136
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
hampir ditemukan di wilayah Asia Tenggara hingga Myanmar. Kebudayaan ini berlangsung dari 18.000 hingga 3.000 tahun yang
lalu. Proses berkebudayaan ini masih terus berlangsung di kemudian waktu di beberapa kawasan hingga masa yang lebih baru.
Ciri khas alat batu hasil budaya Bacson-Hoabinh ini adalah penyerpihan pada satu atau kedua sisi permukaan batu kali yang
dapat dikepal oleh tangan. Sering kali seluruh tepian batu tersebut tajam dan hasil penyerpihan inii menunjukkan bermacam-macam
bentuk, misalnya lonjong, segi empat, segi tiga, dan lain-lain. Seorang ahli sejarah, C.F. Gorman, menyatakan bahwa alat-alat
batu paling banyak ditemukan di pegunungan batu kapur di Vietnam utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh.
Selain alat-alat dari batu, di Bacson ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari berbagai ukuran, alat-alat dari tulang, dan
sisa-sisa tulang belulang manusia purba yang dikuburkan dalam posisi terlipat dan ditaburi zat warna merah.
Di Gua Xom Trai, masih di Vietnam Utara, ditemukan alat- alat batu yang telah diasah tajam pada sisi-sisinya. Alat ini
diperkirakan berasal dari 18.000 tahun yang lalu. Dalam perkembangan selanjutnya, alat batu yang diasah ini tersebar
hampir di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, alat-alat batu kebudayaan Bacson-Hoabinh bisa dilihat di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi Semenanjung Minahasa, Maluku Utara, Flores, hingga Papua. Di Sumatera, alat-alat batu Bacson-Hoabinh
ada di Lhokseumawe dan Medan. Alat-alat batu ini ditemukan pada bukit-bukit sampah kerang yang berdiameter sampai 100
Gambar 5.9 Alat-alat dari tulang peninggalan
kebudayaan Bacson-Hoabin.
Sumber: www.Brom.com.
137
Bab 5 Asal-Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia
meter dengan kedalaman 10 meter. Lapisan kerang tersebut bersatu dengan tanah dan abu. Tempat penemuan bukit kerang
tersebut ada pada daerah dengan ketinggian yang hampir sama dengan permukaan garis pantai. Kebanyakan tempat penemuan
alat-alat batu ini di sepanjang pantai, telah terkubur di bawah endapan tanah sebagai akibat dari proses pengendapan yang
berlangsung selama beberapa milenium. Alat-alat batu yang ditemukan di sini adalah yang telah diserpih pada satu sisi
berbentuk lonjong atau bulat telur.
Sementara itu, di Jawa, alat-alat batu kebudayaan Bacson- Hoabinh banyak ditemukan di Lembah Sungai Bengawan Solo.
Alat-alat batu di lembah ini diperkirakan berusia lebih tua dari yang ada di Sumatera. Perkakas batu yang ada di Bengawan Solo
ini belum diserpih atau diasah; batu kali yang dibelah langsung digenggam tanpa diserpih dulu. Menurut Koenigswalg, peralatan
batu itu digunakan oleh manusia purba Jawa, yaitu Pithecanthropus erectus.
Di daerah Cabbenge, Sulawesi Selatan, berhasil ditemukan perkakas-perkakas batu dari masa Pleistosen dan Holosen.
Penelitian juga dilakukan di pedalaman Maros. Dari beberapa penggalian berhasil ditemukan alat serpih berpunggung dan
mkrolit yang disebut Toalian. Perkakas batu Toalian ditafsirkan berasal dari 7.000 tahun yang lalu. Perkembangan batu dari daerah
Maros diperkirakan hampir berbarengan dengan munculnya tradisi membuat tembikar di daerah tersebut.
2. Kebudayaan Dong Son
Tradisi perunggu telah dimulai di Vietnam bagian utara sekitar tahun 2.500 SM, jadi 4.000 tahun yang lalu. Kebudayaan perunggu
ini berkaitan erat dengan kebudayaan Dong Son dan Go Mun. Jika diperbandingkan dengan daerah Muangthai Tengah dan
Timur Laut, Vietnam memiliki bukti-bukti lebih awal mengenai pembuatan benda-benda dari perunggu di Indocina. Benda-benda
perunggu yang ada sebelum 500 SM terdiri atas kapak corong, ujung tombak, sabit bercorong, ujung tombak bertangkai, mata
panah, pisau, kail pancing, gelang, dan lain-lain. Corong merupakan pangkal yang berongga untuk memasukkan tangkai
atau pegangannya.
Benda-benda kebudayaan Dong Son merupakan benda logam yang paling banyak ditemukan di wilayah Indonesia. Jadi, bukan
pengaruh budaya logam dari India maupun Cina, melainkan dari wilayah Dong Son di Vietnam Utara. Contoh benda budaya Dong
Son yang ditemukan di Indonesia adalah nekara tipe Heger I yang memiliki kesamaan dengan nekara yang tertua dan terbaik di
Vietnam. Nekara tersebut memiliki jalur hiasan yang disusun mendatar membentuk gambar manusia, hewan, dan motif geometris.
138
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
Perkakas perunggu lain yang ditemukan di wilayah Dong Son serta beberapa kuburan seperti di daerah Vie Khe, Lang Ca,
Lang Vac adalah alat-alat rumah tangga berupa mangkuk dan ember kecil. Selain itu ditemukan pula miniatur nekara dan genta,
kapak corong, cangkul bercorong, mata panah dan mata tombak bertangkai atau bercorong, belati dengan bentuk antropormofis,
gelang, timang, ikat pinggang. Sebuah nekara yang sangat besar berhasil digali di daerah Co Loa, berisi 96 mata bajak perunggu
bercorang. Di antara penemuan ini, terdapat pula alat-alat dari besi dengan jumlah yang sedikit.
Dari penemuan benda-benda budaya Dong Son diketahui tentang cara pembuatannya, yakni dengan menggunakan teknik
cetak lilin hilang, yaitu dengan membuat bentuk benda yang diinginkan dari lilin. Lalu lilin tersebut dibalut dengan tanah
liat dan dibakar hingga terdapat lubang pada tanah liat tersebut. Berikutnya, pada cetakan tanah liat itu dituangkan cairan logam
dan setelah dingin, tanah liat tersebut dipecahkan. Dengan demikian, terbentuklah benda logam tersebut.
Tidak kurang dari 56 nekara yang ditemukan di sejumlah tempat di Indonesia. Nekara banyak ditemui di Sumatera, Jawa,
dan Maluku Selatan. Misalnya, nekara yang ada di Makalaman dari Pulau Sangeang, dekat Pulau Sumbawa. Nekara ini memuat
motif hiasan bergambar orang-orang berseragam mirip pakaian seragam yang dikenakan Dinasti Han di Cina, Kushan di India
Utara, dan Satavahana di India Tengah. Sedangkan, nekara dari Kepulauan Kei di Maluku memiliki hiasan lajur mendatar, berisi
gambar kijang dan adegan perburuan macan. Sementara itu, nekara dari Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, memuat hiasan
bergambar gajah dan burung merak.
Hiasan-hiasan pada nekara-nekara tersebut ternyata tidak dikenal oleh penduduk dari pulau-pulau lain di Indonesia bagian
timur tempat di mana nekara-nekara tersebut ditemukan. Maka dari itu, para ahli berpendapat, tak mungkin nekara-nekara
tersebut dibuat di tempat penemuannya, melainkan dibawa dari Cina, tempat asli dibuatnya benda-benda tersebut. Ini dilihat pula
dari sudut gaya dan kandungan timahnya yang cukup tinggi, sedangkan budaya Dong Son cenderung memakai perunggu.
Namun, Von Heine Geldern, peneliti nekara, berpendapat bahwa nekara yang ditemukan di Sangeang ditafsir dicetak di daerah
Funan, Vietnam, yang sebelumnya telah dipengaruhi oleh budaya India pada 250 M.
Seorang ahli lain, Berner Kempers, menemukan bahwa
semua nekara yang ditemukan di Bali bagian timur memiliki empat patung katak pada bagian membran pukulnya. Di samping
itu, Nekara di Bali memiliki motif hias yang kurang terpadu; ini
Gambar 5.10 Nekara tipe Heger I yang ditemukan di
Pulau Sangeang, Nusa Tenggara Timur
Sumber: wikiepedia.com
Gambar 5.11 Bejana gaya Dong Son di Kerinci, Jambi.
Sumber Indonesian Heritage: Sejarah Awal.