Karakterisik Rumah Tangga Usaha Mikro

Nama variabel Mean Standar Dev Min Max Keuntunganminggu; 627.200 643.026 -300.000 4.000.000 KUR 792.951 750.757 -300.000 4.000.000 Bukan KUR 482.050 488.943 50.000 3.650.000 Tabunganminggu; 129.186 198.317 1.750.000 KUR 165.000 225.607 1.750.000 Bukan KUR 97.824 165.262 1.500.000 Pendapatan sampinganminggu 49.503 143.178 2.000.000 KUR 56.903 183.195 2.000.000 Bukan KUR 43.022 95.385 540.000 Pendapatan pasanganminggu 120.997 172.156 1.200.000 KUR 112.548 155.763 750.000 Bukan KUR 128.395 185.450 1.200.000 Total pendapatanminggu 797.700 619.289 50.000 4.000.000 KUR Bukan KUR Pengeluaran makananminggu 218.139 136.129 1.239.750 KUR Bukan KUR Pengeluaran non makanmgg 944.996 1.087.205 5.000.000 Total Pengeluaran 1.816.560 1.087.205 9.059.000 Tenaga kerja orang 0,69 1,16 5 Indikator Kondisi tempat tinggal 4,98 0,86 1 6 Indikator kepemilikan aset 1,95 1,04 4 Modal kerja per minggu adalah modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan atau operasional usaha selama seminggu. Rata-rata modal kerja usaha mikro per minggu mencapai Rp 2,9 juta. Sebenarnya setiap usaha memiliki biaya awal atau modal kerja yang digunakan untuk beroperasi atau beraktifitas. Namun dalam penelitian ini ternyata terdapat 2 responden yang memiliki modal kerja minimal yaitu Rp 0. Setelah dilakukan penelusuran data, ternyata jenis usaha yang dilakukan orang tersebut adalah sebagai makelar. Dalam kenyataan, sebenarnya makelar pun membutuhkan modal kerja meskipun sedikit seperti biaya pulsa maupun bahan bakar yang digunakan. Namun, karena keterbatasan responden dalam memberikan jawaban maka bias ini diabaikan. Modal kerja rumah tangga usaha mikro tanpa KUR kurang dari Rp 5 juta per minggu sebanyak 159 unit, antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta sebanyak 14 unit, sisanya diatas Rp 10 juta sebanyak 3 orang. Sedangkan rumah tangga usaha mikro yang membutuhkan modal kerja sampai Rp 5 juta per minggu sebanyak 123 unit, antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta sebanyak 21 unit, sisanya 11 unit membutuhkan modal kerja diatas Rp 10 juta per minggunya. Omset adalah perputaran penjualan oleh rumah tangga usaha mikro dengan rata-ratanya sebesar Rp 3,5 juta per minggu. Rumah tangga usaha mikro baik yang menggunakan KUR maupun tidak memiliki omset sampai Rp 5 juta per minggu sebanyak 267 unit, omset antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta mencapai 50 73 unit dan sisanya sebanyak 15 unit. Keuntungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laba kotor tanpa memasukkan biaya-biaya operasional yang mungkin ada. Tidak semua rumah tangga usaha mikro mendapatkan keuntungan, ada satu rumah tangga usaha mikro yang mengalami kerugian. Sedangkan usaha mikro yang mendapatkan keuntungan dalam penelitian ini tidak ada yang mencapai Rp 5 juta per minggunya. Total pendapatan merupakan penjumlahan dari keuntungan usaha yang diperoleh ditambah pendapatan sampingan dan pendapatan pasangan. Total pengeluaran adalah penjumlahan dari pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran non makanan. Terdapat 1 responden yang menjawab tidak mengeluarkan biaya baik untuk makanan dan non makanan dengan alasan segala kebutuhan masih ditanggung oleh kedua orang tuanya. Rata-rata rumah tangga usaha mikro mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 0,69 orang, dengan maksimal tenaga kerja ada 5 orang per usaha mikro. Sedangkan kondisi tempat tinggal merupakan proksi dari status kepemilikan rumah milik sendiri =1, lainnya 0, jenis atap rumah terluas genting=1, 0 lainnya, jenis dinding terluas tembok=1, 0 lainnya, jenis lantai terluas bukan tanah=1, dan tanah =0, cara memperoleh air minum jika membeli = 1, dan lainnya = 0, fungsi buang air besar 1= memiliki, 0= lainnya. Hasilnya berkisar 0 sampai 6, semakin besar skornya maka semakin bagus kondisi rumahnya. Rumah tangga usaha mikro yang memiliki skor tempat tinggal antara 1 sampai 3 sebanyak 15, sedangkan sisanya atau 317 rumah tangga memiliki skor diatas 3 yang berarti kebanyakan rumah tangga usaha mikro memiliki tempat tinggal yang layakbaik. Sedangkan indikator untuk kepemilikan aset merupakan proksi dari memiliki kendaraan baru atau tidak pada saat dilakukan penelitian 1 = membeli baru, 0 lainnya, memiliki alat telekomunikasi HP 1 = memiliki HP, 0 lainnya, kepemilikan ternak baik unggas, maupun ternak besar 1= memiliki,0 lainnya. Terakhir, apakah responden memiliki sawahladangkebun. Skor kepemilikan aset ini mendapatkan range dari 0 sampai dengan 4. Semakin tinggi semakin bagus. Terdapat 15 unit yang memiliki skor 0 yang berarti indikator kepemilikan asetnya rendah, tidak memiliki kendaraan atau kendaraan baru, tidak memiliki HP, ternak maupun sawahladangkebun. Yang memiliki skor 1 sampai 2 sebanyak 216 unit dan yang memiliki skor 3 sampai 4 sebanyak 101 unit.

7.2 Dampak KUR Pada Rumah Tangga Usaha Mikro

Variabel-variabel di tabel 7.2 berikut adalah variabel yang mempengaruhi rumah tangga untuk berpartisipasi ke kredit usaha rakyat. Meskipun variabel- variabel tersebut tidak mempengaruhi pada variabel hasil tetapi berfungsi sebagai kovariat dalam proses pencocokan dalam menentukan skor propensity antara kelompok partisipan KUR dan kelompok kontrol non KUR. Terdapat 14 variabel-variabel yang digunakan dalam proses pencocokan dan yang signifkan mempengaruhi rumah tangga usaha mikro untuk mengakses KUR adalah jenis kelamin, jenis usaha, lama usaha, hambatan usaha, kepemilikan rekening bank dan alternatif pinjaman lain. Tabel 7.2 Estimasi probit untuk skor propensity KURbukan KUR Koefisien Z P ā”‚zā”‚ Jenis kelamin 0.514993 2.86 0.004 Usia -0.0037549 -0.33 0.743 Status perkawinan 0.3875013 1.14 0.255 Pendidikan -0.1047917 -1.04 0.297 Jumlah tanggungan -0.0069678 -0.10 0.922 Jenis usaha 0.1600514 1.75 0.080 Lama Usaha -0.039715 -2.41 0.016 Jarak ke bank -0.0059691 -0.25 0.799 Lama jam kerja -0.0011672 -0.34 0.737 Hambatan usaha 0.4538475 2.59 0.010 Rekening bank 0.662692 3.98 0.000 Pekerjaan sampingan -0.2532719 -1.33 0.184 Pasangan bekerja 0.1244723 0.71 0.477 Pinjaman lain -0.5099271 -3.51 0.000 Jumlah observasi : 332 LR chi 2 14 : 105.70 Probchi 2 : 0.0000 Pseudo R 2 : 0.2304 Log likehood : -176.54466 signifikan 1, signifikan 5 dan signifikan 10 Dengan menggunakan metode pencocokan the nearest neigbor matching with no replacement yaitu nilai skor propensity yang terdekat untuk dapat dibandingkan antara kelompok kontrol tanpa KUR dengan kelompok partisipan dengan KUR dan skor tersebut hanya bisa dilakukan untuk sekali pencocokan saja, maka diperoleh nilai the average treatment effect on the treated ATT. Nilai ATT inilah sebagai nilai beda atau different antara kelompok partisipan dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini metode pencocokan yang akan digunakan adalah Nilai ATT dengan menggunakan metode pencocokan the nearest neighbor ATT di tabel 7.3 dan ATT setelah dilakukan uji bias atau balancing test ditabel 7.5. Tabel 7.3 Dampak KUR menggunakan propensity score matching dengan metode the nearest neigbor Variabel Sampel KUR Tanpa KUR Perbedaan S.E T-test Modal kerja Unmatched 3748193 2163429 1584764 512109 3.09 ATT 2695432 2499530 195901 579418 0.34 Penjualan Unmatched 4541145 2645480 1895664 553966 3.42 ATT 3305277 3054567 250709 630880 0.40 Profit Unmatched 792951 482050 310900 68745 4.52 ATT 609845 555037 54808 79421 0.69 Tabungan Unmatched 165000 97824 67175 21533 3.12 ATT 130308 103827 26481 29150 0.91 Pendapatan Unmatched 56903 43022 13880 15755 0.88 sampingan ATT 40185 40370 -185 14926 -0.01 Pendapatan Unmatched 112548 128395 -15847 18947 -0.04 Pasangan ATT 13827 136666 2160 27737 0.08 75 Variabel Sampel KUR Tanpa KUR Perbedaan S.E T-test Total Unmatched 962403 653468 308934 66705 4.68 Pendapatan ATT 788858 732074 56783 75738 0.75 Share pengeluaran Unmatched 27,1628 38,1043 -10,9414 1,71 -6,40 Makanan ATT 29,3879 35,8391 -6,4511 2,41 -2.67 Jumlah Unmatched 0.980645 0.429378 0.55126 0.12385 4.45 Pekerja ATT 0.728395 0.604938 0.12345 0.18399 0.67 Kondisi Unmatched 5.12280 4.87056 0.2525 0.09255 0.79 Tempat tinggal ATT 4.97530 4.86419 0.1111 0.14024 2.94 Kepemilikan Unmatched 2.12258 1.79096 0.33162 0.11263 2.94 Aset ATT 2.0246 2.06172 -0.03707 0.161322 -0.23 Unmatched = sebelum pencocokan ATT = Average threatment on the treated Pada tabel di atas, dampak KUR yang diukur adalah pada kinerja ekonomi rumah tangga usaha mikro seperti modal kerja, sebelum dilakukan pencocokan memiliki perbedaan sebesar Rp 1,58 juta, namun setelah dilakukan pencocokan, perbedaan yang ditunjukkan pada ATTnya sekitar Rp 195,901. Dari hasil olahan tersebut KUR memberikan dampak kenaikan pada modal kerja, penjualan, keuntungan, dan tabungan namun tidak signifikan. Untuk dampak pada pendapatan dari pekerjaan sampingan, sebelum dilakukan pencocokan terjadi perbedaan sebesar Rp 13,880 namun setelah dilakukan pencocokan maka dampak KUR terhadap pendapatan sampingan turun sebesar Rp 185. Total pendapatan mengalami kenaikan dengan adanya KUR, namun untuk share pengeluaran makanan mengalami penurunan. Jumlah pekerja atau penyerapan tenaga kerja mengalami kenaikan juga diikuti oleh kondisi tempat tinggal, namun mengalami penurunan untuk indikator kepemilikan aset. Dalam proses pencocokan PSM ini, banyaknya kovariat yang mendapatkan pasangan pencocokan atau common support tabel 7.4 totalnya sebesar 258 unit terdiri dari 177 unit kelompok kontrol dan 81 unit kelompok treatment. Ada sekitar 74 unit kelompok treatment yang dibuang selama pencocokan. Tabel 7.4 Jumlah kovariat yang digunakan Kovariat Tidak digunakan Digunakan Total Bukan KUR 177 177 KUR 74 81 155 Total 74 258 332 Hasil perbedaan rata-rata dalam tahap awal tabel 7.3 perlu dilakukan tes untuk menguji bias dari masing-masing variabel yang digunakan dalam proses pencocokan atau balancing test antara kelompok yang mendapatkan KUR dengan kelompok tanpa KUR untuk melihat kemungkinan bias yang ada. Berdasarkan balancing test di lampiran 4, ternyata masih ada perbedaan yang masih signifikan antara dua kelompok meskipun sudah dilakukan pencocokan. Bias yang terjadi masih sangat tinggi diantara semua variabel-variabel. Sehingga bias yang tinggi tersebut apalagi negatif, dibuang dari proses pencocokan. Oleh karena itu, variabel yang akan digunakan untuk analisis pencocokan skor propensity adalah jenis kelamin, pendidikan, jumlah tanggungan, jenis usaha, jam kerja dan pekerjaan sampingan. Dengan hanya menggunakan tujuh variabel-variabel tersebut maka hasil perbedaan ATT yang baru tersaji pada tabel 7.5 berikut. Tabel 7.5 Dampak KUR menggunakan propensity score matching dengan metode the nearest neigbor setelah balancing test Variabel Sampel KUR Tanpa KUR Beda S.E T-test Modal kerja Unmatched 3.748.193 2.163.429 1.584.764 512.109 3.09 ATT 3.575.092 2.566.157 1.008.935 734.842 1.37 Penjualan Unmatched 4.541.145 2.645.480 1.895.664 553.966 3.42 ATT 4.315.532 3.127.037 1.188.495 788.171 1.51 Profit Unmatched 792.951 482.050 310.900 68.745 4.52 ATT 740.439 560.879 179.560 86.374 2.08 Tabungan Unmatched 165.000 97.824 67.175 21.533 3.12 ATT 141.157 117.453 23.703 23.868 0.99 Pendapatan Unmatched 56.903 43.022 13.880 15.755 0.88 sampingan ATT 61.990 34.027 27.962 21.937 1.27 Pendapatan Unmatched 112.548 128.395 -15.847 18.946 -0.84 Pasangan ATT 129.074 128.287 787 23.868 0.03 Total Unmatched 962.403 653.468 308.934 66.075 4.68 pendapatan ATT 931.504 723.194 208.310 82.434 2.53 Share Unmatched 27,16 38,10 - 10,941 1,710 -6.4 Makanan ATT 28,26 36,92 -8,671 2,046 -4.2 Jumlah Unmatched 0,98064 0,429378 0,55126 0,123 4.45 Pekerja ATT 0,88888 0,509259 0,37962 0,158 2.4 Kondisi Unmatched 5,12280 4,870056 0,25252 0,093 2.7 Tempat tinggal ATT 5,0 4,861111 0,13888 0,1237 1.12 Kepemilikan Unmatched 2,12258 1,790960 0,33162 0,1126 2.94 Aset ATT 2,15740 1,907407 0,25 0,1421 1.76 signifikan 1, signifikan 5 dan signifikan 10 Unmatch = sebelum pencocokan Banyaknya kovariat untuk the nearest neighbor dalam proses pencocokan yang dipakai sebanyak 276 unit yang terdiri dari 99 kelompok partisipan dan 177 kelompok kontrol. Terdapat 56 unit yang dibuang dalam proses pencocokan tersebut. Tabel 7.6 Jumlah kovariat yang digunakan setelah balancing test Kovariat Tidak digunakan Digunakan Total Bukan KUR 177 177 KUR 56 99 155 Total 56 276 332 Dari hasil tabel 7.5 di atas maka dampak KUR dengan tingkat signifikansi 1 persen adalah share pengeluaran untuk makanan. KUR juga memberikan