Kondisi Penduduk .1 Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

ketinggian gelombang mencapai 0.27-0.36 meter maksimum 2.24 meter dengan keadaan gelombang lebih kecil daripada musim angin utara Coremap 2005c. Ketinggian gelombang pada bulan-bulan tertentu dengan arah angin musim dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Ketinggian gelombang dan arah angin di perairan Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang, Kota Batam tahun 2005 No Bulan Tinggi Rerata gelombang m Tinggi max gelombang m Arah Angin musim 1 Januari 0,68 3,87 Utara 2 Februari 0,68 3,05 Utara 3 Maret 0,45 2,97 Timur Laut 4 April 0,20 5,05 Timur Laut 5 Mei 0,20 2,24 Tenggara 6 Juni 0,20 1,82 Tenggara 7 Juli 0,27 2,24 Selatan 8 Agustus 0,36 2,24 Selatan 9 September 0,36 1,82 Selatan 10 Oktober 0,20 2,24 Barat 11 November 0,14 1,44 Barat 12 Desember 0,56 3,50 utara Sumber: Coremap 2005c Dengan kondisi gelombang dan musim menurut arah angin yang berlangsung di kawasan Barelang, maka nelayan artisanal di kawasan ini melakukan pola adaptasi ekologi dalam penggunakan teknologi alat tangkap fishing gears untuk kegiatan menangkap ikan dan udang Arsyad, 1998; Pollnac, 1976. Pola adaptasi terhadap lingkungan perairan laut dilakukan melalui strategi penggunaan alat tangkap ikan dan udang oleh nelayan artisanal dilakukan secara berganti-ganti pada bulan-bulan tertentu musim. Nelayan artisanal di daerah ini mengoperasikan berbagai jenis alat tangkap seperti: pancing, bubu, jaring, kelong pantai, dan cedok yang dimilikinya. 4.6 Kondisi Penduduk 4.6.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Kantor Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang terletak di pulau Abang Kecil dan di pulau tersebut terdapat perkampungan nelayan Air Saga. Pulau Abang Kecil merupakan daerah pemukiman nelayan dengan konsentrasi yang relatif padat bila dibandingkan dengan pulau-pulau kecil lainnya, terdapat sebanyak 296 rumah tangga perikanan RTP. Pulau yang paling besar adalah pulau Abang Besar yang ditumbuhi vegetasi hutan, tetapi penduduknya relatif sedikit yakni nelayan dari suku terasing suku laut ditemukan sebanyak 14 RTP, dan pulau terbesar ketiga adalah pulau Petong 115 RTP dan berikutnya pulau Nguan dan Tanjung Cakang yang juga merupakan daerah pemukiman nelayan 145 RTP, sedangkan pulau-pulau kecil lainnya yang berada di sekitar pulau tersebut masih kosong, tidak dihuni penduduk, dan umunya belum dimanfaatkan secara optimal Pemko Batam, 2006c dan d. Berdasarkan monografi Kelurahan Pulau Abang 2006 kawasan ini merupakan daerah penghasil ikan, cumi-cumi dan udang, perairannya sangat potensial untuk kegiatan penangkapan ikan artisanal, karena ekosistem terumbu karang dan mangrove sebagian besar masih relatif baik dibandingkan dengan perairan kawasan Barelang lainnya. Ini dibuktikan lebih dari 96.36 dari jumlah penduduknya bermata-pencaharian sebagai nelayan DKP2 Batam, 2006. Dengan banyaknya pulau-pulau kecil yang ada di sekitar Kelurahan Pulau Abang, maka di perairan ini banyak pula dijumpai kawasan perairan selat-selat terlindung yang sangat cocok untuk pengembangan budidaya laut marine culture. Berdasarkan pengamatan lapangan di sekitar perairan pulau Abang Kecil dan Nguan sudah berkembang usaha budidaya laut baik skala usaha kecil maupun menengah. Pasokan benih ikan Kerapu tersedia yang diproduksi oleh Loka Balai Budidaya Laut, Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, DKP RI yang terletak di pulau Rempang Cate, Kota Batam. Berdasarkan data monografi Kelurahan Pulau Abang tahun 2006 bahwa tingkat kepadatan dan penyebaran penduduk, berdasarkan data Kelurahan Pulau Abang, sedangkan jumlah penduduk pulau Abang pada tahun 2006 tercatat sebanyak 2 282 jiwa yang tersebar dalam 556 kepala keluarga KK. Ditinjau dari karakteristik mata pencahariannya, jumlah petani sebanyak 35 KK 2.14, nelayan sebanyak 535 KK 96.3, ABRI 4 0.24, PNS 14 KK 0.86, dan sisanya penduduk lain-lain pengrajin, wiraswasta sebanyak 8 KK 0.49. Sedangkan sebanyak 845 jiwa 37.03 jiwa tidak bekerja atau menganggur. Sedangkan penduduk yang termasuk kategori pencari kerja ada sebanyak 260 orang, yang terdiri dari 201 orang pria 77.31 dan sisanya 159 orang wanita. Pemko Kota Batam, 2005d. Berdasarkan karakteristik mata pencaharian dapat dilihat bahwa penduduk atau masyarakat Kelurahan Pulau Abang sebagian besar adalah nelayan atau penduduk yang berhubungan dengan perikanan laut. Sedangkan distribusi penduduk di Kelurahan Pulau Abang sebagaimana Tabel 18. Tabel 18 Jumlah penduduk dan keluarga berdasarkan jenis kelamin dan sebaran penduduk di Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang per Juni 2006 No Kelurahan RT RW Penduduk Jumlah KK Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Pulau Abang 1 I 104 114 218 56 2 Pulau abang 2 I 142 129 271 60 3 Pulau Abang 3 I 66 94 180 41 4 Pulau Abang 4 I 81 63 144 38 Jumlah 413 400 813 195 5 Air saga 1 II 100 100 200 51 6 Air saga 2 II 93 127 220 50 Jumlah 193 227 420 101 7 Petong Barat 1 III 103 110 213 42 8 Petong Utara 2 III 103 98 199 73 Jumlah 206 208 412 115 9 Pulau Nguan 1 IV 128 114 242 62 10 Pulau Nguan 2 IV 114 130 224 45 11 Tanjung Cakang 3 IV 70 49 119 38 Jumlah 312 323 586 145 Total 11 4 1 124 1 158 2 282 556 Sumber : Pemko Batam 2005d Disamping itu ada juga sebagian penduduk yang bermata-pencaharian non perikanan sebagai alternatif tambahan penghasilan rumah tangga tetapi jumlahnya tidak begitu banyak, seperti kegiatan usaha perkebunan, perdagangan dan peternakan sebagaimana ditampilkan pada Tabel 19. Kawasan yang menjadi lokasi pemukiman penduduk di Kelurahan Pulau Abang terletak di bagian tenggara dan barat Pulau Abang Kecil. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat pemukiman karena terlindung dan letaknya pada perairan teluk-teluk selat-selat. Kondisi pemukiman terpusat sepanjang garis pantai dan agak menjorok ke perairan, sehingga waktu air laut pasang di kolong rumah penduduk sebagian besar digenangi air dan pada waktu surut kondisi kolong rumah mengering. Di samping itu sebagian kecil perumahan penduduk mulai mengarah bangunan rumah ke lahan darat yaitu pada daerah yang tidak digenangi air pada waktu air pasang. Hal ini terjadi sebagai dampak semakin bertambahnya jumlah keluarga di pulau-pulau kecil Kelurahan Pulau Abang, sedangkan lahan semakin sempit. Tabel 19 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian non perikanan di Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang tahun 2005 Nomor Jenis mata pencaharian alternatif Jumlah orang A Perkebunan 32 1 Karet 3 2 Kelapa 12 3 Cengkeh 11 4 Petei 3 5 Pisang 1 6 Ubi-Ubian 1 7 Durian 1 B Perdagangan 2 1 Penjual kue 1 2 Penjual ikan ke Batam 1 C Peternakan 6 1 Ayam 5 2 Kambing 1 Sumber : Coremap Kota Batam 2006b Kelurahan Pulau Abang merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Galang, yang letak wilayahnya terjauh dari ibu kota Kecamatan Galang dan Kota Batam Gambar 16. Untuk mencapai pulau Abang Kecil dapat ditempuh dengan menggunakan sarana angkutan darat dan laut untuk rute Batam ke Tanjung Cakang atau Air Lingka dapat digunakan dengan jalan darat, dari Tanjung Cakang menggunakan transportasi laut menuju pulau Abang Kecil dan sekitarnya termasuk pulau Petong. Angkutan umum di darat tersedia setiap hari yakni Bus Damri dari Kota Batam ke Sembulang pulang-pergi. Namun untuk angkutan laut harus menyewa boat atau pompong atau dengan menumpang kapal ikan. Jarak antara Batam ke Tanjung Cakang + 60.1 Km dengan waktu tempuh 1 jam 30 menit seterusnya menggunakan laut dengan jarak 11.4 Km dengan waktu tempuh + 1 jam perjalanan dengan menggunakan pompong.

4.6.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal yang dicapai oleh seseorang penduduk dapat dipakai sebagai tolok ukur dari status sosial dan ekonomi seseorang dalam masyarakat. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di pulau Abang pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 20. Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Pulau Abang pada tahun 2005 dapat dikatakan masih tergolong sangat rendah. Sebagian besar penduduk hanya tidak tamat dan tamatan Sekolah Dasar SD sebesar 97.6 , dan hanya sedikit penduduk yang tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP sebesar 0.89 dan tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA sebesar 1.11. Adapun jumlah penduduk secara umum berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah 491 jiwa atau 30,05 tamat SD, 44 jiwa 2.69 tamat SLTP, 38 jiwa 2.33 tamat SLTA dan 10 jiwa 0.61 lulusan akademi dan perguruan tinggi. Tabel 20 Tingkat pendidikan di Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang No Tingkat Pendidikan Jumlah jiwa Persentase 1 Belum sekolah 331 14.72 2 Tidak pernah sekolah 155 6.89 3 Tidak Tamat SD 771 34.28 4 Tamat SD 937 41.66 5 Tamat SMP 20 0.89 6 Tamat SMA 25 1.11 7 D2 6 0.27 8 S1 4 0.18 Jumlah 2 249 100.00 Sumber: Pemko Batam 2005c Rendahnya tingkat pendidikan di Kelurahan Pulau Abang, diperkirakan erat kaitannya dengan minimnya ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan yang ada di kelurahan ini. Sarana pendidikan yang terdapat di kelurahan ini, hanya empat SD, yakni satu SD pada masing-masing Rukun Warga RW dalam wilayah Kelurahan Pulau Abang. Belakangan ini telah pula dibuka kelas jauh untuk SLTP, tepatnya di RW 1 Pulau Abang Kecil. Pada tahun 2005 telah dibangun gedung SLTP, yang sebelumnya kegiatan belajar siswa masih menumpang di gedung SD.

4.6.3 Stratifikasi Nelayan

Interaksi sosial antara penduduk di Kelurahan Pulau Abang terkait dengan mata pencaharian memunculkan struktur sosial masyarakat nelayan berbasis perikanan tangkap. Stratifikasi pelapisan sosial untuk struktur sosial perikanan tangkap di Kelurahan Pulau Abang terdiri dari : 1 Nelayan pemilik, yaitu nelayan artisanal yang memiliki sarana penangkapan alat tangkap, armada penangkapankapal, dan modal, dan dia juga turut mengoperasikan alat tangkap; merupakan jumlah nelayan artisanal terbanyak di daerah ini yaitu sebesar 80 . 2 Nelayan pengusaha, yaitu nelayan yang memiliki modal yang kuat dan memiliki alat tangkap atau armada penangkapan ikan dan udang, tetapi tidak ikut melakukan penangkapan ikan ke laut, dan sekaligus sebagai pedagang pengumpul dengan membeli hasil tangkapan dari nelayan artisanal di pulau- pulau kecil termasuk Tauke dengan jumlah yang relatif kecil 3 . Umumnya nelayan pengusaha sebagai patron yang memiliki client yaitu para nelayan artisanal yang menjadi langgganannya yang kemudian terbentuk hubungan sosial patron-client relationship baik melalui pinjaman modal dan bahan sembako kebutuhan rumah tangga nelayan sehari-hari; 3 Nelayan buruh, yaitu nelayan yang mengambil upah harian atau pola bagi hasil dari membantu nelayan pemilik dalam proses penangkapan ikan, dan tidak memiliki alat tangkap sendiri, tetapi pola hubungan kerja yang berlaku di lingkungan sosial nelayan artisanal adalah pola bagi hasil agar sama-sama berbagi resiko jumlah nelayan buruh relatif tidak begitu banyak 18 .. Kondisi semacam ini juga berlangsung di daerah lain di Kepulauan Riau seperti Bintan Selatan, Bengkalis dan Indragiri Hilir Arsyad 1986; Boer 1984; Anwar 1984. Struktur sosial perikanan tangkap di Kelurahan Pulau Abang secara horizontal dapat pula dikategorikan ke dalam beberapa kelompok sosial, yaitu kelompok nelayan jaring karang, kelompok nelayan bubu, kelompok nelayan nyomek, kelompok nelayan rawai, kelompok nelayan jaring udang dan kelompok nelayan jaring tarik trawl. Namun demikian, pengelompokkan ini tidak begitu tegas, karena RTP artisanal di daerah ini memiliki beberapa jenis alat tangkap ikan, kecuali alat tangkap trawl yang hanya dimiliki oleh para Tauke nelayan modern di kawasan Barelang Propinsi Kepulauan Riau. 4.7 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat 4.7.1 Kegiatan Ekonomi Masyarakat Pesisir