Berdasarkan potensi ekosistem terumbu karang yang masih relatif baik sebagaimana diuraikan di atas, maka daerah ini memiliki potensi besar untuk
pengembangan industri wisata bahari. Kawasan ini merupakan kawasan populer bagi nelayan Batam dan wisatawan mancanegara dari Singapura yang
mempunyai dan menitipkan peralatan dan armada yang modern kepada nelayan lokal untuk berwisata memancing ikan dan mandi berjemur di pinggir pantai
berpasir-putih di pulau-pulau kecil Kelurahan Pulau Abang pada saat akhir pekan. Akan tetapi, kawasan ini sangat disayangkan belum disentuh untuk
dikelola dengan baik oleh Pemerintahan Kota Batam dalam upaya meningkatkan penghasilan nelayan dan pendapatan asli daerah PAD. Pada tahun 2006,
Bappeko Batam baru melakukan penelitian identifikasi potensi pengembangan wisata bahari di Kelurahan Pulau Abang, bekerjasama dengan Universitas
Internasional Batam UIB.
5.4 Perikanan Tangkap 5.4.1 Armada Penangkapan
Armada penangkapan ikan terdiri dari kapal motor ataupun perahu merupakan hal yang sangat vital bagi kegiatan nelayan dan penduduk di
Kelurahan Pulau Abang. Jenis sarana produksi yang umum adalah berupa kapal motor Pompong dan perahu bermesin dan tanpa mesin. Bagi nelayan,
penggunaan Pompong atau perahu bermotor lebih terfokus untuk mencari ikan ke kawasan yang lebih jauh dari pantai, sementara perahu tanpa motor sampan
dayung dioperasikan menangkap ikan di sekitar pantai. Disamping itu, kedua sarana tersebut digunakan juga sebagai alat transportasi lokal antar pulau bagi
keluarga mereka. Di Kecamatan Galang armada penangkapan ikan pada tahun 2005 terdiri
dari perahu tanpa motor 1 035 unit, armada berukuran kurang 5 GT 1 065 unit, armada berkuran kurang dari 10 GT 43 unit , armada berukuran kurang
30 GT 16 dan armada berukuran lebih dari 30 GT 6 unit DKP2 Kota Batam, 2006. Jadi, struktur kepemilikan armada tangkap ikan di daerah ini masih
didominasi berukuran skala kecil atau nelayan artisanal. Hal ini sebenarnya sebagai salah satu penyebab utama terjadinya kemiskinan nelayan di daerah ini.
5.4.2 Jenis alat tangkap
Kawasan penangkapan ikan utama di kota Batam adalah perairan sekitar Batam khususnya di perairan Kelurahan Pulau Abang, kecamatan Galang dan
Bulang sekitarnya, karena ekosistem perairan laut relatif baik dibandingkan dengan daerah lainnya di kawasan Barelang. Dalam beberapa tahun terakhir
berdasarkan keterangan dari para nelayan artisanal setempat telah terjadi penurunan hasil tangkapan dan ukuran ikan yang tertangkap juga semakin kecil
ukurannya over fishing, terutama jenis hasil tangkapan ikan karang, udang dan ikan demersal lainnya. Ada beberapa penyebab terjadinya penurunan hasil
tangkapan nelayan, selain semakin banyaknya populasi nelayan artisanal, juga disebabkan oleh pencemaran akibat penambangan pasir sand mining dan
degradasi fisik hutan mangrove yang merupakan tempat pemijahan breeding ground dan asuhan nursery ground serta tempat berlindung sebagian besar
biota laut terganggu. Di samping itu semakin beratnya tekanan aktivitas perekonomian di wilayah ini seperti pelayaran laut, bangunan kelautan
pipanisasi dan berdirinya bangunan-bangunan permanen di pinggir pantai dengan penimbun reklamasi di teluk-teluk dan lahan atas pesisir di Kota Batam
seringkali menimbulkan permasalahan, dan konflik antar pemangku kepentingan stakehoders dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan tidak bisa
dihindari. Konflik peranan kelembagaan antara Pemko Batam dengan Otorita Batam dalam memanfaatkan sumberdaya lahan pesisir dan laut telah
memberikan kontribusi besar terjadinya kerusakan ekosistem pesisir di kawasan Barelang.
Berbagai jenis alat tangkap fishing gears yang dioperasikan oleh nelayan artisanal di daerah ini sesuai dengan kebiasaan, kesukaan, keterampilan
yang dimiliki, kemampuan modal, dan serta musim, serta jenis–jenis ikan yang ditangkap. Di Kelurahan Pulau Abang, Barelang satu keluarga nelayan bisa
memiliki lebih dari satu jenis alat tangkap. Bahkan ada jenis alat tangkap yang dimiliki oleh seluruh nelayan, misalnya pancing, jaring, kelong pantai, keramba,
cedok dan bubu. Nelayan artisanal sebagian besar mengoperasikan alat tangkapnya menggunakan armada kapal motor pompong berukuran 0,5-1
gross ton GT dan tanpa motor perahu, dan sebagian kecil nelayan artisanal menggunakan kapal motor inboard berukuran lebih besar dan armada terbuat
dari kayu, seperti yang dijumpai di perkampungan nelayan artisanal. Di Kecamatan Galang pada tahun 2005 terdapat sebanyak 2 316 RTP,
dengan jumlah dan jenis alat tangkap terdiri dari 6 pukat cincin purse seine, 9 unit pukat bilis, 68 unit jaring tenggiri, 830 unit jaring pantai drift gillnet, 683 unit
bubu ikan fish trap, 302 unit bubu ketam, 113 unit jaring udang trammel net,
79 unit jala, 44 unit empang, 29 unit pukat ikan, 631 unit injap lukah dan 1 839 buah pancing sotong hand line DKP2 Kota Batam, 2006.
Tabel 31 Jenis alat tangkap yang terdapat di Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam
No Jenis Alat Tangkap
Jumlah Unit 1
Bubu 524
2 Jaring pantai
37 3
Jaring udang 113
4 Jaring udang kara
70 5
Jaring tenggiri 68
6 Jaring ketam
302 7
Jaring bawal 1
8 Kelong pantai
70 9
Kelong betawi 3
10 Rawai
28 11
Keramba tancap 20
12 Jaring lobster
18 13
Keramba apung 5
14 Pancing
171 15
Jala 79
16 Bubu ketam
179 17
Pukat bilis 9
Sumber: Pemko Batam 2005d Jadi, alat tangkap yang dominan dioperasikan di perairan Kelurahan
Pulau Abang adalah pancing hand line, kelong pantai setnet, bubu ketam, bubu ikan traps dan jaring pantai gillnet. Alat tangkap ini menjadi populer di
kalangan nelayan artisanal karena mudah dioperasikan dan murah biayanya. Berbagai jenis alat tangkap yang ditemukan di Kelurahan Pulau Abang
Sebagaimana Tabel 31. Dilihat dari aspek peralatan tangkap yang sebagian besar nelayan masih mempergunakan jenis peralatan yang sederhana dengan
daerah penangkapan masih di sekitar perairan pantai, dekat dengan tempat tinggal nelayan. Berbagai kendala penyebab kondisi sederhananya armada dan
alat tangkap yang dimiliki nelayan. Hal ini berpangkal pada ketidakmampuan nelayan artisanal dalam memperoleh modal kerja, dan masih rendahnya
sumberdaya manusia dari masyarakat nelayan, sehingga orientasi kegiatan kenelayanan masih bersifat memenuhi kebutuhan sehari-hari RTP.
5.4.3 Hasil tangkapan
Hasil tangkapan nelayan Kelurahan Pulau Abang yang paling dominan adalah cumi-cumi Loligo spp, sotong Sephia spp, dan ikan dingkis baronang:
Siganus canaliculatus, kemudian peringkat berikutnya adalah ikan ekor kuning Casio erythrogaster, ikan kerapu merahsunu Plectropomus leopardus, ikan
kerapu hitam Epinephelus tauvina, ikan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus, kerapu tikusBebek Cromileptes altivelia, kakap Lutjanus sp
dan ikan karang lainnya, serta udang Lobster. Ikan-ikan dan udang hasil tangkapan nelayan artisanal di daerah ini pada umumnya dijual dalam bentuk
segar kepada pengusaha lokal dan pengumpul atau Tauke, semua ikan segar terserap pasar karena tingginya permintaan pasar terhadap ikan.
Di kawasan Barelang nelayan-nelayan artisanal agak jarang yang menjual hasil tangkapnya secara langsung ke pasar konsumen. Komunitas
nelayan artisanal di daerah ini umumnya memiliki induk semang tauke. Ikan- ikan hasil tangkapan tersebut sebelumnya ditampung dahulu oleh pedagang
pengumpul lokal di pulau-pulau kecil seperti di pulau Abang Kecil 8 orang pedagang pengumpul, 2 orang Tauke besar, pulau Petong 5 orang pedagang
pengumpul dan pulau Nguan 2 orang pedagang pengumpul ikan. Kemudian sebagian dari hasil tangkapan ikan, udang, cumi-cumi, dan sotong ada yang
diekspor atau dijual ke pengumpul lebih besar Tauke. Harga ikan di kawasan Barelang ini berfluktuasi sesuai dengan nilai kurs
dollar yang terjadi di negara tetangga Singapura, dan dipengaruhi pula tingkat permintaan demand level, serta ketersediaan stok ikan yang ada di pasaran.
Ketersediaan stok ikan, sangat tergantung pada musim. Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagian besar ikan-ikan hasil tangkapan yang bernilai
ekonomis penting di Kelurahan Pulau Abang diekspor ke Singapura lihat rantai pemasaran ikan pada Gambar 19, dan baru sisanya sebagian kecil dari ikan-
ikan hasil tangkapan nelayan artisanal tersebut dijual ke pasar lokal di kota Batam.
Secara umum kegiatan perikanan kawasan Barelang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Sampai
saat ini kegiatan perikanan yang paling dominan dilakukan oleh masyarakat pesisir adalah kegiatan perikanan tangkap, sementara kegiatan perikanan
budidaya laut masih terbatas dan belum berkembang lihat data Tabel 32 dan 33.
Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi utama bagi nelayan artisanal di perairan Kelurahan Pulau Abang dan sekitarnya. Metode
penangkapan yang dilaksanakan nelayan artisanal masih bersifat tradisional, seperti bubu karang, jaring udang kara lobster, jaring karang empang,
pancing ikan, cedok nyomek, pancing sotong nyondet dan kelong pantai,
kecuali untuk pukat bilis Trawl dan pukat harimau Trawl yang dioperasikan nelayan pengusaha Tauke. Umumnya pada daerah ekosietm terumbu karang
yang sehat seperti ditemukan di perairan pulau Abang ikan-ikan karang merupakan spesies target jumlahnya jenis dan populasi terbanyak dengan
organisme berukuran relatif besar. Dengan jumlah populasinya yang banyak dan berbagai spesies tersebut mengisi habitat dan ekosistem terumbu karang,
kenyataan ini membuktikan bahwa ekosistem terumbu karang adalah penyokong terpenting dari hubungan dan keberadaan sumberdaya perikanan artisanal di
kawasan Barelang, seperti ikan-ikan karang. Tabel 32 Produksi perikanan menurut kecamatan di Kota Batam tontahun
Kecamatan Perikanan Laut
Budidaya Perikanan Laut Jumlah
Belakang Padang 5 067.6
37.8 5 105.4
Bulang 3 378.4
25.2 3 403.6
Galang 4 391.9
32.7 4 424.6