Konsep dan Indikator Pembangunan Perikanan Berkelanjutan

2.7 Konsep dan Indikator Pembangunan Perikanan Berkelanjutan

Istilah berkelanjutan berasal dari Bahasa Inggris yaitu “sustainability”. Istilah ini sebetulnya bukan istilah baru. Di bidang perikanan laut istilah ini telah lama digunakan, yaitu maximum sustainable yield MSY atau maximum sustainable catch. Istilah ini menunjukkan bahwa besarnya hasil atau tangkapan maksimum yang dapat diperoleh secara lestari. Dengan kata lain, agar pemanfaatan sumberdaya lestari, maka laju pemanfaatan itu harus lebih kecil atau sama dengan laju proses pemulihan sumberdaya tersebut Gordon, 1985. Akhir-akhir ini, istilah berkelanjutan banyak digunakan untuk konsep pembangunan berkelanjutan sustainable development. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang. Konsep pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang mengintegrasikan masalah ekologi, ekonomi, dan sosial Serageldin, 2004; Elliot, 1994. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati dan kebutuhan untuk kehidupan manusiawi. Kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati adalah kebutuhan yang paling esensial, meliputi udara, air dan pangan yang harus tersedia dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk manusia dapat hidup sehat. Sedangkan kebutuhan untuk kehidupan manusiawi mempunyai arti untuk menaikan martabat dan status sosial. Pembangunan berkelanjutan dipopulerkan melalui laporan Our Common Future Masa Depan Bersama pada tahun 1980 yang disiapkan oleh World Commission on Environtment and Development WCED 1978, yang dikenal pula dengan nama Komisi Bruntland, karena ketuanya bernama Gro Harlem Bruntland. Komisi tersebut terdiri dari banyak perwakilan dari negara maju dan berkembang serta melakukan pertemuan terbuka di berbagai negara Elliot, 1994 Dengan menjelaskan pengertian pembangunan berkelanjutan serta menerangkan implikasi dibaliknya, Komisi Bruntland kemudian mengidentifikasikan ada tujuh tujuan penting untuk kebijakan pembangunan dan lingkungan Mitchell et al., 2000. Ketujuh tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Memikirkan kembali makna pembangunan. 2 Merubah kualitas pertumbuhan lebih menekankan pada pembangunan dari pada sekedar pertumbuhan. 3 Memenuhi kebutuhan dasar akan lapangan kerja, makanan, energi, air dan sanitasi. 4 Menjamin terciptanya keberlanjutan pada satu tingkat pertumbuhan penduduk tertentu. 5 Mengkonversi dan meningkatkan sumberdaya. 6 Merubah arah teknologi dan mengelola resiko. 7 Memadukan pertimbangan lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan. Menindaklanjuti publikasi Our Common Future, banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan pedoman dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Hal ini dikarenakan, tanpa pedoman atau prinsip, tidak mungkin menentukan apakah suatu kebijakan atau kegiatan dapat dikatakan berkelanjutan, atau apakah suatu prakarsa konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan tujuan kebijakan dan lingkungan di atas, selain dapat meningkatkan kualitas hidup manusia, pembangunan juga mendukung prinsip- prinsip kehidupan yang berkelanjutan. Adapun prinsip-prinsip tersebut yaitu: 1 menghormati dan memelihara komunitas kehidupan; 2 memperbaiki kualitas hidup manusia; 3 melestarikan daya hidup dan keragaman bumi; 4 menghindari sumberdaya-sumberdaya yang tidak terbarukan; 5 berusaha tidak melampaui kapasitas daya dukung bumi; 6 mengubah sikap dan gaya hidup orang per orang; 7 mendukung kreativitas masyarakat untuk memelihara lingkungan sendiri; 8 menyediakan kerangka kerja nasional untuk memadukan upaya pembangunan pelestarian; dan 9 menciptakan kerja sama global Serageldin, 2004, Mitchell et al., 2000. Dalam pembangunan berkelanjutan terdapat tiga komponen utama yang sangat diperhitungkan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan lihat Gambar 5. Setiap komponen tersebut saling berhubungan dalam satu sistem yang dipicu oleh suatu kekuatan dan tujuan. Sektor ekonomi untuk melihat pengembangan sumberdaya manusia, khususnya melalui peningkatan konsumsi barang-barang dan jasa pelayanan. Sektor lingkungan difokuskan pada perlindungan integritas sistem ekologi. Sektor sosial bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar manusia, pencapaian aspirasi individu dan kelompok, dan penguatan nilai serta institusi Munasinghe, 2002. Gambar 5 Bentuk pembangunan berkelanjutan yang didukung dengan kerangka trans-disiplin Munasinghe, 2002 Munasinghe 2002 menyatakan konsep pembangunan berkelanjutan harus berdasarkan pada empat faktor, yaitu: 1 terpadunya konsep “equity” lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan; 2 dipertimbangkan secara khusus aspek ekonomi; 3 dipertimbangkan secara khusus aspek lingkungan; dan 4 dipertimbangkan secara khusus aspek sosial budaya. Dahuri 2001 menyatakan ada tiga prasyarat yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan yaitu: keharmonisan spasial, kapasitas asimilasi, dan pemanfaatan berkelanjutan. Gambar 5 mengindikasikan bagaimana menggabungkan kerangka “sustainomics”, dan dasar hubungan pengetahuan trans-disiplin, akan mendukung pendugaan komprehensif dan keseimbangan trade-off dan sinergi yang mungkin terjadi dalam pembangunan berkelanjutan antara dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. Keseimbangan juga diperlukan dalam pembangunan secara tradisional. Pendekatan dalam pembangunan berkelanjutan terus berkembang seiring kemajuan jaman, sehingga perlu adanya perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan tempat. Secara ideal pembangunan berkelanjutan tujuannya sangat tidak tersentuh. Oleh karena itu, berdasarkan konsep-konsep pembangunan berkelanjutan, pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan harus memperhatikan dimensi ekonomi, sosial, lingkungan, dan hukum. Hal ini berguna untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya pesisir dan lautan yang efisien dan efektif Munasinghe, 2002. Munasinghe 2002 lebih lanjut menyatakan bahwa perkembangan dimensi ekonomi seringkali dievaluasi dari makna manfaat yang dihitung sebagai kemauan untuk membayar willingnes to pay terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi. Konsep modern dari keberlanjutan ekonomi adalah mencari untuk memaksimalkan aliran pendapatan atau konsumsi yang dapat menghasilkan. Efisiensi ekonomi memainkan peranan dalam memastikan alokasi sumberdaya alam dalam aspek produksi, dan efisiensi pada aspek konsumsi untuk memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam. Pembangunan berkelanjutan sustainable development didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas limit terhadap laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya. Pada tingkat yang minimum, pembangunan berkelanjutan tidak boleh membahayakan ekosistem alam dan lingkungan yang mendukung semua kehidupan yang ada di muka bumi Elliot, 1994; Costanza, 1991; dan Salim, 1986. Menurut Charles 2001 konsep pembangunan perikanan berkelanjutan mengandung empat aspek keberlanjutan yaitu : 1 Keberlanjutan ekologi: memelihara keberlanjutan stokbiomass perikanan sehingga tidak melewati daya dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistem yang menjadi perhatian utamanya, 2 Keberlanjutan sosio-ekonomi: memperhatikan keberlanjutan kesejahteraan pelaku perikanan pada tingkat individu. Mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi merupakan perhatian keberlanjutan. 3 Keberlanjutan komunitas: keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan. 4 Keberlanjutan kelembagaan: menyangkut pemeliharaan aspek finansial dan administrasi yang sehat dalam sistem pengelolaan sebagai prasyarat dari ketiga pembangunan perikanan. Gambar 6 Bentuk segitiga konsep pembangunan perikanan berkelanjutan Charles, 2001. Dalam kaitan dengan kebijakan pemerintah, agar segenap tujuan pembangunan berkelanjutan ini dapat tercapai, maka dalam konteks hubungan antara tujuan sosial dan ekonomi diperlukan kebijakan ekonomi dalam hal ini kebijakan perikanan tangkap yang meliputi intervensi pemerintah secara terarah, pemerataan pendapatan, penciptaan kesempatan kerja, dan pemberian subsidi bagi kegiatan pembangunan yang memerlukannya. Dalam konteks hubungan antara tujuan sosial dan ekologi, strategi yang perlu ditempuh adalah partisipasi masyarakat dan swasta. Tabel 6 Beberapa indikator pembangunan perikanan berkelanjutan Dimensi Indikator 1. Ekonomi • volume dan nilai produksi • volume dan nilai ekspor dibandingkan dengan nilai total ekspor nasional • kontribusi sektor perikanan terhadap PDB pendapatan nelayan • nilai investasi dalam bentuk kapal ikan dan pabrik pengolahan 2. Sosial • penyerapan tenaga kerja • budaya kerja • tingkat pendidikan • tingkat kesehatan • distribusi jender dalam proses pengambilan keputusan gender distribution in decision-making • kependudukan demography 3. Ekologi • komposisi hasil tangkap • hasil tangkap per satuan upaya CPUE • kelimpahan relatif spesies target • dampak langsung alat tangkap terhadap spesies non target • dampak tidak langsung penangkapan seperti struktur trofik • dampak langsung alat tangkap terhadap habitat perubahan luas area dan kualitas habitat penting perikanan 4. Governance • hak kepemilikan property rights • ketaatan terhadap peraturan perundangan compliance regime • transparansi dan partisipasi Sumber: Dahuri 2003b Selanjutnya dalam setiap sistem pengelolaan pembangunan, termasuk pengelolaan sumberdaya ikan, memerlukan indikator kinerja performance indicators. Indikator kinerja digunakan sebagai tolok ukur, apakah segenap kebijakan dan program pengelolaan sumberdaya ikan sesuai dengan tujuan atau bahkan menyimpang. Karena tujuan pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia adalah untuk mencapai kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan secara berkelanjutan sustainable bagi kesejahteraan seluruh rakyat, maka indikator kinerja yang digunakan juga seharusnya mengacu pada indikator pembangunan berkelanjutan, dimana indikator pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan sumberdaya ikan minimal haruslah meliputi empat dimensi, yaitu: 1 ekonomi, 2 sosial, 3 ekologi, dan 4 pengaturangovernance Dahuri, 2003b. Secara lengkap beberapa contoh indikator pembangunan berkelanjutan untuk pengelolaan sumberdaya ikan disajikan pada Tabel 6 diatas.

2.8 Studi Komparasi Sistem Pengelolaan Perikanan Artisanal Berbasis Hak-Hak Kepemilikan