecamatan  Winong  dan  kecamatan
103 Kayen.  Tanah  di  kecamatan  ini  berjenis  tanah  latosol  dan  red  yellow  mediteran.
Secara  administratif,  kecamatan  Tlogowungu  hanya  terdiri  atas  15  desa  yang terbagi  dalam  70  Rukun  Warga  RW  dan  318  Rukun  Tetangga  RT.
Dibandingkan  dengan  kecamatan  lainnya  di  Kabupaten  Pati,  kecamatan Tlogowunggu,  bersama  kecamatan  Gunungwungkal  merupakan  kecamatan
dengan  jumlah  desa  paling  sedikit  keempat  setelah  kecamatan  Gembong, kecamatan Dukuhseti dan kecamatan Cluwak. Penduduk kecamatan Tlogowungu
berjumlah 49.556 jiwa 2006 dengan komposisi 24.625 jiwa laki-laki dan sisanya 24.391 jiwa perempuan.
Sebagian besar penduduk kecamatan Tlogowungu berprofesi sebagai petani dengan  komoditas  utama  padi,  tanaman  buah  dan  tanaman  keras.  Dalam  bidang
ekonomi,  masyarakat  kecamatan  Tlogowungu  memiliki  2  buah  pasar  tradisional yang salah satunya terletak di pusat kota kecamatan.
Tempat-tempat  pariwisata  di  kecamatan  Tlogowungu  antara  lain: Sendang  Tirta  Marta  Sani  terletak  di  Desa  Tamansari  Kecamatan  Tlogowungu.
Bumi  Perkemahan  Regaloh  salah  satu  bumi  perkemahan  di  Pati  yang  masih terawat  terletak  di  desa  Regaloh,  sekitar  1  km  ke  arah  utara  ibu  kota  kecamatan
Tlogowungu.  Bumi  Perkemahan  yang  mampu  menampung  ribuan  peserta  ini merupakan salah satu tempat berkemah tervaforit di Kabupaten Pati selain Bumi
Perkemahan Jolong. Air terjun Santi Tretes, satu dari dua air terjun Santi. Satunya lagi  disebut  Jenar  terletak  di  pada  lereng  gunung  Muria  di  desa  Tlogosari
kecamatan  Tlogowungu.  Air  terjun  kedua  dinamakan  Jenar  terletak  di  sebelah atas. Air terjun kedua ini lebih besar dan tinggi dari pada air terjun yang pertama.
Dengan kondisi tanah pertanian yang subur dan banyaknya tempat wisata di wilayah  ini  diperkirakan  yang  mendorong  semakin  meningkatnya  kegiatan
ekonomi  dan  penyaluran  KUR  bisa  optimal  dan  mencapai  efisien  apalagi  di wilayah ini hanya ada satu bank unit TR
Kecamatan  Gunung Wungkal .  Bank unit GW yang berada di kecamatan
ini mampu mencapai kinerja penyaluran KUR  yang optimal dan efisien.  Dengan luas  wilayah  61,80  m2  kecamatan  ini  menjadi  salah  satu  kecamatan  yang
terhitung kecil di kabupaten pati, dengan wilayah sebagian adalah persawahan dan perbukitan. Dengan jumlah penduduk sekitar 34.950 jiwa terdiri dari 17.559 jiwa
laki-laki  dan  17.391  jiwa  perempuan,  menjadikan  kecamatan  terkecil penduduknya  di  kabupaten  Pati.  Meski  demikian  satu-satunya  bank  penyalur
KUR di wilayah ini, bank unit GW mampu mencapai efisien.
Kecamatan  Pati  Kota
.  Desa  yang  berada  di  kecamatan  pati  ini  banyak sekitar  29  desa.  Aktifitas  di  tengah  kota  sangat  tinggi,  sehingga  kehadirannya
KUR  sangat  diharapkan  oleh  rumah  tangga  usaha  mikro.  Permintaan  KUR pastilah sangat luas sehingga di kecamatan ini terdapat 4 bank unit yaitu PK1, PK
2,  MH  dan  TH.  PK  2  dan  Tambaharjo  merupakan  bank  unit  yang  mampu beroperasi secara optimal sedangkan PK1 dan MH tidak efisien. Jumlah penduduk
di  kecamatan  ini  hampir  2  kalinya  dibandingkan  dengan  kecamatan-kecamatan lainnya  yaitu  sekitar  108.930  jiwa  yang  tersebar  di  wilayah  seluas  42,49  km2
dengan kepadatan mencapai 2.564 jiwakm2.
Kecamatan  Kayen
.  Di  kecamatan  ini  hanya  terdapat  satu  bank  unit  saja yaitu bank unit KY dan mampu menyalurkan KUR terbanyak di Kabupaten Pati.
Bank  unit  ini  mampu  menekan  biaya  operasionalnya  semakin  hemat,  namun pendapatannya malah meningkat. Sektor pertanian di Kecamatan Kayen memiliki
hasil  yang  cukup  melimpah.  Luasnya  areal  pertanian,  cukupnya  ketersediaan  air irigasi,  dan  suburnya  tanah  merupakan  beberapa  contoh  faktor  pendukung  di
sektor ini. Padi, jagung, ubi-ubian, sayur mayur, buah-buahan, dan ikan air tawar adalah beberapa hasil dari sektor pertanian dan perikanan.
10  IMPLIKASI KEBIJAKAN
10.1  Pemerintah Pusat: Kebijakan Terkait keberlanjutan dan Prioritas Target
10.1.1  Kebijakan Terkait Keberlanjutan
Kebijakan  suatu  program  yang  baik  hendaknya  bisa  berlangsung  lama, mencapai  target  atau  sasaran  yang  sudah  ditentukan  diawal.  Keberlangsungan
suatu  program  sangat  penting  sehingga  biaya  yang  dikeluarkan  selama  program berlangsung  tidak  sia-sia.  Suatu  kebijakan  dianggap  berhasil  apabila  program
tersebut memberi manfaat atau berdampak positif bagi semua pihak. Pihak-pihak yang  terlibat  dalam  penyaluran  kredit  secara  garis  besarnya  dibagi  dua  pihak,
yaitu pihak penyalur KUR dan pihak penerima KUR atau nasabah. Kedua pihak ini harus mendapatkan manfaat yang positif. Dampak KUR pada ekonomi rumah
tangga usaha mikro ternyata memberikan peningkatan pada keuntungan sehingga meningkatkan  juga  pendapatan  dan  kepemilikan  aset  ekonomi  rumah  tangga.
Dalam kaitannya dengan tujuan KUR dicanangkan untuk mengurangi kemiskinan, maka  melalui  jumlah  pekerja  yang  bisa  diserap  oleh  usaha  mikro,  maka  dengan
adanya KUR ini maka jumlah pekerja yang bisa diserap oleh usaha mikro makin banyak  yang  berarti  tujuan  KUR  untuk  mengurangi  kemiskinan  melalui
pemberdayaan  usaha  mikro  tercapai.  Melalui  KUR  ini  maka  pengangguran  bisa ditekan,  pada  akhirnya  pengurangan  kemiskinan  berhasil.  Selain  manfaat  yang
bisa diambil oleh nasabah KUR sendiri melalui peningkatan pendapatan, nasabah juga  harus  mampu  dan  mau  membayar  cicilan  dengan  baik.  Terkadang  suatu
program memberikan dampak pada rumah tangga tetapi mereka tidak mampu atau tidak  mau    membayar  tagihan.  Dari  hasil  penelitian,  resiko  gagal  bayar  nasabah
sangat kecil bahkan bisa diabaikan.
Selain  dari  sisi  nasabah,  maka  bagi  bank  pelaksana  penyalur  KUR  juga harus  mendapatkan  manfaat  yang  positif.  Suatu  bank  juga  harus  mendapatkan
keuntungan  dan  tidak  mengalami  kerugian.  Kerugian  bisa  terjadi  jika  nasabah gagal  bayar  atau  non  performance  loannya  NPL  tinggi.  Ternyata  NPLnya
semakin  rendah  dan  saat  ini  hanya  0,5  persen.  Kinerja  bank-bank  unit  penyalur KUR sebagian besar atau lebih dari 51,43 persen beroperasi secara relatif efisien.
Ketidakefisien  tidak  mencerminkan  bahwa  bank  unit  mengalami  kerugian operasional.  Hanya  ada  1  bank  unit  yang  mengalami  kerugian  operasionalnya
yaitu  bank  unit  Juwono  1.  Nilai  efisiensi  dalam  penelitian  ini  bukanlah  nilai mutlak,  namun  efisiensi  relatif  antara  bank-bank  unit  yang  menyalurkan  KUR.
Ketidakefisiensi lebih disebabkan karena ketidakoptimalan penyaluran KUR dari yang  seharusnya.  Semakin  optimal  KUR  yang  disalurkan,  akan  semakin  besar
usaha  rumah  tangga  mikro  terlayani  dan  semakin  besar  keuntungan  yang  bisa diraih.  Dengan  karakteristik  masing-masing  bank  unit  yang  hampir  sama,  untuk
105 bank-bank  unit  yang  belum  mencapai  efisiensi  bisa  mengacu  ke  bank-bank  unit
yang sudah efisien. Bank unit Kayen bisa menjadi role model bagi bank-bank unit lainnya,  selain  juga  bank  unit  Pati  2,  Dukuhseti,  Pakis  dan  Tambaharjo.  Bank-
bank  unit  yang  tidak  efisien,  terutama  bank  unit  Gabus  tetap  memiliki  potential improvement
untuk  dapat  menjadi  efisien  karena  memiliki  kondisi  input  yang memadai, sebagai contoh memiliki dana simpanan pihak ke-3 yang jauh memadai
selain juga memiliki sumber daya manusia dengan sistem perekrutan, training dan pengembangan  yang  sama  dengan  bank-bank  unit  lain  yang  efisen.  Barangkali
dengan  sistem  rotasi  karyawan  atau  dengan  pelatihan  akan  mendorong  dalam pencapaian  target  kembali.  Karena  menurut  Khanmohammadiotaqsara  et  al.
2012  tujuan  suatu  organisasi  tergantung  pada  kemampuan  karyawan  untuk melakukan  tugas  dan  beradaptasi  dengan  perubahan  lingkungan  yang  terjadi.
Dengan  pelatihan  sumber  daya  manusia,  maka  akan  mendorong  individu  untuk berkegiatan secara efektif dan efisien.
Jangkauan outreach dilihat dari besarnya pinjaman KUR  yang disalurkan mencapai rata-rata Rp 10,2 juta per nasabah,  yang  berarti sasaran KUR terhadap
usaha  rumah  tangga  mikro  mencapai  targetnya  dan  ternyata  tingkat  NPLnya hanya mencapai 0,5 persen. Peluang untuk menyalurkan KUR masih terbuka luas
karena  baru  sekitar  13  persen  usaha  mikro  yang  terlayani  KUR  dari  total  usaha mikro yang ada.  Ini menunjukkan keberlangsungan KUR dari sisi bank penyalur
KUR  menunjukkan  mampu  berlanjut,  hanya  diperlukan  inovasi  SDM  selain tehnologi.  Singkatnya,  tidak  terjadi  trade  off    antara  outreach  dan  sustainability
dalam penelitian ini, sejalan dengan penelitian zerai  Rani 2012 namun tidak sejalan dengan Hermes et al. 2011. Ketersediaan bank unit ini di hampir  setiap
kecamatan memungkinkan mampu menjangkau nasabah sampai tingkat desa.
Dari  uraian  diatas  maka  sustainability  dari  dua  sisi  baik  nasabah  maupun penyalur  KUR  tercapai,  maka  sebaiknya  program  KUR  dilanjutkan  oleh
pemerintah.  Diperlukan  inovatif  yang  kreatif  agar  jangkauan  penyaluran  KUR semakin  luas.  Untuk  lebih  profesional  dan  spesialis,  maka  sebaiknya  bank
pelaksana penyaluran KUR sebaiknya ditunjuk kepada bank-bank yang selama ini mampu  menyalurkan  kredit  mikro  kepada  usaha  rumah  tangga  usaha  mikro.
Selama  ini,  banyak  bank  pelaksana  penyalur  KUR  yang  ditunjuk  dan  diberi kesempatan  tidak  melakukan  penyaluran  sesuai  dengan  yang  diharapkan,  namun
hanya  melayani  usaha-usaha  besar  yang  bagi  mereka  lebih  menguntungkan  saja padahal NPLnya malah tinggi.
Dengan demikian, implikasi kebijakan untuk keberlanjutan program KUR tersebut  bahwa  program  KUR  harus  tetap  dilanjutkan  dan  untuk  meningkatkan
dan  mempercepat  penyaluran  KUR  maka  penting  pemerintah  menetapkan kewajiban  bagi  bank-bank  penyalur  KUR  untuk  lebih  berkomitmen  dalam
menyalurkan  KUR  mikro  dengan  mewajibkan  sekian  persen  dari  dana  pihak ketiganya untuk disalurkan sebagai KUR.
10.1.2  Kebijakan Terkait Gender
Perempuan  tampaknya  belum  menjadi  target  prioritas  untuk  penyaluran KUR  dalam  meningkatkan  pemberdayaan  perempuan,  karena  laki-laki  masih
memiliki peluang untuk akses yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan hasil penelitian, rumah tangga usaha mikro  yang dikelola oleh laki-
laki  dan  perempuan  hampir  seimbang.  Untuk  usaha  mikro  yang  tidak
menggunakan  KUR,  lebih  60  persen  dikelola  oleh  perempuan,  namun  usaha mikro  yang  mendapatkan  KUR,  lebih  78  persen  didominasi  oleh  laki-laki.  Jika
kepemilikan  aset  rumah  tangga  sebagai  alasan  bagi  perempuan  untuk  tidak  bisa mengakses  kredit  formal  karena  kepemilikan  aset  masih  didominasi  laki-laki,
maka  prioritas  penyaluran  KUR  bagi  usaha  mikro  perempuan  bisa  dilakukan dengan  model  basis  kelompok  melalui  kelompok  PKK  atau  kegiatan  perempuan
di  pedesaan.  Pemerintah  melalui  kebijakan  penyaluran  KUR  bisa  memberikan atau  menetapkan  kewajiban  pemenuhan  kuota  dari  total  KUR  yang  disalurkan
diperuntukkan bagi perempuan agar lebih berpartisipasi, misalnya menetapkan 30- 40 persen nasabah KUR harus berasal dari wanita.
10.1.3  Kebijakan Terkait Bidang Usaha
Dalam  penelitian  ini  jenis  usaha  yang  banyak  ditekuni  oleh  rumah  tangga usaha  mikro  adalah  usaha  informal  berupa  ritel  seperti  warung  dan  jenis-jenis
usaha  lainnya  yang  umum  di  pedesaan  mencapai  60,24  persen.  Usaha-usaha tersebut  memiliki  karakteristik  barrier  to  entry  yang  rendah,  bahkan  bisa
diabaikan dengan tingkat pengembalian modal kerja sampai 70 persen Grimm et al
. 2011. Sehingga banyak orang baik dengan pendidikan tinggi maupun rendah dengan mudah untuk memasuki usaha ini. Untuk usaha mikro yang pinjam KUR,
jenis  usaha  terbanyak  juga  sektor  ritel  45,16  persen  diikuti  jasa  19,36persen, sektor  pengolahan  16,77persen,  peternakan  dan  perikanan  masing-masing  7,74
persen.
Barangkali  alasan  sektor  lain  di  luar  ritel  seperti  pengolahan,  pertanian termasuk  peternakan  dan  perikanan  memiliki  tingkat  resiko  yang  dianggap  lebih
tinggi dari sektor ritel sehingga bank enggan memberikan kredit kepada  mereka. Berdasarkan  hasil  penelitian  menunjukkan  memang  usaha  mikro  pengolahan
memiliki  peluang  untuk  terlambat  membayar  kembali  pinjaman  KUR dibandingkan dengan  usaha lain seperti ritel dan jasa. Sektor pengolahan memang
rentan  terhadap  resiko  gejolak  pasar  seperti  kenaikan  BBM,  namun  sektor  ini mampu menyerap tenaga kerja lebih dibandingan dengan sektor lainnya. Sehingga
penting  pemerintah  untuk  memberikan  prioritas  bagi  sektor  pengolahan  begitu juga sektor pertanian dan peternakan juga merupakan sektor yang penting sebagai
penopang  swasembada  pangan.  Bagaimana  dukungan  nyata  pemerintah  dalam memberikan  prioritas  pada  bidang  usaha  adalah  dengan  membuat  atau
menetapkan  target  kepada  bank  penyalur  KUR  untuk  menaikkan  jumlah  KUR yang  disalurkan  pada  bidang  usaha  sektor  pengolahan  dan  pertanian.  Untuk
mengurangi  resiko  yang  dihadapi  oleh  perbankan,  maka  pemerintah  harus menaikkan penjaminan atau subsidi premi atau bunga untuk sektor-sektor tersebut.
10.2  Pemerintah Daerah: Kebijakan Terkait Penyampaian Informasi 10.2.1  Program KUR
Program  KUR  dicanangkan  pemerintah  untuk  tercapainya  keuangan  yang inklusif,  khususnya  usaha  mikro  untuk  membantu  pembiayaan  modal  kerja  dan
investasi  dari  sumber  pembiayaan  formal  perbankan.  Dari  total  332  responden rumah tangga usaha mikro, terdapat 46,7 persen yang sudah mengakses KUR dan
53,3 persen tidak menggunakan sumber pinjaman KUR dalam usahanya. Sumber
107 pembiayaan selain  KUR  yang  ada  di masyarakat seperti PNPM, koperasi, BMT,
tetangga, rentenir maupun saudara. Total usaha mikro yang menggunakan sumber pinjaman lain sebanyak 33,4 persen. Tidak semua rumah tangga usaha mikro yang
mendapatkan  pinjaman  KUR  sesuai  dengan  yang  diminta,  bahkan  ada  yang ditolak.  Sebagian  malah  memang  tidak  mengajukan  KUR  karena  tidak
membutuhkan,  tidak  tahu  program,  takut  maupun  apriori  dengan  bank.  Secara keseluruhan, tampaknya masih ada gap yang besar atas permintaan kredit dengan
yang  mampu  mengakses  kredit.  Penolakan  kredit  sebaiknya  diberikan  alasan secara obyektif kepada nasabah sehingga mereka bisa memperbaiki di kemudian
hari. Informasi mengenai produk tampaknya belum sampai ke semua masyarakat, karena alasan tidak mengakses KUR karena ketidaktahuan program 40,36persen
termasuk  ketidaktahuan  bagaimana  cara  pengajuan  KUR.  Chau  et  al.  2012 mengatakan  bahwa  di  wilayah  pedesaan,  informasi  dari  penyedia  kredit  sangat
penting bagi peminjam untuk memperoleh pinjaman.
Alasan  lain  rumah  tangga  tidak  mengajukan  KUR  adalah  rasa  takut  akan resiko  kredit  risk  averse  dan  karena  kurangnya  pengetahuan  dan  pendidikan,
memberikan  persepsi  bahwa  persyaratan,  tingkat  suku  bunga  dan  menganggap dibutuhkan jaminan yang besar untuk mendapatkan kredit bank.
Disinilah  pentingnya  peran  pemerintah  daerah  melalui  instansi  terkait  ikut memperkenalkan  program  KUR  kepada  masyarakat.  Misalnya  penyampaian
informasi  melalui  organisasi-organisasi  baik  formal  maupun  informal  baik  yang ada  di  pedesaan  maupun  di  kecamatan.  Melalui  koperasi-koperasi  yang  ada
wilayah kabupaten, maka program KUR ini diperkenalkan.
Informasi  kredit  bisa  melalui  staf  atau  organisasi  kemasyarakatan.  Dengan begitu  staf-staf  penyedia  KUR  sebaiknya  lebih  gencar  dalam  memperkenalkan
produk-produk  perbankan  kepada  masyarakat  baik  produk  tabungan  maupun produk pinjaman. Iklan-iklan di televisi penting juga sebagai sarana promosi.
10.2.2  Data Calon Debitur
Pemerintah  daerah  bisa  berperan  serta  dalam  memberdayakan  usaha-usaha mikro  di  wilayahnya.  Tentunya  melalui  instansi-instansi  terkait,  pemerintah
daerah mengetahui sentra-sentra industri rumah tangga di wilayah masing-masing. Pemerintah daerah dengan mengalokasikan APBDnya bisa melakukan pembinaan,
pengembangan dan pendampingan usaha mikro baik yang sedang menerima KUR mikro maupun yang belum menerima KUR.
Dengan  demikian,  pemerintah  daerah  melalui  instansi  terkait  bisa mengidentifikasi data calon debitur potensial berdasarkan sektor atau jenis usaha
sekaligus  berdasarkan  wilayah  untuk  mendapatkan  prioritas  untuk  mendapatkan pinjaman  KUR.  Dengan  kerja  sama  antara  instansi  terkait  dengan  perbankan,
dalam jangka panjang diharapkan mampu menyusun Basis Data KUR Mikro.
10.3  Perbankan: Kebijakan Terkait Kolateral
Program KUR ini merupakan kombinasi program pemerintah dalam   usaha untuk  mencapai  keuangan  inklusif  melalui  lembaga  keuangan  komersil  yang
profesional. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat non performance loannya yang rendah  dibawah  5  persen  yang  disyaratkan  pemerintah.  Namun  demikian  ada
beberapa nasabah rumah tangga usaha mikro tetap ada yang mengalami kesulitan dalam  pengembalian  pinjaman  meskipun  tidak  sampai  terjadi  gagal  bayar  atau
default .  Nasabah  yang  mengalami  pembayaran  tidak  lancar  atau  terlambat  lebih
dari  dua  kali  mencapai  13,55  persen.  Secara  umum,  faktor-faktor  karakteristik peminjam  seperti  gender  wanita,  peningkatan  usia  dan  pendidikan  yang  lebih
tinggi  dianggap  memiliki  moral  hazard  yang  lebih  baik  dalam  pembayaran pinjaman,  namun  kenyataannya  tidak  signifikan  mempengaruhi  dalam
pembayaran  pinjaman.  Sehingga  berkaitan  dengan  utang  piutang,  moral  hazard tidak  mampu  diandalkan  untuk  menilai  seseorang  jujur  atau  tepat  waktu  dalam
pembayaran hutang.
Screening awal yang dilakukan oleh bank penyalur KUR untuk menentukan
apakah  nasabah  perlu  dibatasi  kreditnya  atau  tidak,  bisa  dilihat  dari  kinerja kegiatan  ekonomi  rumah  tangga  usaha  mikro  seperti  tingkat  penjualan,  tingkat
pendapatan  yang  dihasilkan  oleh  rumah  tangga  usaha  mikro  maupun  jenis usahanya. Proses screening awal yang tepat tetap menjadi prioritas pihak penyalur
pinjaman  untuk  menghindari  gagal  bayar  di  kemudian  hari.  Proses  monitoring penting, namun tampaknya belum menjadi prioritas yang dilakukan oleh pemberi
pinjaman KUR. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pengalihan kredit, bisa dikatakan sebagai moral hazard juga  yang seharusnya untuk modal kerja dan investasi tapi
digunakan  untuk  keperluan  lain,  belum  sepenuhnya  terkontrol  oleh  bank. Untungnya,  pengalihan  ini  tidak  signifikan  mempengaruhi  dalam  pengembalian
kredit, karena sebagian  besar pengalihan kredit digunakan untuk mencicil motor. Alat transportasi ini masih bisa diperdebatkan sebagai alat yang menunjang usaha
juga.
Dengan demikian proses screening awal dari penyedia KUR sangat penting, sehingga apakah nasabah KUR harus menyediakan jaminan atau tidak tergantung
hasil  dari  analisis  kredit  oleh  bank.  Meskipun  kebijakan  KUR  oleh  pemerintah tidak menggunakan jaminan dalam meminjam KUR, sebaiknya keputusan apakah
nasabah harus dikenakan jaminan atau tidak diserahkan oleh bank pelaksana KUR. Namun  persyaratan  kredit  yang  mudah  dan  kecepatan  pencairan  kredit  sangat
penting  agar  tidak  menghambat  masyarakat  dalam  berusaha.  Terkadang  banyak pola  kredit  yang  diberikan  tanpa  adanya  agunan,  tetapi  malah  tidak  berhasil
karena masyarakat menganggapnya sebagai bantuan. Ternyata dampaknya malah memberikan  etos  kerja    yang  berbeda.  Hal  ini  juga  menyangkut  moral  hazard,
dimana  ketika  orang  tidak  dikenakan  agunan  maka  kemungkinan  orang  tersebut justru memiliki insentif untuk kurang memberikan perhatian pada usahanya sifat
ini  mencerminkan  kualitassikap  seseorang  yang  dapat  mengarah  kepada tindakan sub-optimal kurang acuh terhadap kegiatannya .  Target nasabah KUR
ini bukanlah the poors, tetapi rumah tangga usaha mikro dengan rata-rata modal kerja maupun jumlah pinjaman KUR sekitar Rp 10 jutaan. Dengan demikian rata-
rata mereka memiliki sesuatu untuk diagunankan. Potensi penyaluran KUR untuk usaha  mikro  masih  sangat  luas  karena    yang  sudah  mendapatkan  KUR  masih
dibawah  13  persen.  Sehingga  kebijakan  pengenaan  kolateral  sewajarnya diserahkan kepada bank pelaksana KUR yang mengetahui kondisi calon nasabah.
Akan tetapi screening awal apakah calon nasabah akan disetujui pengajuan kreditnya  atau  tidak  bukan  hanya  semata-mata  karena  kemampuannya  untuk
menyediakan  jaminan,  tetapi  hendaknya  dilihat  dari  potensi  usaha  rumah  tangga usaha  mikro  tersebut.  Dalam  hal  ini,  aktifitas  usahanya  juga  bisa  menjadi