Analisis Antar Peubah Kinerja Keuangan Menggunakan Biplot

Tabel 9.2 Inefisiensi penyaluran KUR berdasarkan pola tipologi wilayah No Tipologi Wilayah Skor Karakteristik Kec. Pucakwangi: 0,926 1. Sumber daya fisik wilayah Pegunungan kapur. Sebagai kecamatan paling ujung menyebabkan wilayah ini kurang aktifitas ekonominya dibandingkan dengan wilayah lain, sehingga mendorong penyaluran KUR yang kurang optimal dan sangat tidak efisien apalagi penyaluran KUR diperebutkan oleh dua bank unit yaitu PW dan KW. KW mampu mencapai efisien karena letaknya berbatasan dengan kecamatan Winong, sedangkan PW berbatasan dengan pegunungan. 2. Sumber daya manusia Jumlah penduduk di Kec. Pucakwangi hanya 40.847 termasuk lima terkecil dengan 10.865 penduduknya miskin yang berarti skala ekonomi dalam penyaluran KUR pun kecil. Kec. Jakenan 0,861 1. Sumber daya fisik wilayah Daerah barat Jakenan merupakan DAS Sungai Juwana yang setiap musim penghujan menjadi langganan banjir akibat meluapnya Sungai Juwana. Pada awal tahun 2008, banjir menenggelamkan daerah barat Kecamatan Jakenan hingga kedalaman 3,5 meter yang berlangsung selama lebih dari satu bulan. Faktor ini yang mendorong penyaluran KUR di kecamatan ini tidak optimal dan sangat tidak efisien. 2. Sumber daya manusia Jumlah penduduk di Kec. Jakenan hanya 40.588 termasuk dua terkecil dengan 11.625 penduduknya miskin yang berarti skala ekonomi dalam penyaluran KUR pun kecil. 3. Aktifitas ekonomi Mata pencaharian penduduk Kecamatan Jakenan sebagian besar adalah bertani dengan memanfaatkan lahan pertanian berupa sawah tadah hujan. Sebagian lagi menggantungkan hidup sebagai buruh pada berbagai industri yang ada di kota Juwana dan Pati Kota. Karena minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia maka tidak sedikit warga yang pergi merantau ke lain daerah bahkan ke luar negeri, seperti umumnya warga Kabupaten Pati lainnya. Kurangnya aktifitas ekonomi menyebabkan kurang optimalnya penyaluran KUR. Sumber: BPS Kabupaten Pati, 2012 95 kedua adalah inefisen yang rendah warna hijau sebanyak 15 unit 42,86 persen dan sangat inefisien warna kuning sebanyak 2 atau 5,71 persen yaitu bank unit JKN dan PW gambar 9.1. Terdapat 21 kecamatan di Kabupaten Pati. Kedua bank unit yang memiliki inefisien yang tinggi berada di bawah wilayah Pati atau bagian selatan. Wilayah Pucakwangi merupakan wilayah tenggara paling ujung berbatasan dengan Kabupaten Blora yang dipisahkan oleh gunung kapur. Wilayah Jakenan juga berada di bagian tenggara kabupaten Pati. Berdasarkan gambar peta dibawah, wilayah Pati bagian Selatan yang tidak efisien warna hijau adalah kecamatan Jaken, Winong, Tambakromo dan sebagian Gabus. Sisanya berada dalam kondisi efisien untuk wilayah selatan kabupaten Pati. Kecamatan Pucakwangi . Kecamatan Jakenan, Jaken, Pekalongan dan Pucakwangi dulu merupakan wilayah dengan kawedanan yang sama yaitu Jakenan. Di kecamatan ini terdapat dua bank unit yaitu PW dan KW dimana KW tercapai efisiensi namun PW tidak efisien. Wilayah-wilayah ini merupakan wilayah dengan tipologi yang sama yang berada di wilayah selatan dan timur kabupaten Pati. Kecamatan Pucakwangi merupakan wilayah tenggara paling ujung yang berbatasan dengan kabupaten Blora yang dibatasi oleh pegunungan Kapur. Sebagai wilayah paling ujung menyebabkan wilayah ini kurang aktifitas ekonominya dibandingkan dengan wilayah lain, sehingga mendorong penyaluran KUR yang kurang optimal dan sangat tidak efisien apalagi penyaluran KUR diperebutkan oleh dua bank unit. Kecamatan Jakenan . Kecamatan Jakenan terletak di bagian timur Kabupaten Pati sekitar 16 km ke arah timur kota Pati. Berada di ketinggian antara 10-25 meter dpl. Di sebelah barat berbatasan dengan Pati kota yang dibatasi oleh sungai terbesar di Kabupaten Pati, yaitu Sungai Juwana. Seluruh wilayahnya terletak di dataran rendah dengan tanah berjenis aluvial. Daerah barat yang menjadi Daerah Aliran Sungai Sungai Juwana setiap tahun pada musim penghujan menjadi langganan banjir akibat meluapnya Sungai Juwana. Pada awal tahun 2008, banjir menenggelamkan daerah barat Kecamatan Jakenan hingga kedalaman 3,5 meter yang berlangsung selama lebih dari satu bulan. Faktor ini yang mendorong penyaluran KUR di kecamatan ini tidak optimal dan sangat tidak efisien. Secara administratif, Kecamatan Jakenan terdiri atas 23 desa yang terbagi ke dalam 58 Rukun Warga RW dan 341 Rukun Tetangga RT. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Jakenan sebagian besar adalah bertani dengan memanfaatkan lahan pertanian berupa sawah tadah hujan. Sebagian lagi menggantungkan hidup sebagai buruh pada berbagai industri yang ada di kota Juwana dan Pati Kota. Karena minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia maka tidak sedikit warga yang pergi merantau ke lain daerah bahkan ke luar negeri, seperti umumnya warga Kabupaten Pati lainnya. Selain padi, produk pertanian daerah ini adalah kedelai dan kacang hijau.Perekonomian Kecamatan Jakenan mepunya tiga pasar : pertama Pasar Jakenan yang diberi nama Pasar GO REJO Pasar ini digunakan sebagai Pasar Orang dan Pasar Hewan namun pasar ini mulai sepi. Kedua Pasar Sembaturagung yang disebut Pasar Jagan bertempat di Desa Sembaturagung dibuka setiap hari. Ketiga Pasar Banglean yang terdapat di desa Tambahmulyo. Wilayah lain yang tidak efisien atau inefisien rendah ada 15 dari bank unit yaitu BM, GS, GB, JK, MR, MH, TK, WR, WN, J1, PK1, TY, NG, PH dan PL. Kecamatan Widarijaksa . Wilayah Kecamatan Widarijaksa merupakan wilayah bank unit yang tidak efisien karena kecamatan ini merupakan wilayah tersempit kedua di Kabupaten Pati. Sebagai wilayah tersempit kedua mempengaruhi penyaluran KUR yang tidak optimal sehingga terjadi inefisien. Apalagi di kecamatan ini terdapat dua bank unit WR dan PH, keduanya penyaluran KUR tidak efisien. Kecamatan Wedarijaksa terletak lebih kurang 9 km ke arah utara kota Pati. Terletak di ketinggian antara 1-28 meter dpl, wilayah kecamatan Wedarijaksa terdiri dari tanah Regasol, Latosol dan sebagian lagi berjenis Red yellow mediteran. Dengan luas wilayah seluas 4.085 ha yang terdiri atas lahan persawahan seluas 1.967 dan lahan bukan sawah seluas 2.118. Penduduk kecamatan Wedarijaksa berjumlah 57.666 jiwa dengan komposisi 28.630 jiwa laki-laki dan sisanya 29.036 jiwa perempuan. Sebagian besar penduduk kecamatan Wedarijaksa berprofesi sebagai petani dengan komoditas utama padi, tebu, palawija dan tanaman buah. Selain itu tidak sedikit pula yang berprofesi di bidang niaga, industri rumah tangga dan pelayanan jasa. Dalam bidang ekonomi, masyarakat kecamatan Wedarijaksa memiliki 6 buah pasar tradisional yang salah satunya terletak di pusat kota kecamatan. Kecamatan Jaken . Kecamatan Jaken terletak di ujung timur dan tenggara dari Kabupaten Pati yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Rembang. Ibu kota kecamatan ini terletak 30 km ke arah barat dari ibu kota kabupaten Pati. Luas wilayahnya 58,52 km persegi dengan jumlah penduduk 45.209 jiwa yang tersebar di 21 desa. Di bagian selatan Kecamatan jaken ini dibatasi oleh pegunungan kapur utara. Kurangnya aktifitas ekonomi dibandingkan dengan kecamatan lain mendorong penyaluran KUR tidak optimal di wilayah ini. Kecamata Winong . Bank unit PL dan WN berada di wilayah Kecamatan Winong. Keberadaan dua bank unit dalam suatu wilayah kecamatan menyebabkan masing-masing bank unit kurang optimal dan tidak efisien dalam menyalurkan KUR meskipun bank unit WN inefisiensinya 0,999. Meskipun kecamatan Winong merupakan kecamatan dengan ibukota kecamatan terbesar setelah Pati, Juwono dan Tayu, tapi nampaknya penyaluran KUR belum optimal. Kecamatan Margoyoso . Di kecamatan ini terdapat dua bank unit BM yang tidak efisien dan NGP yang mampu efisien. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, petani tambak, nelayan, wiraswasta dan buruh. Margoyoso dikenal dengan industri tepung tapioka, tepatnya di Desa Ngemplak Kidul. Dengan adanya industri di desa Ngemplak ini mendorong penyaluran KUR di bank unit NGP bisa optimal. Di daerah ini terdapat wisata religi Makam Syekh Ronggo Kusumo di Desa Ngemplak Kidul dan Makam Syekh Akhmad Mutamakkin di Desa Kajen, serta wisata alam Tambak Buntu. Hal ini yang mendorong kegiatan aktifitas ekonomi di wilayah ini meningkat. Kecamatan Margorejo . Secara geografis kecamatan ini berada di wilayah barat kabupaten Pati. Terdiri dari 18 desa, 28 dukuh, 62 rukun warga dan 318 rukun tetangga. Jumlah penduduk 56.731 orang. Topografi permukaan daratan kecamatan ini relatif datar dengan sedikit perbukitan. Luas tanah sekitar 6.181 hektar, terbagi tanah sawah seluas 2.755 hektar dan bukan sawah seluas 3.426 hektar. Di wilayah bagian selatan kecamatan Margorejo merupakan dataran rendah dilalui sungai Silugonggo yang cukup besar, dan setiap tahun menggenangi desa Langenharjo, desa penambuhan dan desa jambean kidul. 97 Kerugian yang ditimbulkan oleh banjir ini sangat besar. Dengan kondisi seperti ini mempengaruhi penyaluran KUR karena bank menghindari gagal kredit. Gambar 9.1 Peta tipologi wilayah berdasarkan efisiensi KUR di Kabupaten Pati