Jika harga beli harga jual maka, pedagang memperoleh kerugian

4.9.5. Menentukan solusi dari permasalahan terkait dengan bruto, neto, tara.

D. Materi Pembelajaran

1. Materi Pembelajaran Reguler Dalam perdagangan sering kita mendengar atau menggunakan isitilah-istilah seperti harga beli, harga jual, keuntungan dan kerugian. Seorang pedagang bisa mengalamai untung, rugi, ataupun impas. Kriteria penentuan untung, rugi, atau impas ditinjau dari harga beli dan harga jual adalah sebagai berikut. Penentuan besar keuntungan ataupun besar kerugian dalam perdagangan dapat ditentukan dengan rumus berikut: Secara matematis dari ketentuan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalkan harga beli HB, harga jual HJ, besar untung U, dan besar rugi R, maka dapat dirumuskan sebagai berikut. Contoh: Pak Abdullah membeli sebuah sepeda motor secara tunai dengan harga Rp 10.000.000,00 di agen “Maju Jaya Motor”. Setelah dipakai selama 6 bulan, Pak Abdullah menjual motor kepada Ari seharga Rp 8.500.000,00 . Hal tersebut menunjukan bahwa Pak Abdullah mengalami kerugian sebesar Rp 10.000.000,00 – Rp 8.500.000,00 = Rp 1.500.000,00. Atau secara matematis dapat diselesaikan sebagai berikut. HB = Rp 10.000.000,00 maka Pak Abdullah mengalami kerugian sebesar HJ = Rp 8.500.000,00 R = HB-HJ R = Rp 10.000.000 – Rp 8.500.000 = Rp 1.500.000 Berdasarkan rumus U=HJ-HB dan R= HB-HJ. dapat kita tentukan pula rumus berikut ini. 1. Jika harga beli harga jual maka, pedagang memperoleh keuntungan 2. Jika harga beli = harga jual maka, pedagang memperoleh impas

3. Jika harga beli harga jual maka, pedagang memperoleh kerugian

Besar keuntungan = Harga jual- Harga beli Besar kerugian = Harga beli- Harga jual U= HJ-HB dengan HJHB R=H B-HJ dengan HJHB U= HJ-HB R= HB-HJ HJ= HU+HB dan HB= HJ+R HB= HJ-U HJ= HB-R Penentuan persentase untung dan rugi selalu dihitung dari harga beli, kecuali dalam keadaam tertentu ada keterangan lain. Perumusan persen untung dan persen rugi dapat dilihat sebagai berikut. Persentase Keuntungan Persentase keuntungan digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan. Misal : PU = Persentase keuntungan HB = Harga beli modal HJ = Harga jual total pemasukan Persentase keuntungan dapat ditentukan dengan rumus Contoh: Koperasi sekolah membeli satu lusin penggaris dengan harga Rp 12.000,00. kemudian penggaris tersebut dijual dengan harga Rp 1.500,00 per batang. Tentukan persentase keuntungan terhadap pembelian Jawab: HB = Rp 12.000,00 HJ = 12 x Rp 1.500,00 = Rp 18.000,00 U = HJ – HB = Rp 18.000,00 - Rp 12.000,00 = Rp 6.000,00 Persentase untung: PU = = 50 Persentase Kerugian Persentase kerugian digunakan untuk mengetahui persentase kerugian dari suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan. Misal : PR = Persentase kerugian HB = Harga beli modal HJ = Harga jual total pemasukan Persentase keuntungan dapat ditentukan dengan rumus Contoh: Pak Abdullah membeli sebuah sepeda motor secara tunai dengan harga Rp 10.000.000,00 di agen “Maju Jaya Motor”. Setelah dipakai selama 6 bulan, Pak Abdullah menjual motor kepada Ari seharga Rp 8.500.000,00 . Hal tersebut menunjukan bahwa Pak Abdullah mengalami kerugian sebesar Rp 10.000.000,00 – Rp 8.500.000,00 = Rp 1.500.000,00. Jawab: HB = Rp 10.000.000,00 HJ = Rp 8.500.000,00 R = Rp 1.500.000,00 Persentase rugi: PR = = 15 Diskon Rabat diskon merupakan potongan harga jual suatu barang pada saat terjadi transaksi jual beli. Tujuan dari pemberika diskon adalah sebagai ajang promosi agar pembeli mempunyai minat yang besar. Istilah ini sering dijumpai dalam perdagangan buku, alat-alat tulis dan kantor, pakaian, perumahan, dan produk lainya. Diskon biasanya diberikan dalam persen. Jika diberikan diskon sebesar d persen d dan harga awal H maka besarnya diskon D dapat dihitung menggunakan rumus berikut. D= H Dan harga setelah diberikan diskon menjadi HD = H- H atau HD = 1- H Contoh: Toko buku “Gemar Baca” memberikan diskon pada semua pembelian buku pelajaran sebesar 20. Deni membeli sebuah buku cetak Matematika seharga Rp 45.000,00. Berapakah rupiah yang harus dibayarkan Deni untuk membeli buku tersebut? Jawab: Harga awal H = Rp 45.000,00 Diskon D = Rp 45.000,00 = Rp 9.000,00 Harga setelah diskon HD = Rp 45.000,00 - Rp 9.000,00 = Rp 36.000,00 Jadi Deni harus membayar Rp 36.000,00 untuk membeli buku cetak Matematika tersebut. Pajak Pajak merupakan suatu kewajiban dari masyarakat untuk menyerahkan sebagian kekayaan kepada negara menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, tetapi tanpa mendapat jasa balik dari negara secara langsung, dan hasil pajak digunakan untuk kesejahteraan umum. Pegawai tetap dari perusahaan swasta atau pegawai negeri dikenakan pajak dari penghasilan kena pajaknya yang disebut dengan Pajak Penghasilan PPh. Apabila kita berbelanja di dealer, grosir, toko swalayan atau tempat lainya, maka terkadang terdapat barang- barang yang harganya ditambah dengan pajak yang disebut dengan pajak pertambahan nilai PPN . Pajak biasanya diberikan dalam persen. Jika dikenakan pajak sebesar p persen p dan harga awal H maka besarnya pajak P dapat dihitung menggunakan rumus berikut. P = H Dan harga setelah diberikan pajak menjadi HP = H+ H atau HP = 1+ H Contoh: Pak Handy membeli Komputer dengan harga Rp 6.500.000,00 dan dikenakan pajak penambahan nilai PPN sebesar 10. Berapakah pak Handy harus membayar computer tersebut? Harga awal H = Rp 6.500.000,00 p =10 Besar pajaknya adalah P= Rp 6.500.000,00 = Rp 650.000,00 Jadi yang harus Pak Handy bayarkan adalah Rp 6.500.000,00 + Rp 650.000,00 = Rp 7.150.000,000 Menentukan Bunga Tunggal Jika kita menyimpan uang di bank, maka uang kita akan bertambah karena kita mendapat bunga. Jenis bunga tabungan yang akan kita pelajari adalah bunga tunggal, artinya yang mendapat bunga hanya modalnya saja, sedangkan bunganya tidak akan berbunga lagi. Apabila bunganya turut berbungan lagi, maka bunga tersebut disebut bunga majemuk. Bunga tabungan biasanya dihitung dalam persen yang berlaku jangka waktu 1 tahun. Bunga 10 per tahun artinya tabungan akan mendapat bunga 10 jika telah disimpan di bank selama 1 tahun. Berikut rumus perhitungan bunga tunggal. Jika besaranya persentase bunga b dan besarnya modal M, maka besarnya bunga pertahun B diperoleh: B = b M Lebih umum lagi, jika besarnya bunga ingin dihitung dalam satuan bulan, maka besarnya bunga B tiap bulan dengan persentase bunga b dalam tahun adalah. B = × b × M Ingat, dua rumus di atas sebenarnya sama. Bedanya adalah pada rumus pertama, bunga disajikan dalam tahun, sedangkan pada rumus 2, bunga disajikan dalam bulan. Jika ingin menghitung besarnya bunga selama n bulan maka dapat dihitung menggunakan rumus berikut. B = × b × M Contoh: Dika memiliki tabungan di Bank A sebesar Rp 80.000,00 dengan bunga 18 per tahun. Hitunglah jumlah uang Dika setelah 6 bulan Jawab: Besarnya modal M = Rp 80.000,00 Bunga 1 tahun b = 18 = × Rp 80.000,00 = Rp 14.400,00 Bunga 6 bulan = × Rp 14.400,00 6 bulan = tahun = × Rp 14.400,00 = Rp 7.200,00 Bruto, tarra, neto Istilah bruto, tara, dan neto sering digunakan pada permasalahan berat barang. Istilah Neto diartikan sebagai berat dari suatu benda tanpa pembungkus benda tersebut. Neto juga dikenal dengan istilah berat bersih. Misal dalam bungkus suatu snack tertuliskan neto 300 gram. Ini bermakna bahwa berat snack tersebut tanpa plastik pembungkusnya adalah 300 gram. Istilah Bruto diartikan sebagai berat dari suatu benda bersama pembungkusnya. Bruto juga dikenal dengan istilah berat kotor. Misal, dalam suatu kemasan snack tertuliskan bruto adalah 350 gram. Ini berarti bahwa berat snack dengan pembungkusnya adalah 350 gram. Istilah Tara diartikan sebagai selisih antara bruto dengan neto. Misal diketahui pada bungus snack tertuliskan bruto tertuliskan 350 gram, sedangkan netonya adalah 300 gram. Ini berarti bahwa taranya adalah 50 gram. Atau secara sederhana berat pembungkus dari snack tersebut tanpa isinya. Contoh: Dalam sebuah karung yang berisi beras, berat seluruhnya 100kg. jika berat karung 0,08 kg, maka berat beras = 100 kg – 0,08 kg = 99,20 kg Jadi, berat karung dan beras yaitu 100 kg disebut bruto berat kotor Berat karung 0,08 kg disebut tara Berat beras 99,20 kg disebut neto berat bersih Hubungan bruto, tara dan neto dapat dirumuskan sebagai berikut: Neto = Bruto – Tara Persentase Neto dan Tara Misal diketahui Neto = N, Tara = T, dan Bruto = B Persentase Neto = n, Persentase Tara = t Persentase neto dapat dirumuskan n = 100 Persentase tara dapat dirumuskan t = 100 Jika diketahui persen tara dan bruto, maka untuk mencari tara digunakan rumus sebagai berikut. T = t B Jika diketahui persen neto dan bruto, maka untuk mencari neto digunakan rumus sebagai berikut. N = n B 2. Materi Pembelajaran Remidial Permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi aritmatika sosial penjualan, pembelian, keuntungan, kerugian, diskon, pajak, bunga tunggal, dan bruto, neto, dan tara. 3. Materi Pembelajaran Pengayaan Materi pengayaan berupa soal-soal dengan dasar materi yang telah dipelajari. Lampiran 4

E. Metode Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Ekonomi Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Kelas VIII SMP Muh

0 1 15

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Ekonomi Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Kelas VIII

0 1 13

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK SMP KELAS VII PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL.

2 10 144

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI BARISAN DAN DERET UNTUK SISWA SMA KELAS X.

5 18 15

PENGEMBANGAN E-COMIC PEMBELAJARAN BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI ARITMETIKA SOSIAL KELAS VII SMP.

0 0 68

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA BERBASIS CTL UNTUK SISWA KELAS VII SMP MATERI ARITMATIKA SOSIAL

0 0 8

1 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMP

2 28 8

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN CTL (Contextual Teaching and Learning) PADA MATERI LINGKARAN - repository perpustakaan

0 1 29