Demografi, Sosial dan Budaya

lebih dari separuh rumah tangga usaha mikro bekerja. Dari total 332 unit usaha mikro, ada sekitar 131 rumah tangga usaha mikro atau 39,46 persen yang memiliki rekening di bank. Usaha mikro yang meminjam KUR lebih tinggi tingkat kesadaran menabungnya di bank dibandingkan dengan rumah tangga usaha mikro non-KUR. Dari total usaha mikro yang meminjam KUR, ada 51,61 persen yang memiliki rekening di bank, dan untuk usaha mikro non-KUR baru 23,73 persen. Dengan memiliki rekening di bank, maka rumah tangga usaha mikro akan lebih mengenal atau melek keuangan karena akses terhadap produk keuangan termasuk tawaran kredit lebih terbuka. Sumber kredit tidak hanya dari bank saja, masih ada sumber lain seperti koperasi, PNPM, saudara, tetangga maupun rentenir. Dari total usaha mikro dalam penelitian, selain meminjam KUR, rumah tangga usaha mikro yang juga meminjam dari sumber lain sebesar 33,43 persen. Peminjam KUR yang juga meminjam dari sumber lain mencapai 38 rumah tangga atau 24,52 persen. Sedangkan kelompok rumah tangga usaha non-KUR ysng memiliki sumber pinjaman lainnya mencapai 41,24 persen. Selain karakteristik demografi, sosial dan ekonomi, masih ada beberapa variabel yang belum dibahas diatas, yang akan dikelompokkan ke dalam karakteristik lain-lain yang ada di tabel 5.7. Dalam penelitian ini, penulis memasukkan faktor persepsi dari rumah tangga usaha mikro untuk mengetahui pendapat dari sisi rumah tangga usaha mikro. Persepsi, berarti pendapat subyektif dari seseorang. Untuk objek yang sama, persepsi dua orang akan menjadi berbeda. Namun, persepsi ini juga penting untuk mengetahui apa yang diharapkan dari orang lain. Skim pengajuan atau persyaratan KUR dari sisi perbankan memang sederhana, yaitu hanya kartu identitas KTP, dan ada usaha. Begitu juga tingkat suku bunga kredit untuk usaha mikro maksimal 12 persen per tahun. Ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan mereka meminjam rentenir. Namun demikian, beberapa rumah tangga usaha mikro, dengan tingkat suku bunga yang sama akan memiliki persepsi yang berbeda-beda pula. Tabel 5.7 Karakteristik lain-lain rumah tangga usaha mikro Deskripsi Non-KUR N 1 =177 KUR N 2 =155 Total Responden N 3 =332 Jumlah n 1 dari N 1 Jumlah n 2 dari N 2 Sub-Total N 4 =n 1 +n 2 N 3 Persepsi persyaratan kredit: Berat 97 54,80 17 10,97 114 34,33 Sedang 71 40,11 76 49,03 147 44,28 Ringan 9 5,09 62 40,00 71 21,39 Persepsi tingkat bunga: Tinggi 97 54,80 0,00 97 29,22 Sedang 72 40,68 44 28,39 116 34,94 Rendah 8 4,52 111 71,61 119 35,84 59 Dari data tabel 5.7 di atas, persepsi terbanyak atau 44,28 persen dari rumah tangga usaha mikro menganggap bahwa persyaratan untuk pengajuan KUR tidak sulit, namun juga tidak gampang. Namun untuk rumah tangga usaha mikro yang tidak meminjam KUR, menganggap bahwa persyaratan kredit di bank adalah berat sekitar 54,8 persen. Persepsi subyektif mereka karena faktor ketidaktahuan tentang program dan cara mengajukan, dengan kata lain kurang informasi sebesar 40,36 persen alasan rumah tangga tidak meminjam KUR tabel 5.4. Untuk rumah tangga usaha mikro yang meminjam KUR pun menganggap bahwa persyaratan untuk mendapatkan pinjaman sekitar 49,63 persen menjawab sedang, dengan alasan harus memiliki agunan. Namun untuk persepsi tingkat suku bunga, 71,61 persen nasabah KUR menjawab bahwa tingkat suku bunga KUR rendah. Untuk tingkat suku bunga tinggi, tidak ada satu pun nasabah yang memiliki persepsi tingkat suku bunga KUR tinggi. Sebaliknya, untuk rumah tangga usaha mikro non KUR yang memiliki persepsi tingkat suku bunga tinggi sebesar 54,8 persen dan persepsi tingkat suku bunga sedang 40,68 persen. Rumah tangga tersebut pun karena tidak mengetahui dengan pasti program KUR yang sebenarnya. Sedangkan yang menganggap tingkat suku bunga rendah adalah sebagian yang memang mengetahui program KUR. Dengan karakteristik-karakteristik yang sudah diuraikan di atas, belum nampak alasan apa yang menjadikan rumah tangga usaha mikro meminjam KUR atau tidak. Berdasarkan data yang dikumpulkan, ini menjelaskan bahwa dari total 332 unit rumah tangga usaha mikro tersebut, ada 166 unit rumah tangga atau 50 persen yang pernah mengajukan kredit. Dari jumlah ini, terdapat 134 units rumah tangga 80,72 persen yang permohonan dan jumlah kreditnya disetujui semua. Kelompok ini berarti kredit tidak dibatasi secara kuantitas non quantity rationed. Sedangkan 21 unit rumah tangga usaha mikro 12,65 persen disetujui, namun tidak menerima semua kredit yang diajukan. Kelompok ini masuk sebagai kategorikan kredit dengan sebagian kuantitasnya dibatasi partially quantity rationed. Pembatasan kredit oleh pihak bank tersebut, tanpa memberikan alasan kepada nasabah. Sedangkan sisanya 11 unit rumah tangga usaha mikro atau 6,63 persen permohonannya ditolak oleh bank tanpa memberikan alasan. Kelompok yang ditolak ini masuk sebagai kategori yang dibatasi kreditnya secara penuh fully quantity rationed. Dari 332 rumah tangga usaha mikro yang tidak pernah mengajukan KUR ada 166 unit 50 persen. Dari total ini, terdapat 40 rumah tangga 24,1 persen memberikan alasan tidak membutuhkan modal tambahan atau kredit. Kelompok ini tidak termasuk juga yang dibatasi kreditnya non quantity rationed . Tidak butuh kredit di sini no need bukan berarti rumah tangga usaha mikro tersebut memiliki cukup modal untuk mengembangkan usaha, namun karena alasan tidak mampu mengembangkan skala ekonomi atau produksinya karena keterbatasan pelanggan yang dimiliki. Alasan terbanyak tidak mengajukan KUR adalah alasan tidak tahu program KUR karena kurangnya informasi yaitu sebanyak 67 unit 40,36 persen rumah tangga usaha mikro. Kelompok ini masuk yang fully quantity rationed. Sebagian pernah mendengar tentang KUR, namun tidak tahu bagaimana proses untuk mengajukan kredit tersebut. Alasan lain rumah tangga tidak mengajukan KUR adalah rasa takut akan resiko kredit risk averse yaitu sekitar 56 units 33,73 persen rumah tangga usaha mikro. Kurangnya pengetahuan dan pendidikan, memberikan persepsi bahwa persyaratan, tingkat suku bunga dan jaminan yang