Perbankan penyalur KUR di Kabupaten Pati
                                                                                59 Dari data tabel 5.7 di atas, persepsi terbanyak atau 44,28  persen dari rumah
tangga usaha mikro menganggap bahwa persyaratan untuk pengajuan KUR   tidak sulit, namun juga tidak gampang. Namun untuk rumah tangga usaha mikro  yang
tidak  meminjam  KUR,  menganggap  bahwa  persyaratan  kredit  di  bank  adalah berat  sekitar  54,8  persen.  Persepsi  subyektif  mereka  karena  faktor  ketidaktahuan
tentang program dan cara mengajukan, dengan kata lain kurang informasi sebesar 40,36 persen alasan rumah tangga tidak meminjam KUR tabel 5.4. Untuk rumah
tangga  usaha  mikro  yang  meminjam  KUR  pun  menganggap  bahwa  persyaratan untuk  mendapatkan  pinjaman  sekitar  49,63  persen  menjawab  sedang,  dengan
alasan  harus  memiliki  agunan.  Namun  untuk  persepsi  tingkat  suku  bunga,  71,61 persen  nasabah  KUR  menjawab  bahwa  tingkat  suku  bunga  KUR  rendah.  Untuk
tingkat  suku  bunga  tinggi,  tidak  ada  satu  pun  nasabah  yang  memiliki  persepsi tingkat suku bunga KUR tinggi. Sebaliknya, untuk rumah tangga usaha mikro non
KUR  yang  memiliki  persepsi  tingkat  suku  bunga  tinggi  sebesar  54,8  persen  dan persepsi  tingkat  suku  bunga  sedang  40,68  persen.  Rumah  tangga  tersebut  pun
karena tidak mengetahui dengan pasti program KUR yang sebenarnya. Sedangkan yang  menganggap  tingkat  suku  bunga  rendah  adalah  sebagian  yang  memang
mengetahui program KUR.
Dengan  karakteristik-karakteristik  yang  sudah  diuraikan  di  atas,  belum nampak alasan apa yang menjadikan rumah tangga usaha mikro meminjam KUR
atau tidak. Berdasarkan data yang dikumpulkan, ini menjelaskan bahwa dari total 332 unit rumah tangga usaha mikro tersebut, ada 166 unit rumah tangga atau 50
persen yang pernah mengajukan kredit. Dari jumlah ini, terdapat 134 units rumah tangga  80,72  persen  yang  permohonan  dan  jumlah  kreditnya  disetujui  semua.
Kelompok ini berarti kredit tidak dibatasi secara kuantitas non quantity rationed. Sedangkan  21  unit  rumah  tangga  usaha  mikro  12,65  persen  disetujui,  namun
tidak  menerima  semua  kredit  yang  diajukan.  Kelompok  ini  masuk  sebagai kategorikan  kredit  dengan  sebagian  kuantitasnya  dibatasi  partially  quantity
rationed.
Pembatasan kredit oleh pihak bank tersebut, tanpa memberikan  alasan kepada nasabah. Sedangkan sisanya 11 unit rumah tangga usaha mikro atau 6,63
persen  permohonannya  ditolak  oleh  bank  tanpa  memberikan  alasan.  Kelompok yang  ditolak  ini  masuk  sebagai  kategori  yang  dibatasi  kreditnya  secara  penuh
fully  quantity  rationed.  Dari  332  rumah  tangga  usaha  mikro  yang  tidak  pernah mengajukan  KUR  ada  166  unit  50  persen.  Dari  total  ini,  terdapat  40  rumah
tangga  24,1  persen  memberikan  alasan  tidak  membutuhkan  modal  tambahan atau  kredit.  Kelompok  ini  tidak  termasuk  juga  yang  dibatasi  kreditnya  non
quantity  rationed
.  Tidak  butuh  kredit  di  sini  no  need  bukan  berarti  rumah tangga usaha mikro tersebut memiliki cukup modal untuk mengembangkan usaha,
namun  karena  alasan  tidak  mampu  mengembangkan  skala  ekonomi  atau produksinya karena keterbatasan pelanggan yang dimiliki.
Alasan terbanyak tidak mengajukan KUR adalah alasan tidak tahu program KUR  karena  kurangnya  informasi  yaitu  sebanyak  67  unit  40,36  persen  rumah
tangga usaha mikro. Kelompok ini masuk yang  fully quantity rationed. Sebagian pernah  mendengar  tentang  KUR,  namun  tidak  tahu  bagaimana  proses  untuk
mengajukan  kredit  tersebut.  Alasan  lain  rumah  tangga  tidak  mengajukan  KUR adalah  rasa  takut  akan  resiko  kredit  risk  averse  yaitu  sekitar  56  units  33,73
persen  rumah  tangga  usaha  mikro.  Kurangnya  pengetahuan  dan  pendidikan, memberikan  persepsi  bahwa  persyaratan,  tingkat  suku  bunga  dan  jaminan  yang
besar  untuk  mendapatkan  kredit  bank.  Termasuk  juga  kategori  takut  yaitu  kuatir jika tidak bisa membayar, maka rumah atau sawah akan langsung disita. Beberapa
rumah  tangga  juga  memberikan  alasan  takut  bank  adalah  berkaitan  dengan ketidaknyamanan  diri  memiliki  hutang.  Terakhir,  terdapat  3  rumah  tangga  usaha
mikro  yang  tidak  mengajukan  kredit  karena  merasa  diri  tidak  memiliki  jaminan apapun,  sehingga  dirinya  yakin  kalau  mengajukan  pun  juga  ditolak  subjective
self-selected  out
.  Dua  terakhir  alasan  tidak  mengajukan  kredit  termasuk  dalam kelompok fully quantity credit-rationed.
Dari  uraian  diatas  maka  jumlah  kelompok  yang  kredit  tidak  dibatasi  non quantity credit-rationed
adalah 174 =134 dan 40 unit rumah tangga mikro atau 52,41  persen  dan  partially  quantity  credit-rationed  21  unit  6,33  persen  begitu
juga  fully  quantity  rationed  137  =11,67,56  dan  3  unit  atau  41,26  persen. Penelitian  lain  tentang  credit  rationed    juga  dilakukan  oleh  Dufhues  and
Buchenrieder,  2005;  Fletschner,  2008;  Mohamed  and  Temu  2009;  Shoji  et  al. 2012;  Helsen  and  Chmelar  2014.  Shoji  mengklasifikasikan  sebagai  credit
constrained
15,9  persen  dan  credit  unconstrained  84,1  persen  untuk  akses kredit.  Berdasarkan  data  Household  Finance  and  Consumption  Survey  HFCS,
Helsen dan Chmelar menulis bahwa 8,1 persen rumah tangga orang Eropa dibatasi kredit dan 5-7 persen tidak mengajukan kredit karena beranggapan akan ditolak.
Tabel 5.8  Pengajuan kredit rumah tangga usaha mikro
Total  rumah  tangga  usaha mikro N = 332
Tidak mengajukan KUR N
1
=166 Mengajukan KUR
N
2
=166 Jumlah
dari N
1
Jumlah dari N
2
Jumlah Pengajuan diterima semua
134  80,72 Jumlah Pengajuan ditolak
sebagian 21
12,65 Jumlah pengajuan ditolak
semua 11
6,63 Alasan tidak mengajukan
KUR; Tidak tahu programproses
pengajuan 67
40,36 Tidak butuh
40 24,10
Takut 56
33,73 Apriori dengan bank
3 1,81
                