69
Bab 3 Metode-Metode Penelitian Sejarah
subjektivitas seringkali sulit dihindari karena perbedaan penafsiran dan latar belakang penulisnya.
Kita telah rnulai dengan menentukan apa yang hendak kita teliti. Kita telah mencari sumber-sumbernya. Kita telah menilai
sumber-sumber itu dan menafsirkan infomasi yang terkandung di dalamnya. Kini tiba saatnya hasil penafsiran atau interpretasi
atas fakta-fakta sejarah itu kita tuliskan menjadi suatu kisah yang selaras.
Di sinilah muncul persoalan yaitu menuntut kemahiran menulis yang dilakukan bagi seorang sejarawan. Masalah bahasa
sejarah tidaklah amat berbeda dengan masalah bahasa di dalam bidang-bidang lain yang mempergunakan bahasa, yakni memakai
bahasa baik dan menghindarkan bahasa buruk.
Kita perlu sadari, bahwa sejarah meskipun disusun berdasarkan bahan-bahan yang telah diolah secara ilmiah, tetap
menyangkut keindahan bahasa karena dituliskan sebagai kisah. Jadi dapatlah disimpulkan, bahwa sejarah juga merupakan suatu
seni. Tetapi bersifat seni sepenuhnya juga tidak karena kita ketahui proses penelitian bahan-bahannya dilakukan secara ilmiah.
Dengan demikian, tampaklah bahwa pada taraf penelitian sumber-sumber sejarah bersifat ilmiah; pada taraf penafsiran dan
penulisannya sejarah bersifat seni.
Ilmu sejarah membuat pembatasan, bahwa fakta-fakta sejarah yang diselidiki itu adalah peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang
terjadi dalam masyarakat manusia mengenai perilaku kolektif atau individual. Sejarah sebagai kenyataan itu belum mempunyai bentuk.
Fakta-fakta sejarah itu dapat diibaratkan masih berantakan seperti batu dan tulang-tulang berserakan. Karena itulah harus
dikumpulkan dan disusun dalam bentuk tertentu menurut hubungan-hubungan yang logis dan disusun satu sama lain.
Hubungan-hubungan itu mempunyai sifat-sifat tertentu dalam rangkaian dan kombinasi yang amat banyak jumlahnya. Memberikan
bentuk kepada sejarah itu adalah tugas ilmu sejarah. Fakta-fakta disusun menjadi suatu ceritra sejarah tersebut diberi- fungsi tertentu.
Fakta-fakta sejarah merupakan titik kristalisasi dari suatu proses dalam masyarakat. Kegiatan ilmu memberi bentuk pada sejarah,
yakni menyusun ceritra sejarah, disebut historigrafi penulisan sejarah. Melalui ceritra sejarah kita dapat menghayati kembali dan
merenungkan kembali, segala pengalamam manusia di masa lampau.
Dalam historiografi ada tiga persoalan yang penting, yakni: 1 Peristiwa-peristiwa sejarah manakah yang dianggap patut
dicatat. 2 Bagaimana menghubungkan peristiwa- peristiwa tersebut
satu sama lain. 3 Apakah dan manakah sumber-sumbernya?
70
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
Setiap bangsa yang bernegara dan merdeka merasa perlu menuliskan sejarah mengenai perkembangan bangsanya dan
tanah airnya. Sejarah itu adalah sejarah nasional dan bertujuan untuk mengingatkan masa lampau bangsanya. Penulisan sejarah
nasional itu mempunyai fungsi tertentu dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Dalam tahap historiografi ini
sejarawan dapat mengkomunikasikan hasil penelitiannya untuk dibaca oleh khalayak umum.
B. SUMBER, BUKTI, DAN FAKTA SEJARAH
Para pakar metodologi sejarah telah mencoba membuat klasifikasi semacam itu, dari yang sangat sederhana sampai pada yang sangat
bercabang-cabang. Klasifikasi yang sederhana misalnya saja membagi sumber sumber sejarah atas beberapa macam, yakni:
1 Sumber Tertulis sumber dokumen. Sumber tertulis
misalnya prasasti, kronik, babad, hikayat, surat-surat, laporan, notulen rapat, piagam, naskah, arsip, dan surat kabar.
Kata Kunci Sumber sejarah, bukti, sumber
primer, sumber sekunder, fakta sejarah, sumber lisan, sumber
tertulis, sumber benda, sumber tersier, sumber rekaman.
Gambar 3.5 Melalui surat kabar yang dicetak dalam
bahasa Belanda, Melayu, dan Jawa, perkembangan bahasa
dan sastra pada masa kolonial mengalami kemajuan, seiring
dengan bertambahnya kemampuan basa-tulis
masyarakat Indonesia
Sumber: Indonesian Heritage: Sejarah Modern Awal
KEGIATAN 3.1
Telitilah silsilah keluargamu, lakukan dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan dalam penelitian sejarah. Lalu susunlah apa yang kamu dapat dalam sebuah tulisan.
71
Bab 3 Metode-Metode Penelitian Sejarah
2 Sumber Benda Artefak. Sumber benda artefak berupa antara lain: fosil, senjata, peralatan hidup, perhiasan, prasasti,
candi, stupa, foto, patung, nisan, dan bangunan. 3 Sumber Lisan. Sumber lisan adalah keterangan langsung dari
pelaku atau saksi sejarah. Banyak pelaku dan saksi sejarah yang masih hidup dari zaman pendudukan Jepang, awal
kemerdekaan, masa demokrasi liberal, peristiwa G-30 S1965 dan sebagainya. Mereka menjadi sumber sejarah yang
penting sebagai pelengkap dari kekosongan-kekosongan dokumen dari masa-masa tersebut. Kelemahan dari sumber
lisan ini yaitu seringkali ada unsur-unsur subjektivitas di dalamnya. Pada umumnya tokoh-tokoh pelaku sejarah,
cenderung membesar-besarkan peranannya pada suatu peristiwa yang pernah dialaminya.
4 Sumber Rekaman. Sumber rekaman berupa baik rekaman kaset audio maupun rekaman kaset video. Misalnya rekaman
peristiwa sekitar proklamasi, dan rekaman demonstrasi mahasiswa menuntut reformasi.
Bukti adalah sesuatu yang dapat memperkuat kebenaran suatu pendapat maupun kesimpulan. Dalam ilmu sejarah, bukti
merupakan jejak-jejak peninggalan perbuatan pada masa lampau. Bukti-bukti sejarah tersebut dapat berupa keterangan-keterangan
dari para saksi atau pelaku sejarah dapat pula berupa benda-benda peninggalan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Misalnya,
pendapat tentang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sebagai perjuangan bangsa Indonesia dapat dibuktikan
kebenarannya dengan antara lain: konsep dan naskah teks proklamasi yang ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama
bangsa Indonesia, gedung tempat teks itu disiapkan, keterangan- keterangan dari para saksi dan para pelaku sejarahnya seperti
Moh.Hatta
, Ahmad Soebardjo, B.M. Diah, dan Sidik Kertapati.
Peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau dalam kehidupan manusia disebut dengan kenyataan sejarah, sedangkan
fakta dalam ilmu sejarah merupakan pernyatan tentang kejadian
yang merupakan proses mental dari sejarawan yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, kenyataan sejarah merupakan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lampau maka fakta sejarah adalah pernyataan dari peristiwa tersebut. Dalam membuat
pernyataan tentang peristiwa sejarah itu sudah terdapat subjektivitas dari sejarawan. Subjektivitas itu terjadi baik dalam
pemilihan kata dan kalimat maupun dalam pemilihan bukti-bukti yang hendak diutarakan. Demikian juga dalam pengungkapan
kenyataan-kenyataan sejarah yang sudah terjadi proses mental dari para sejarawan. Misalnya, peristiwa sekitar proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia merupakan kenyataan sejarah.