Melayu Tua Melayu Muda

134 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X adalah kapak corong kapak sepatu, nekara, dan bejana perunggu. Benda-benda logam ini umumnya terbuat dari tuangan cetakan. Keturunan bangsa Deutro Melayu ini selanjutnya berkembang menjadi suku-suku tersendiri, misalnya Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Minang, dan lain-lain. Kern menyimpulkan hasil penelitian bahasa yang tersebar di Nusantara adalah serumpun karena berasal dari bahasa Austronesia Perbedaan bahasa yang terjadi di daerah-daerah Nusantara seperti bahasa Jawa, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau, dan lain- lainnya, merupakan akibat dari keadaan alam Indonesia sendiri yang dipisahkan oleh laut dan selat. Di samping dipisahkan oleh selat dan samudera, perbedaan bahasa pun disebabkan karena setiap pulau di Indonesia memiliki karakteristik alam yang berbeda-beda. Semula bahasa bangsa Deutro Melayu ini sama, namun setelah menetap di tempat masing-masing mereka pun mengembangkan bahasa tersendiri. Kosakata yang dulu dipakai dan masih diingat tetap digunakan, sedangkan untuk menamai benda-benda yang baru dilihat di tempat tinggal yang baru Indonesia mereka membuat kata-kata mereka sendiri. Jadi, jangan heran, bila ada sejumlah kata yang terkadang sama bunyinya di antara dua suku namun memiliki arti yang berbeda sama sekali, tak ada hubungan. Ada pula kata yang memiliki arti yang masih berhubungan meski tak identik, seperti kata “awak”. Kata awak bagi orang Minang berarti “saya”, sedangkan menurut orang Sunda berarti “badan”. Selanjutnya, bangsa Melayu Muda inilah yang berhasil mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang lebih maju daripada bangsa Proto Melayu dan bangsa Negrito yang menjadi penduduk di pedalaman. Hingga sekarang keturunan bangsa Proto Melayu dan Negrito masih bermasyarakat secara sederhana, mengikuti pola moyang mereka, dan kurang bersentuhan dengan budaya luar seperti India, Islam, dan Eropa. Sedangkan bangsa Deutero Melayu mampu berasimilasi dengan kebudayaan Hindu- Budha, Islam, dan Barat. Gambar 5.7 Nekara Moko dari perunggu dari Alor. Sumber Indonesian Heritage: Sejarah Awal KEGIATAN 5.2 Untuk lebih mempertebal rasa kemanusiaan dan kecintaan terhadap tanah air, lakukan kegiatan berikut secara per seorangan. Carilah olehmu lima kata Indonesia yang berbeda. Lalu carilah lima kata dari bahasa daerah kamu bebas menentukan daerahnya yang bunyinya sama dengan kelima kata Indonesia tersebut namun maknanya tidak sama meski hampir sama. Tanyakan makna kata daerah tersebut kepada orang yang memang berasal dari daerah provinsi bersangkutan. Buatkanlah kalimat dengan kata-kata tersebut Indonesia dan daerah, kumpulkan kepada guru 135 Bab 5 Asal-Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia

C. HUBUNGAN KEBUDAYAAN PURBAKALA DI

VIETNAM DAN INDIA DENGAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT PURBAKALA INDONESIA Seperti yang telah dijelaskan bahwa cikal-bakal masyarakat Indonesia adalah daerah Campa di Tonkin, Vietnam serta Kamboja. Dari tempat-tempat inilah nenek-moyang Indonesia mengenal kebudayaan meski masih primitif. Oleh karena itu, kebudayaan masyarakat di sekitar Indocina, terutama Vietnam, Kamboja, Laos, Indochina dan Myanmar Burma, dan tentunya India, sangat berkaitan dengan kebudayaan manusia purba di Indonesia. Kebudayaan-kebudayaan yang cukup memengaruhi kebudayaan nenek moyang bangsa Indonesia adalah kebudayan yang berasal dari Bacson-Hoabinh, Dong Son, Sa Huynh, dan India. Kebudayaan dari Vietnam ini biasanya berbentuk budaya logam, terutama perunggu. Berdasarkan hasil penelitian, benda- benda perunggu yang tersebar ke pelbagai wilayah Indonesia melalui jalur darat dan jalur laut. Jalur darat adalah melalui Muangthai Thailand dan Malaysia, kemudian terus ke Kepulauan Indonesia. Jalur laut adalah dengan menyeberangi lautan Cina Selatan, Filipina menuju pulau-pulau di Indonesia.

1. Kebudayaan Bacson-Hoabinh

Istilah Bacson-Hoabinh dipergunakan sejak tahun 1920. Istilah ini ditujukan bagi sebuah tempat penemuan alat-alat batu yang khas, yakni pada satu atau kedua permukaan batu terdapat bekas pangkasan. Tempat temuan kebudayaan Bacson-Hoabinh ini Gambar 5.8 Peta pusat kebudayaan Bacson-Hoabinh, Dong Son, dan Sa Huynh di Vietnam. Sumber: Erlangga Kata Kunci Bacson-Hoabinh, Dongson, nekara, sa huyuh, india 136 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X hampir ditemukan di wilayah Asia Tenggara hingga Myanmar. Kebudayaan ini berlangsung dari 18.000 hingga 3.000 tahun yang lalu. Proses berkebudayaan ini masih terus berlangsung di kemudian waktu di beberapa kawasan hingga masa yang lebih baru. Ciri khas alat batu hasil budaya Bacson-Hoabinh ini adalah penyerpihan pada satu atau kedua sisi permukaan batu kali yang dapat dikepal oleh tangan. Sering kali seluruh tepian batu tersebut tajam dan hasil penyerpihan inii menunjukkan bermacam-macam bentuk, misalnya lonjong, segi empat, segi tiga, dan lain-lain. Seorang ahli sejarah, C.F. Gorman, menyatakan bahwa alat-alat batu paling banyak ditemukan di pegunungan batu kapur di Vietnam utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh. Selain alat-alat dari batu, di Bacson ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari berbagai ukuran, alat-alat dari tulang, dan sisa-sisa tulang belulang manusia purba yang dikuburkan dalam posisi terlipat dan ditaburi zat warna merah. Di Gua Xom Trai, masih di Vietnam Utara, ditemukan alat- alat batu yang telah diasah tajam pada sisi-sisinya. Alat ini diperkirakan berasal dari 18.000 tahun yang lalu. Dalam perkembangan selanjutnya, alat batu yang diasah ini tersebar hampir di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, alat-alat batu kebudayaan Bacson-Hoabinh bisa dilihat di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi Semenanjung Minahasa, Maluku Utara, Flores, hingga Papua. Di Sumatera, alat-alat batu Bacson-Hoabinh ada di Lhokseumawe dan Medan. Alat-alat batu ini ditemukan pada bukit-bukit sampah kerang yang berdiameter sampai 100 Gambar 5.9 Alat-alat dari tulang peninggalan kebudayaan Bacson-Hoabin. Sumber: www.Brom.com.