Lembaga Sosial Masyarakat Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat .1 Kegiatan Ekonomi Masyarakat Pesisir

terumbu karang dan mangrove, yang disebabkan dampak pembangunan industri dan bangunan gedung-gedung di sekitar pantai di kawasan Barelang yang begitu pesat perkembangannnya, sehingga terjadi erosi dan pencemaran perairan yang selama ini sebagai daerah penangkapan ikan; 3 mereka mengalami kesulitan hidup, akibat sukarnya mendapatkan kebutuhan sembilan bahan pokok sembako dan harganya sangat mahal akibat kenaikan bahan bakar minyak BBM dan larangan impor beras dan gula menyebabkan terjadi kelangkaan barang-barang kebutuhan di pulau-pulau kecil daerah hinterland dan perbatasan; antar Negara dan 4 kondisi perumahan mereka sangat memprihatinkan, kawasan kumuh rumahnya sebagian besar rusak reyot dengan beratap rumbia yang tidak layak huni.

4.7.2.2 Lembaga Sosial Masyarakat

Lembaga-lembaga sosial secara kelembagaan institutions yang terdapat di Kelurahan Pulau Abang bersifat formal dan informal. Beberapa lembaga formal yang ada yaitu Lembaga Pemerintahan dengan Kantor kelurahan di pulau Abang Kecil, Lembaga Badan Perwakilan Masyarakat Desa LBPMD, Karang Taruna, Kelompok Nelayan, Dewan Keluarga Masjid DKM, dan Program Kesejahteraan Keluarga PKK. Sedangkan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bersifat informal terdiri atas: Kelompok arisan dan majelis taklim. Lembaga-lembaga sosial yang ada di Kelurahan Pulau Abang masih aktif sampai sekarang, seperti kantor kelurahan aktif memberikan pelayanan tugas administrasi pemerintahan dan pembangunan dengan 3 orang pegawai kelurahan 1 orang lurah dan 1 orang sekretaris lurah. LBPMD adalah lembaga perwakilan masyarakat di tingkat Kelurahan Pulau Abang, sedangkan Karang Taruna adalah lembaga sosial kepemudaan, yang menghimpun para pemuda untuk pembinaan olah raga dan kesenian di lingkungan masyarakat pesisir. Kelompok nelayan adalah perkumpulan para nelayan yang dibina oleh proyek Coremap DKP RI Kota Batam untuk berbagai kegiatan konservasi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dibutuhkan 2-3 kelompok di masing- masing pulau Abang, Air Saga, pulau Petong dan pulau Nguan. DKM adalah lembaga sosial keagamaan yang mengelola program pembinaan sarana dan prasarana ibadah di masjid Kelurahan Pulau Abang. Sedangkan PKK merupakan perkumpulan kaum perempuan atau ibu-ibu rumah tangga nelayan yang bergerak dalam pendidikan dan ketrampilan keluarga dalam pengembangan mata pencaharian alternatif Coremap 2005a. Lembaga sosial yang bersifat informal adalah kelompok arisan, dimana para ibu-ibu mengumpulkan dana dan menyerahkannya kepada para anggota arisan secara bergiliran dalam kurun waktu tertentu ada yang seminggu, sebulan sekali. Lembaga arisan ini betujuan sebagai sarana menabung bagi keluarga masyarakat pesisir. Sedangkan majelis taklim adalah kelompok keagamaan Islam dan pengajian kaum ibu perempuan yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, bertempat di langgar musholla atau tempatnya bergiliran dari rumah ke rumah keluarga yang memiliki kemampuan ekonomi yang relatif baik, dan mereka kelompok arisan ini mengundang guru agama ustadzah atau mualim berceramah agama. BAB 5 KONDISI PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL Pengelolaan sumberdaya perikanan mengandung pengertian suatu kumpulan tindakan aksi yang terorganisir atau proses untuk mengarahkan kegiatan pembangunan manusia sehari-hari yang berlangsung di kawasan pesisir untuk mencapai suatu tujuan pegelolaan sumberdaya perikanan Dahuri et al., 1996. Sedangkan undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan menyebutkan bahwa pengelolaan perikanan ditujukan untuk memberikan manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran masyarakat secara berkelanjutan dengan tetap terjaganya kelestarian sumberdaya. Menurut Nikijuluw 2002 pengelolaan perikanan mencakup aspek penataan pemanfaatan sumberdaya ikan, pengelolaan lingkungannya, serta pengelolaan kegiatan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah manajemen kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya ikan. Pentingnya pengelolaan sumberdaya perikanan menurut FAO 1997 karena beberapa persoalan isu- isu, yaitu : 1 Masyarakat dapat memanfaatkan sumberdaya ikan secara bebas, berkaitan dengan pandangan open access laut, 2 Peningkatan eksploitasi karena meningkatnya jumlah peserta dan kemajuan teknologi yang dapat menimbulkan konsekuensi negatif di masa mendatang, 3 Hasil tangkapan menurun akibat kegiatan penangkapan yang berlebihan, 4 Konflik antar nelayan dan antara sektor perikanan tangkap dengan kegiatan lain akibat hasil tangkapan keuntungan ekonomis yang sudah mulai menurun. Pihak yang terlibat dalam pengelolaan perikanan adalah pemerintah dan nelayan serta stakeholders lain yang terkait. Adapun manfaat pengelolaan adalah untuk menjamin agar sektor perikanan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi para stakeholders baik generasi sekarang maupun yang akan datang, serta terciptanya perikanan yang bertanggung jawab. Pengelolaan sumberdaya perikanan pada dasarnya bertujuan untuk memanfaatkan sumberdaya bagi pencapaian sasaran-sasaran pembangunan perikanan yang berlanjut, secara sitematis dan berencana, berupaya mencegah terjadinya eksploitasi sumberdaya secara berlebihan serta sekaligus berupaya menghambat menurunnya mutu dan rusaknya habitat atau ekosistem penting akibat ulah manusia. Pengelolaan sumberdaya perikanan didasarkan atas pemahaman yang luas dan mendalam akan semua proses dan interaksi yang berlangsung di alam, dengan potensi yang dikandung di dalamnya, serta kemungkinan terjadinya kerusakan ekosistem pesisir yang akan dialaminya. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya perikanan mencakup penetapan langkah-langkah dan kegiatan yang harus dilakukan guna mengantisipasi dan mengatasi masalah maupun menangani isu-isu yang berkembang, dalam wujud program pengelolaan sumberdaya perikanan FAO, 1997.

5.1 Perikanan Artisanal