pemahaman yang luas dan mendalam akan semua proses dan interaksi yang berlangsung di alam, dengan potensi yang dikandung di dalamnya, serta
kemungkinan terjadinya kerusakan ekosistem pesisir yang akan dialaminya. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya perikanan mencakup penetapan
langkah-langkah dan kegiatan yang harus dilakukan guna mengantisipasi dan mengatasi masalah maupun menangani isu-isu yang berkembang, dalam wujud
program pengelolaan sumberdaya perikanan FAO, 1997.
5.1 Perikanan Artisanal
Jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan bervariasi sesuai dengan kebiasaan, kesukaan, keterampilan yang dimiliki, kemampuan modal
serta musim dan jenis ikan yang ditangkap. Di Kelurahan Pulau Abang satu keluarga nelayan bisa memiliki lebih dari satu jenis alat tangkap. Bahkan ada
jenis alat tangkap yang dimiliki oleh seluruh nelayan, misalnya pancing. Nelayan mengoperasikan alat tangkapnya menggunakan armada kapal motor pompong
berukuran 0,5 – 1 ton. Sebagian kecil nelayan menggunakan kapal motor berukuran lebih besar dan speed boat kayu
Sumber pendapatan keluarga nelayan artisanal di Kelurahan Pulau Abang, khususnya pendapatan dari perikanan tangkap ikan dan udang
perikanan artisanal berdasarkan hasil wawancara dengan responden nelayan artisanal di beberapa lokasi seperti pulau Abang, Air Saga, Petong, dan Nguan
diperoleh informasi tingkat pendapatan rata-rata dari usaha perikanan tangkap per tahun dari nelayan artisanal di Kelurahan Pulau Abang sebagaimana
ditampilkan pada Tabel 21. Tabel 21 Sumber pendapatan tangkap di Kelurahan Pulau Abang Kec. Galang
No Sumber Pendapatan
Jumlah Rata-rata
Rpthn Harga
Rata-Rata Rpkg
Tangkapan Rata-Rata
kgthn 1
Pendapatan ikan 2 932 500
4 039 726
2 Pendapatan udang
321 087 2 804
115 3
Pendapatan lobster 599 674
25 870 24
4 Pendapatan kepiting
139 130 1 793
78 5
Pendapatan bilis 4 348
630 7
6 Pendapatan cumi
2 046 924 8 772
233 7
Pendapatan ikan karang 134 061
8 315 161
Jumlah 6 177 724
- -
Sumber: Data Primer 2006
5.2. Kondisi Ekosistem Hutan Mangrove
Jenis mangrove yang ditemukan di kawasan Kelurahan Pulau Abang adalah jenis Rhizopora mucronata yang mendominasi jenis mangrove sebesar
85.61 , sedangkan 73.30 sebagai codominan adalah Rhizopra stylosa. Secara keseluruhan terdapat 7 jenis mangrove dengan tingkat kerapatan 2 733
sebagai anak pohon yang berdiameter kurang dari 10 cm per hektar LIPI, 2004 Selain anak pohon, terdapat 4 jenis mangrove dengan kategori pohon
berdiameter = 10 cm yang di dominasi oleh Lumnitzera littorea sebesar 115.82 . Sebagai codominan adalah jenis Rhizopora apiculata, dengan nilai penting
77.29 Coremap DKP Kota Batam, 2005c. Berikut ini diuraikan kondisi ekosistem mangrove yang terdapat di beberapa pulau-pulau kecil yang ada di
Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang, Kota Batam.
1. Pulau Abang Besar
Kondisi mangrove di bagian barat Kelurahan Pulau Abang Besar masih terjaga dengan baik dengan ketebalan 100 meter. Sedang jenis Rhizopra stylosa
mendominasi hutan mangrove di bagian depan dengan ketebalan 0.5 m. Selain itu ditemukan pula beberapa jenis bakau lainnya seperti Rhizopora apiculata,
Xylocarpus granatum, Lumnitzera littorea, Bruguiera parviflora. Sedangkan di bagian utara Kelurahan Pulau Abang, jenis mangrove yang ditemui adalah
campuran yaitu: Rhizopora mucronata dan Rhizopora stylosa. Jenis mangrove yang terdapat di daerah muara selat-selat mempunyai buah yang mencapai
panjang 105 cm. Jenis mangrove Rhizopora stylosa mendominasi Pulau Abang Besar
pada bagian selatan dengan diikuti oleh jenis Rhizopora mucronata dengan ketebalan berkisar 40 m. Selain jenis mangrove tersebut diatas ditemukan pula
jenis Bruguiera gymnorrhiza, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis dengan total jenis mangrove yang ditemukan di Pulau Abang Besar sebanyak 17
jenis. Ketebalan mangrove di Pulau Abang Besar bagian Barat mencapai 100
meter. Zona terdepan didominasi jenis Rhizophora stylosa dengan ketebalan 0.5 m. Bagian belakang pulau dijumpai Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum,
Lumnitzera littorea, Bruguiera parflivora dan beberapa jenis lainnya, sehingga didapatkan ada 13 jenis.
2. Pulau Petong
Jenis Rhizopora mucronata mendominasi sebelah barat bagian depan pulau Petong dengan ketinggian berkisar 4-6 m, sedangkan untuk bagian
belakang didominasi oleh jenis Sonnertia alba, Lumnitzera littorea, dan Rhizopora apiculata. Hal yang sama dijumpai di sebelah selatan bagian depan
yang di dominasi oleh Rhizopora mucronata yang bagian belakangnya di jumpai jenis Rhizopora apiculata yang berketinggian 6-8 m. Berdasarkan hasil penelitian
LIPI 2004 jumlah jenis mangrove yang terdapat di pulau Petong secara keseluruhannya ada sebanyak 11 jenis.
3. Pulau Pengelap
Bagian depan sebelah selatan pulau Pengelap ditubuhi vegetasi yang didominasi jenis mangrove Rhizopora stylosa yang berketinggian 4-6 m.
Sedangkan jenis Rhizopora apiculata, Sonnertia Alba, dan Bruguiera gymnorhiza terdapat di bagian belakangnya. Adapun jumlah keseluruhan jenis mangrove
yang ditemukan di pulau Petong ditemukan sebanyak 7 jenis mangrove.
4 Pulau Abang Kecil
Sebelah selatan bagian depan pulau Abang Kecil terdapat jenis mangrove yang mendominasi adalah Rhizopora stylosa dengan ketebalan 25 m.
Sedangkan untuk bagian belakang dijumpai 6 jenis mangrove, dan beberapa diantaranya Lumintzera littorea dan Sonnertia alba. Untuk keseluruhan pulau
Abang Kecil ditemukan vegetasi sebanyak 6 jenis mangrove yang didominasi oleh Rhizophora stylosa sebanyak 74.52 dan sebagai co-dominannya adalah
jenis Sonnertia alba dan Rhizophora apiculata. Keberadaan ekosistem mangrove yang kondisi masih baik sebagaimana
dikemukakan diatas, dapat disimpulkan akan berdampak positif terhadap kelestarian sumberdaya perikanan karang. Keberadaan ekosistem mangrove ini
sangat mendukung keberlanjutan pengelolaan dalam hal pemanfatan dan pelestarian usaha penangkapan ikan, udang dan cumi-cumi dan sotong yang
dilakukan nelayan artisanal di kawasan Kecamatan Galang, kota Batam.
5.3 Kondisi Ekosistem Terumbu Karang