168
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
lumpur inilah tanah sangat cocok untuk dijadikan lahan bercocok tanam. Keterasingan bangsa Mesir dengan kondisi geografis yang
sebelah kiri dan kanan Sungai Nil adalah Gurun Nubia sangat tidak menguntungkan, namun mereka mampu bekerjasama
dalam sebuah kelompok yang tangguh dan menciptakan sebuah peradaban. Di lain sisi, kondisi ini memberikan keamanan bagi
bangsa Mesir dari serangan luar.
2. Pencaharian
Pola hidup bangsa Mesir sangat menggantungkan diri kepada kondisi Sungai Nil, apabila musim hujan mereka akan bercocok
tanam dan apabila musim kemarau mereka akan menghindar. Kemampuan bercocok tanam ini bertahan lama sampai jumlah
populasinya bertambah banyak dan mengharuskan bangsa Mesir mengembangkan sistem pengaturan air yang baik dan bisa
dipergunakan setiap saat. Adanya kerja sama antar individu membentuk sebuah kelompok kecil dan berkembang menjadi
kelompok besar yang memerlukan sebuah aturan dalam organisasi yang teratur.
3. Sistem Kepercayaan
Bangsa Mesir mengenal banyak dewa politheisme, juga mengenal kepercayaan bahwa roh orang mati tidak akan
meninggal. Malah mereka mengenal hewan-hewan suci yang dianggap sakral, seperti terlihat dalam beberapa lukisan dan
patung hewan berkepala manusia dan manusia berkepala hewan. Dewa-dewa yang dipuja bangsa Mesir antara lain:
a Dewa Osiris sebagai dewa tertinggi b Dewa Ra sebagai dewa matahari
c Dewa Thot sebagai dewa pengetahuan
Gambar 6.22 Kuil Dewa Horus.
Sumber: Encyclopedia Americana 10
169
Bab 6 Peradaban Kuno di Asia, dan Afrika
d Dewa Horus, anak Dewa Osiris e Dewa Amon sebagai dewa bulan
Sebagai penguasa kehidupan politik dan keagamaan dipegang oleh firaun, Firaun Pharaoh ini diistimewakan karena
dianggap Dewa Horus, perantara manusia dengan dewa dan pemelihara Sungai Nil.
4. Pemerintahan
Sepanjang Lembah Sungai Nil terbagi dalam dua wilayah yaitu Sungai Nil Hulu dan Sungai Nil Hilir, pada masing-masing daerah
terbentuk kelompok yang terpisah. Kedua wilayah ini dapat dipersatukan oleh Menes dengan bentuk kerajaan dan beribukota
Memphis
pada tahun 3000 SM. Menes inilah yang menjadi raja Mesir Kuno.
a Mesir Tua Raja-raja Mesir diberi gelar Firaun atau Pharaoh. Firaun memiliki
hak yang tidak terbatas dengan tujuan memberi kedamaian dan kemakmuran bagi bangsanya. Kerajaan Mesir Tua beribukota
Memphis. Pada zaman Mesir Tua, sudah dibangun makam-makam raja dalam bentuk piramid dan patung dari batu. Piramid ini dibuat
oleh rakyat karena kepercayaan bahwa raja Mesir adalah titisan dewa.
Raja-raja yang termasyhur pada zaman ini di antaranya
Khufu , Kefre, dan Menkaure. Setelah raja-raja tersebut
meninggal, kondisi keamanan di Mesir menjadi lemah, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan kepercayaan rakyat bahwa raja
adalah keturunan dewa dan timbulnya kerajaan-kerajaan kecil.
b Mesir Pertengahan Setelah terjadi perpecahan, Mesir kembali disatukan oleh raja
Sesotris III
dari Thebe. Bahkan Sesotris III mengembangkan wilayahnya dengan menguasai Nubia dan Palestina. Pada masa
pemerintahan Amenemhet III terjadi penambangan emas di Gurun Sinai dan mendirikan kelompok besar istana yang
dinamakan labyrinth. Setelah kematian Amenemhet III, muncul serangan dari bangsa Hykos yang berasal dari Palestina dan
mereka dapat menguasai Mesir. Kedatangan bangsa Hykos memperkenalkan teknologi peralatan dari perunggu, seperti
peralatan pertanian, senjata dan alat rumah tangga. Bangsa Hykos menetapkan Kota Awaris sebagai ibukota Mesir yang baru.
c Mesir Baru Bangsa Mesir dapat merebut kembali kekuasaannya dari bangsa
Hykos. Raja yang paling berjasa dalam perebutan kekuasaan dari bangsa Hykos adalah Firaun Ahmosis karena ia sendiri yang
memimpin serangan. Kekuasaan Mesir sempat meluas ke Babylonia, Assyria, Cicillia, Cyprus pada saat kekuasaan Tutmosis II.
Gambar 6.23 Raja Kefre yang disimbolkan sebagai anak
Dewa Ra.
Sumber: Encyclopedia Americana 10.