Alat Tangkap dan Daerah Penangkapan Nelayan Artisanal

Rompong Makasar Saad, 1994, Awig-awig di NTB dan Bali Satria, 2005; Hidayat, 2005. Berikut ini diuraikan mengenai daerah dan musim penangkapan ikan nelayan artisanal, dan beberapa karakteristik dan tipologi hak-hak kepemilikan perikanan artisanal dalam sistem pengelolaan perikanan artisanal berdasarkan jenis alat tangkap fishing gears dan daerah penangkapan ikan fishing ground yang ditemukan di Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang, Kota Batam.

6.1 Alat Tangkap dan Daerah Penangkapan Nelayan Artisanal

Jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan bervariasi sesuai dengan kebiasaan, kesukaan, keterampilan yang dimiliki, kemampuan modal, pola musim dan jenis ikan yang ditangkap di suatu perairan laut. Di kelurahan ini masyarakat nelayan memiliki karakterisitik, yakni satu rumah tangga perikanan RTP atau keluarga nelayan bisa memiliki lebih dari satu jenis alat tangkap. Bahkan ada 2 hingga 4 jenis alat tangkap yang dimiliki oleh seluruh nelayan, misalnya pancing, kelong, bubu traps, jaring gillnet. Nelayan mengoperasikan alat tangkapnya menggunakan armada kapal motor pompong berukuran 0,5 – 1 GT. Sebagian kecil nelayan menggunakan kapal motor berukuran lebih besar in board dan speed boat kayu atau perahu motor tempel out board, akan tetapi ada juga sebagian kecil yang menggunakan perahu tanpa motor sampan dayung. Gambaran tentang jenis dan jumlah alat tangkap telah diuraikan pada bagian sebelumnya, dan ditampilkan pada Tabel 30. Daerah penangkapan ikan fishing ground di perairan Kelurahan Pulau Abang pada umumnya sangat terkait dengan ukuran unit penangkapan sampan dayung atau pompong dan jenis-jenis alat tangkap ikan fishing gears yang dioperasikan nelayan. Komunitas nelayan di daerah ini pada umumnya mereka mengoperasikannya di sekitar perairan pantai yakni berjarak 1-4 mil dari pantai, karena umumnya 96.3 adalah nelayan artisanal. Pengoperasian alat tangkap ini tidak hanya di perairan sekitar perkampungan atau desa pesisir mereka saja, melainkan juga mereka menjelajahi perairan pulau-pulau kecil desa-desa tetangga dan sekitarnya, seperti Karas, Senayang. Mobilitas nelayan lokal tersebut sangat tergantung pada musim ikan dan arah angin yang berlangsung di kawasan ini. Mereka diperbolehkan izin masuk untuk menangkap ikan di suatu daerah penangkapan ikan fishing ground di luar wilayah Kelurahan Pulau Abang, apabila telah membayar Sewa Laut sea rent dengan sejumlah uang kepada Ketua RT atau RW atau Lurah setempat. Demikian pula sebaliknya, jika nelayan artisanal dari luar Kelurahan Pulau Abang menangkap ikan di perairan Kelurahan Pulau Abang juga diharuskan membayar Sewa Laut. Adapun daerah penangkapan ikan fishing ground komunitas nelayan artisanal di Kelurahan Pulau Abang meliputi perairan: Pulau Abang Kecil, pulau Abang Besar, pulau Petong, pulau Nguan, pulau Dedap, pulau Penggelap, pulau Sepintu, pulau Sawang, pulau Cik Dolah, pulau Malang Laut, pulau Malang Orang, dan pulau Terumbu Sebanga lihat peta Kota Batam, Lampiran 1. Pada umumnya, nelayan artisanal menangkap ikan dan udang pada daerah penangkapan di Kelurahan Pulau Abang belum memiliki sistem pengaturan atau pranata sosial aturan masyarakat adat yang ketat mengenai daerah perairan yang mana yang diperbolehkan dan daerah perairan laut yang dilarang dimasuki nelayan, dan pengaturan kawasan seperti zona preservasi, konservasi dan pemanfatan belum ada dalam implementasi pengelolaan sumberdaya perikanan artisanal. Dengan kata lain, di daerah ini ditinjau dari aspek musim masih berlaku status rezim open access no property rights dalam pemanfaatan sumberdaya ikan, yang khusus berlaku dikalangan internal masyarakat Kelurahan Pulau Abang, karena memang tidak ditemukan kelembagaan adat yang mengatur fishing ground yang buka dan tutup close and open season untuk kegiatan perikanan tangkap berdasarkan daerah penangkapan ikan dan udang pada lokasi tertentu. seperti yang berlaku dalam kelembagaan tradisional Sasi dalam masyarakat pesisir di kawasan Indonesia Timur, Maluku, kecuali untuk alat tangkap Kelong Pantai agak berbeda pola kepemilikan fishing ground. Jadi, pola pengelolaan perikanan tangkap di kawasan Kelurahan Pulau Abang dan juga daerah sekitarnya Barelang terdapat kekosongan absent peran dan fungsi organisasi masyarakat adat untuk mengatur pola musim penangkapan, dan bila dibiarkan akan menimbulkan tragedi hak kepemilikan Satria et al. 2005. Akan tetapi pengaturan pemegang hak-hak kepemilikan pengelolaan sumberdaya artisanal berdasarkan jenis alat tangkap di daerah ini telah berlangsung secara komunal communal property rights, dimana nelayan dari luar tidak diizinkan menangkap ikan jika tidak memenuhi kewajiban Sewa Laut. Oleh karena itu diperlukan penataan kelembagaan institution arrangement baik secara hukum formal maupun aturan-aturan yang disepakati secara komunal, jika sistem pengelolaan perikanan artisanal berkelanjutan di daerah ini ingin diwujudkan dengan baik Pemerintah Kota Batam, sejak tahun 2005 telah menetapkan tata ruang Kota Batam, termasuk wilayah laut melalui Perda Nomor 4 tahun 2005, dan dalam Perda tersebut perairan Kelurahan Pulau Abang akan diperuntukkan sebagai kawasan perairan Taman Laut Nasional TLN, Pulau Abang lihat peta tata ruang Kota Batam, Lampiran 1. Untuk menopang program konservasi sumberdaya pesisir dan lautan dimulai sejak tahun 2005, Pemko Batam telah mendapat bantuan hibah loan dana sebesar Rp 18 milyar dari Asian Development Bank ADB dan ditambah 20 dari dana APBD Kota Batam Rp 4.5 milyar untuk membiayai program Coremap dengan misi proyek penyelamatan dan pelestarian ekosistem terumbu karang dari kerusakan DKP2 Kota Batam, 2006. Hingga saat ini proyek tersebut telah memasuki tahun ketiga, dan pada tahun 2006 sedang diinventarisasi areal perairan teluk untuk penyusunan rencana tata ruang laut Kelurahan Pulau Abang yang mengacu pada Perda Kota Batam Nomor 4 tahun 2005 Pemko Batam, 2005a. Rencana detail tata ruang Kelurahan Pulau Abang tersebut diharapkan segera dapat diselesaikan dan diberlakukan ketentuan-ketentuan dan penetapan beberapa daerah perlindungan laut marine protected area, serta daerah penangkapan ikan fishing ground bagi nelayan artisanal di kawasan Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang, Kota Batam. Sementara ketentuan tersebut belum ditetapkan Pemko Batam, maka daerah penangkapan ikan, udang dan cumi-cumi, hingga saat ini nelayan artisanal di kawasan Barelang mengoperasikan beberapa jenis alat tangkap secara bebas dan bersifat akses terbuka dimana, kapan dan siapa saja open access di seluruh fishing ground. Dengan adanya kekosongan hukum dan kelembagaan sistem pengaturan daerah penangkapan, akan berakibat mempercepat terjadinya gejala lebih tangkap over fishing di kawasan perairan Kelurahan Pulau Abang. Pada gilirannya akan terjadi tragedi kebebasan dalam kebersamaan tragedy of the commons yang tentunya bertentangan dengan prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dan perikanan berkelanjutan sustanaible and responsible fisheries.

6.2 Musim Penangkapan Ikan